Chapter 7

Rainbow In Your Eyes
Please Subscribe to read the full chapter

 

Happy reading. Sorry for any typos.

 

                                                                                   ******************************************

 

Wooyoung tak berhenti menangis. Di atas kereta yang tengah membawanya ke Busan.

Ketika dia terbangun dalam pelukan Nichkhun, dan teringat tentang siapa dirinya, kemudian teringat pula dengan perbuatan mereka semalam. Dia langsung berlari ke kamarnya dan bergegas membawa pakaiannya keluar dari penthouse itu. Dia menelpon Tiffany, berkata bahwa dia harus segera pulang ke Busan dengan alasan ada kepentingan keluarga yang mendesak.

Dia hanya ingin menghindari Nichkhun. Wooyoung merasa hina, berharap sesuatu yang seharusnya tidak bisa menjadi milknya. 

Dalam perjanjian kerja yang di sepakati bersama Tiffany waktu itu, dia dilarang mencintai tuannya. Tapi mengapa perasaannya bisa berubah secepat itu?

Sebagai Nichkhun, dia adalah orang yang gampang di benci. Sifatnya yang arogan, kasar, egois, dan sombong, Wooyoung bersumpah tidak akan bisa menyukai tuannya tersebut. 

Tapi ketika dia berperan sebagai ayah, entah mengapa Wooyoung langsung jatuh hati.

Nichkhun adalah ayah yang bertanggung jawab, walaupun dia tidak bisa melihat rupa putrinya. Tanpa banyak tanya, dia langsung menerima Krissie sebagai anaknya.

Nichkhun seorang ayah yang penyayang, sifatnya yang kasar langsung berubah menjadi lemah lembut  jika menghadapi Krissie dan sangat mencintai putrinya.

Ketika Krissie pergi Nichkhun benar-benar kehilangan. Dia menjadi lemah dan sedih.  Dan seharusnya dengan kondisi tersebut, dia tidak boleh mempermainkan perasaan tuannya atau perasaannya sendiri. 

Seharusnya dia hanya menemani tuannya yang sedang lemah itu. Menghibur dan menjaganya.

Tapi mengapa dia begitu berani membalas semua perbuatan tuannya? Dan mengapa pula dia dengn berani membalas ciuman tuannya itu? 

Walaupun itu ciuman pertama baginya, dia tidak layak menerima dan membalasnya.

Apakah dia sudah jatuh cinta pada tuannya? Entahlah, dia tidak tahu. Dan dia tidak ingin menyakiti siapapun.

Karena Nichkhun sudah memiliki seseorang yang mencintainya.

Dan diapun merasa bersalah pada Tifanny.

Dia mencoba untuk berhenti menangis, dan menyeka sisa air mata yang masih mengalir di pipinya. Sebentar lagi kereta yang membawanya akan sampai di Busan. Dia tidak ingin membuat kedua orang tuanya khawatir. Dia juga harus mengarang cerita, karena telah lama meninggalkan kuliahnya.

 

Apa yang di takutkan Wooyoung memang terbukti. Ayahnya marah besar, karena dia meninggalkan kuliahnya dan bermaksud untuk keluar dari kampusnya. Dengan gaji yang dia terima dari Tiffanny dan Nichkhun, dia mengganti semua biaya kuliah yang telah ayahnya keluarkan untuknya. Dan meminta maaf pada ibunya karena telah menjadi anak yang tidak berbakti. 

"Kau mau jadi apa? Jika kau berhenti dari kuliahmu." tanya ibunya sambil menangis.

"Dia pasti jadi gelandangan. Dan aku tidak mau memberi makan pada anak yang tidak mau mendengar perkataan orang tuanya!" teriak marah ayahnya.

"Bawa kembali uang itu, aku tidak mau menerimanya!" teriak ayahnya lagi, kemudian masuk kekamar dan membanting pintunya hingga tertutup.

Wooyoung masuk kekamarnya dan kembali berkemas, dia harus segera pergi untuk meredakan kemarahan ayanhnya.

"Youngie, kau mau kemana?" ibunya mencoba menghalanginya.

