Chapter 2

Can You Save Me? | WooGyu

Selamat Membaca.

 

 

Other side

 

Selamat pagi. Mentari di ufuk timur mulai merangkak pelan ke atas, memberikan kehangatan bagi semua penduduk bumi yang masih bernafas. Kicauan burung-burung saling besautan memainkan nada indah kala pagi tiba. Sepertinya Tuhan masih memberikan kesempatan bagi mereka untuk kembali membuka mata dan menikmati indahnya udara pagi kota Yongin. Matanya mengerjap—lucu seraya menggeliatkan tubuh yang kaku karena setiap malam tak pernah tidur di kasur empuk lalu meregangkan kedua tangannya pelan-pelan. Rasanya nikmat sekali bisa kembali menghirup udara segar di pagi hari. Pria manis itu lalu melirik ke samping, ia melihat malaikat kecilnya masih tertidur pulas dengan sekotak makanan masih melekat di pelukan bocah kecil itu. Sunggyu tersenyum hambar, ia sepertinya sudah lupa kapan ia dan Minju memakan makanan enak.

 

Sunggyu mengelah nafas, ia tak kuasa mengusik ketenangan tidur Minju. Selama ini, setiap bangun pagi ia tak pernah melihat adiknya tidur pulas sampai-sampai hembusan nafasnya pun terdengar teratur. Biasanya ia akan mendapati Minju yang merengek setiap kali bangun tidur karena merasa lapar kadang-kadang juga merasa kehausan. Semua itu pasti karena pertolongan pria baik hati semalam.

 

Sunggyu mengecup dahi Minju, pelan. “Minju-ya, cepatlah tumbuh besar.” Bisiknya halus. Sunggyu lalu meninggalkan Minju yang masih tertidur pulas. Ia kemudian membasuh wajahnya yang terlihat kusam dan rambutnya yang berantakan. Menatap cermin kecil yang ia pasang sendiri di samping kamar mandi, lalu menelitih dengan seksama betapa kusam wajahnya yang mulai tak terawat sejak tiga tahun terakhir, sejak ayahnya mulai meninggalkan mereka, sejak ibunya juga pergi selama-lamanya dari hidup mereka.

 

Lagi-lagi Sunggyu tersenyum hambar ketika kembali mengingat kejadian semalam. Kembali membayangkan bagaimana pria misterius itu tiba-tiba datang dan menolong adiknya, dan juga memberinya makanan. “Kira-kira apa yang pria itu pikirkan? Penampilanku bahkan jauh dari kata ‘layak’aku ini seperti anak terlantar, dan seperti seorang gembel saja. Dunia kenapa begitu kejam padaku?” Sunggyu berceloteh di depan cermin. Memerhatikan penampilannya yang sudah tak terawat.

 

Selesai mencuci wajah, Sunggyu kembali ke kamar, ia melihat Minju sudah bangun. Sunggyu tersenyum, ia senang melihat Minju tak lagi merengek kelaparan ataupun kehausan seperti kebiasaannya.

 

“Minju-ya, annyeong. Bagaimana tidurnya, nyenyak?”

 

“Sangat nyenyak Hyung, Minju bahkan bermimpi bertemu eomma. Eomma cantik sekali. hyung, aku ingin bertemu eomma.” Mata bocah kecil itu selalu berkaca-kaca setiap berbicara seputar ibu mereka.

 

“Jinjja? Lalu?” tanya Sunggyu. Penasaran. ia pun sama seperti Minju, sangat ingin bertemu dengan ibunya.

 

“Eomma bilang, Minju harus jadi anak yang hebat dan kuat.”

 

“Jadi Minju tidak boleh menangis, oke?” sambung Sunggyu. Sunggyu meraih tubuh mungil Minju, lalu mendekapnya erat. ‘Eomma, aku juga merindukanmu. Eomma benar, Minju harus menjadi anak yang kuat, agar kelak ia bisa menaklukan kerasnya dunia ini...’ gumam Sunggyu.

 

Diluar sana suara gaduh datang tiba-tiba. Membuat Sunggyu dan Minju tersentak. Keduanya saling bertatapan lalu saling menggidikkan bahu, pertanda mereka juga tidak tahu. Sunggyu menyuruh Minju untuk tetap tinggal di kamar. Ia keluar untuk melihat siapakah gerangan yang membuat suara keributan sepagi ini.

 

Sunggyu membuka pintu pelan dan ia melihat ajuma pemilik tempat tinggal rumah berdiri tegap dengan exspresi wajah kesal. Sunggyu baru menyadarinya, ajuma itu sudah pasti datang untuk menangih biaya sewa rumah petak yang sudah menumpuk selama empat bulan. Sunggyu memijat keningnya pasrah. Ia tidak bisa membayar sewa rumah ini, tenggat waktu yang sudah di berikan ajuma itu pun sudah habis.

 

Sunggyu membuka pintu pelan, namun belum appa-apa ajuma itu sudah menadahkan tangan dengan muka bengis. Membuat Sunggyu tak enak karena sudah barang tentu ia tidak akan bisa melunasi biaya sewa rumah ini.

 

“Kau tidak bisa membayar ‘kan?” belum apa-apa ajuma itu sudah langsung menagih saja, ajuma itu seolah sudah tahu bahwa Sunggyu tidak bisa membayar sewa rumahnya. Sunggyu hanya mengangguk pasrah. Minju tiba-tiba datang dan merangkul kaki ajuma itu, meskipun baru berusia enam tahun, tapi Kim Minju tahu kalau bibi tua di hadapannya itu sedang menagih uang sewa.

 

“Ajuma, jebal ijinkan kami tinggal disini beberapa hari lagi. Paling tidak sampai hyung ku mendapatkan uang. Kumohon.” Minju semakin erat merangkul kaki ajuma tua itu. Sunggyu tersentak tak percaya, adiknya memohon pada Jang ajuma. Sunggyu segera meraih tubuh mungil Minju, tindakan Minju tidak akan berhasil, ia sudah tidak bisa membayar uang sewa rumah selama empat bulan dan tenggat waktu yang di berikan Jang ajuma pun sudah habis.

 

“Minju-ya, hentikan! Hyung tidak akan bisa membayar sewa rumah ini. Ayo kita berkemas. Kita cari tempat lain saja.”

 

Jang ajuma tersentak mendengar ucapan Sunggyu. padahal dulunya Jang ajuma banyak mendapat bantuan dari orang tua Sunggyu. tapi keadaan sekarang sudah berbeda. Jangsuk seolah tega melakukan itu semua pada Sunggyu dan adiknya.

 

Minju menurut saja, dengan mata berlinang dan menangis sesegukan, Minju mulai mengemas mainannya. Sunggyu juga mengemas baju-baju mereka ke dalam tas berwarna hitam. Hanya tas hitam itu sajalah satu-satunya barang yang di tinggalkan ayahnya. Di dalamnya terdapat foto ibu mereka, paling tidak—Sunggyu dan Minju masih bisa melihat wajah ibu mereka.

 

Selesai berkemas, Sunggyu dan Minju berpamitan pada Jangsuk, meskipun wanita itu tak tega, tapi uang lebih berharga baginya dari pada terus-terusan menampung Sunggyu dan adiknya yang tak memberikan uang sewa. “Jang ajuma, aku dan Minju mohon pamit. Terimkasih atas segala kebaikan Jang ajuma pada kami. Maafkan kami, kami belum bisa melunasi biaya sewa rumah ini. Suatu hari nanti jika aku sudah punya uang, aku akan datang pada Jang ajuma dan membayar semuanya. Sekali lagi kami mohon pamit. Makanlah dengan baik Jang ajuma.” Sunggyu dan Minju lalu membungkuk hormat pada Jang ajuma. Jangsuk menutup mulutnya, ia hampir menangis melihat Sunggyu dan minju memberi hormat padanya. Juga kata-kata Sunggyu agar menyuruhnya makan dengan baik.

 

“Geurae, pergilah.” Jang ajuma mengibaskan tangan dan menyuruh Sunggyu untuk segera pergi dari hadapannya. Tentu saja bibi itu akan menangis sekeras-kerasnya karena sudah mengusir Sunggyu dan adiknya. Wanita tua yang jahat.

 

Sunggyu dan Minju lalu meninggalkan rumah petak itu. dari jauh Jangsuk terus melihat kepergian mereka sambil menangis. “Kim Na Young maafkan aku, aku sudah membiarkan anak-anakmu pergi. Aku hanya butuh uang, sedangkan anak-anakmu tak juga membayar uang sewa rumah hiks..hikss.hikss..” Jangsuk terus-terusan menangis sambil melihat kepergian Sunggyu. Jika saja Sunggyu mampu membayar uang sewa rumah, Jangsuk pasti tidak akan mengusir mereka, Jangsuk sangat butuh uang.

 

“Berapa uang sewa yang harus Sunggyu bayar?” Jangsuk terkejut. Jantungnya hampir saja lepas dari asalanya. Suara itu asing sekali di telinganya. Jangsuk mendongak pelan, dan ia tak mengenali pria itu. Jangsuk heran, darimana pria itu tahu Kim Sunggyu dan masalah biaya sewa yang belum Sunggyu bayar.

 

“K-kau siapa?” tanya Jangsuk gagap seraya cepat-cepat menghapus air matanya kasar.

 

“Jawab saja berapa uang yang harus Sunggyu bayar?” Woohyun kesal. Ajuma itu bahkan terus-terusan menatapnya menyeluruh. Woohyun segera mengeluarkan beberapa uang kertas dari dompet.

 

“800.000 Won.” Serga Jangsuk cepat. Woohyun tersenyum sinis. Sekarang ia tahu, bahwa siapapun itu pasti sangat-sangat menyukai uang. Bahkan sebagian dari mereka menganggap uang adalah Tuhan. Uang adalah segalanya, padahal baginya, sekarang segalanya bukan hanya uang. Definisi itu ia dapatkan ketika Tuhan mempertemukannya dengan sosok manis bernama Kim Sunggyu.