"Aku harus pergi ibu, aku tidak ingin membuat ayah bertambah marah, jika dia keluar dari kamar dan melihat aku masih disini. Ibu jangan khawatir, aku akan  pergi ke Seoul dan kembali kuliah." katanya untuk menenangkan ibunya.

"Dan ibu, simpanlah uang itu, jika ayah dan ibu benar-benar tidak memerlukannya, tolong pakailah untuk keperluan sekolah adik-adikku. Aku mohon ibu mau menerima uang itu." katanya sambil memeluk ibunya.

"Lalu kau akan tinggal dimana?" tanya ibunya lagi.

"Ada teman yang akan memberikanku tempat tinggal sementara, aku akan tinggal dengannya." Benarkah? Siapa? Wooyoung tidak tahu di mana dia tinggal nanti. Tapi dia harus segera pergi.

"Ibu, aku akan baik-baik saja, aku akan menghubungimu jika sudah sampai di Seoul." Wooyoung memeluk ibunya erat, lalu pergi ke  stasiun.

 

Wooyoung mencari Jo Kwon di tempat latihan di kampusnya. Dia berusaha datang dengan sembunyi-sembunyi, dia takut bertemu dengan Junho dan Chansung. Dia belum bisa menjawab jika mereka mengajukan pertanyaan, seputar kepergiannya dari kampus.

Wooyoung melihat Jo Kwon yang sedang di kerumuni oleh juniornya di dalam ruangan itu, Wooyoung segera mendekat dan menyerukan namanya.

"Wooyoung, sedang apa kau di sini?" Jo Kwon bertanya dan mendekati Wooyoung.

Wooyoung tersenyum kemudian memeluk temannnya dengan erat. "Aku merindukanmu." 

"Ayo kita keluar dari sini, aku akan membawamu ke kantin."

"Tidak aku tidak mau kesana, aku tidak ingin bertemu dengan teman-temanku." jawab Wooyoung panik.

"Kalau begitu ayo kita pergi ke apartementku saja!" Jo Kwon merangkul pundak Wooyoung dan membawanya keluar ruang latihan.

"Tapi bagaimana dengan kuliahmu?" 

"Sudah selesai, aku tadi hanya latihan dengan para junior karena sebentar lagi kita akan mengadakan show case untuk acara kampus kita."

"Benarkah? Aku boleh bergabung tidak?" tanya Wooyoung antusias.

"Kebetulan, kita memang kekurang untuk berperan sebagai pelayan pangeran." jawab Jo Kwon.

"Memang yang berperan sebagai pangeran itu siapa?" tanya Wooyoung ingin tahu.

"Siapa lagi. Jelas aku yang berperan sebagai pengerannya."  Jo Kwon tertawa ketika melihat Wooyoung mengernyitkan keningnya. 

"Ayo kita pergi!" ajak Jo Kwon lagi.

 

Itulah mengapa Wooyoung mendatangi Jo Kwon. Jo Kwon tinggal di apartement kecilnya sendiri, agak jauh dari kampus. Dengan kemampuannya, dia bekerja sebagai instruktur  di sebuah Studio dance dekat dengan apartementnya, sehingga dia bisa membayar apartementnya sendiri. Wooyoung memilih untuk menumpang di apartement Jo Kwon yang jauh dari kampusnya, karena tidak ingin bertemu dengan teman-temannya. Dia hanya tidak ingin berhubungan dengan kampusnya lagi. Dia hanya ingin melupakan masa lalunya.

"Sekarang ceritakan, kemana saja kau selama ini. Junho mendatangiku dan menanyakan apakah aku tahu kau pergi kemana?" tanya Jo Kwon ketika mereka sudah berada di dalam apartementnya, Jo Kwon menghempaskan tubuhnya di atas sofa.

Wooyoung tidak langsung menjawab. Dia menatap sekeliling apartement Jo Kwon. Apartement itu kecil. Hanya mempunyai empat ruangan. Satu kamar tidur, ruang tamu, dapur dan kamar mandi. Jo Kwon menata apartementnya dengan rapi dan bersih.

"Aku berkerja. Menjadi asistent seorang penulis. Aku harus tinggal dengannya di penthouse, jadi aku meninggalkan asrama dan berhenti kuliah." akhirnya Wooyoung menjawab dengan jujur. Entah mengapa jika dengan Jo Kwon, dia tidak bisa berbohong.

"Kau tidak harus berhenti kuliahkan. Kau seharusnya meminta ijin padanya untuk bekerja sambil kuliah."

"Aku tahu. Dia juga mengijinkannya waktu itu. Tapi karena ada suatu kejadian, dan aku tidak bisa meninggalkannya, jadinya aku tidak bisa berkuliah lagi." kata Wooyoung sambil menundudukkan kepalanya.

"Pasti ada sesuatu yang lain yang tidak ingin kau katakan padaku." Jo Kwon menatap tajam temannya itu. "Mengapa sekarang kau meninggalkanya? Atau apakah kau di pecat?" cecar Jo Kwon.

"Aku tidak di pecat. Aku pergi meninggalkannya." jawab Wooyoung sedikit berteriak. Kemudian dia duduk di atas karpet.

"Aku boleh tinggal denganmu? Hanya sebentar. Setelah aku berubah pikiran, aku akan pergi menemuinya dan bekerja dengannya lagi." kata Wooyoung dengan memohon.

"Aku tidak keberatan kau tinggal denganku. Tapi kau tahukan mengapa aku tinggal di luar kampus?" jawab Jo Kwon.

"Aku tahu, aku akan pergi jika pacarmu datang. Aku tidak akan menganggumu. Aku juga akan membantu membayar sewa apartement." kata Wooyoung lagi.

"Baiklah kalau begitu. Selamat datang di apartement kecilku." Jo Kwon merentangkan tangannya dan tersenyum.

 

 

                                                                                     **************************************

 

Hari-hari berikutnya, Wooyoung membantu Jo Kwon yang disibukkan dengan latihan untuk pertunjukkan itu. Kadang dengan sembunyi-sembunyi, Wooyoung datang ke kampus dan ikut membantu menyiapkan panggung di aula kampusnya.

Dan untuk sementara Wooyoung bisa melupakan Nichkhun.

Show case yang mereka gelar, sangat sukses. Semua mahasiswa yang hadir, dan orang tua siswa yang berpartisipasi dalam show case itu memberi pujian atas pertunjukkan mereka. Banyak wartawan yang hadir dan mungkin berita tentang suksesnya pertunjukan itu akan muncul di koran.

Ingin sekali Wooyoung ikut dalam Show case itu, dan di hadiri oleh orang tuanya. Tapi semua itu hanya mimpi.

"Woo, kenalkan ini pacarku." Kata Jo Kwon tersenyum sambil memeluk seikat bunga yang besar dari penggemarnya. Di sebelahnya berdiri seorang namja yang sangat tinggi dan tampan.

Mereka sedang berada di ruang ganti, setelah merampungkan Show case mereka.

"Hai kenalkan aku Lee Sung Joon." katanya dengan senyum yang ramah.

"Aku Wooyoung." balas Wooyoung dengan tersenyum pula.

"Aku banyak mendengar tentangmu melalui Jo Kwon. Juga dengan bakatmu menari." 

"Itu bukan apa-apa. Aku hanya menyalurkan hobbyku." jawab Wooyoung merendah.

"Aku bekerja di sebuah perusahaan entertainer, jika kau mau ka

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
xxxjenaaaaya #1
Chapter 15: Lanjut dong?
Khun0430
#2
Chapter 15: Semoga ceritanya dilanjut ya thor, penasaran bnget sama cerita ini, banget bangeet
aisykahernand #3
Chapter 15: Please update. We're waiting for a long time
tcha0304 #4
Chapter 15: pls update author....
oryzae12 #5
Chapter 15: kapan updatenya?
cahyaAngAngel #6
Chapter 15: Finnaly . Khunwoo ?
hwootestjang #7
Chapter 15: Rindu pada ceritanya author... yeeeessa,, ketemukan mereka.. oh yeah
Amaliaambar
#8
Chapter 15: Aahh authornim diriku penasaran lanjutkaaan donggg pleaseee
Deahartika #9
Chapter 15: aahh.. penasaran bangett.. please update lagi ya authornim..
Kalel27
#10
Chapter 15: Waahh penasaran bgt..semoga cpt updatenya..