 

“Baiklah, aku bayar 800.000 Won dan sisanya ambillah.” Woohyun menyodorkan lembaran uang kertas itu pada Jangsuk, dan cepat-cepat Jangsuk meraihnya. Senyum Jangsuk langsung mengembang ceriah. Ia akan mencari Sunggyu untuk kembali tinggal di rumah petaknya, jika saja pemuda ini yang akan menjamin biaya hidup Sunggyu dan Minju, setidaknya kalimat-kalimat seperti itu muncul di kapalanya.

 

“Tapi tuan, anda ini siapa? kenapa kau bisa mengenal Sunggyu?” tanya Jangsuk, penasaran. Jangsuk sempat melirik ke arah samping, sebuah mobil sport berwarna merah bertengger tak jauh dari rumah-rumah petaknya. Mobil mewah itu pasti milik pemuda ini, pikir Jang suk.

 

“Haruskah aku menjawab pertanyaanmu? Ah satu lagi, sepertinya Kim Sunggyu tidak akan tinggal disini lagi.”

 

Doorrr!

 

Balon kalimat di kepala Jangsuk seolah pecah. Tak menyangka ternyata Woohyun bisa menebak pikiran bibi licik bernama Im JangSuk itu.  Woohyun segera meninggalkan Jang suk ajuma yang masih terngong-bengong.

 

 

***

 

 

Woohyun terus mengawasi Minju dan Sunggyu dari jauh. Ia bukanlah orang yang mau bersabar untuk hal-hal yang ia inginkan. Selama ini ia selalu bisa mendapatkan apa-apa yang ia mau tanpa harus menunggu berlama-lama, tapi kali ini nampaknya Woohyun harus benar-benar bisa mengendalikan emosi dan perasaanya. Pertemuannya dengan Sunggyu semalam sudah jelas baginya bahwa—sosok Sunggyu bukanlah orang yang mudah saja ia taklukan. Jadi seperti ini lah Woohyun, terus mengekor mengikuti Sunggyu kemana pun Sunggyu pergi.

 

Minju terus menengok ke belakang, Minju merasa ada mobil yang terus mengikuti ia dan kakaknya. Jika ia menengok ke belakang, mobil itu pasti berhenti secara cepat. Minju lalu menggelengkan kepalanya, ia seperti mengenali mobil sport berwarna merah itu.

 

“Minju-ya, waeyo? Kenapa kau selalu menengok ke belakang? Apa ada sesuatu yang kau tinggalkan dirumah bibi Jang?”

 

“Ani, Minju hanya merasa seseorang terus mengikuti kita.”

 

“Dimana? Disini tidak ada pejalan kaki selain kita. Sudahlah, hyung tahu kau tidak ingin pindah dari rumah bibi Jang ‘kan?”

 

“Tapi aku merasa seseorang terus mengikuti kita, hyung.”

 

“Kaja, naiklah ke penggung hyung. Tidak ada orang jahat disini, hyung akan menjagamu.” Sunggyu berjongkok di depan Minju. Minju cepat-cepat merangkul punggung Sunggyu. lalu mendekap kakaknya, erat. Sunggyu kembali berjalan, ia tidak yakin malam ini bisa tidur pulas seperti kemarin. Dalam gendongannya, Minju terus bertanya, ‘Hyung kemana kita akan pergi?’

 

“Sudah diam saja. Kita akan mencari alamat bibi Nam. Dulu eomma pernah bilang padaku mintalah bantuan pada bibi Nam jika kita membutuhkan, kita hanya perlu pergi ke Seoul lalu mencari alamat bibi Nam.”

 

“Bibi Nam itu siapa? Apakah bibi Nam itu orang yang baik?” si kecil Minju seolah antusias ingin lebih tahu siapakah sosok bibi Nam itu. ia juga berharap bibi Nam itu akan memberinya tumpangan tempat tidur, bila perlu mengajak ia dan kakaknya untuk tinggal saja dirumah bibi Nam.

 

 

***

 

 

Woohyun side.

 

Aku sudah mengikutinya selama beratus-ratus meter. Apa mereka tidak merasa haus dan kepanasan. Matahari sudah bergerak cepat dari langkah mereka. Aku tidak bisa terus-terusan seperti ini. aku bukanlah tipe orang yang bisa bertahan lama untuk hal-hal yang ingin segera aku dapatkan. Aku merogoh saku jaketku dan menekan speed-dial untuk orang suruhan ayahku. Aku memang harus bertindak lebih cepat jika tidak ingin kehilangan si keras kepala Sunggyu, Sunggyu-ya maafkan aku jika aku harus melakukan cara ini. kurasa ini yang terbaik agar kau tak menolak lagi pertolonganku.

 

“Hallo.”

 

“....”

 

“Ajusi cepat datanglah ke sini. Aku ada di Yongin. Kali ini aku ingin memberimu misi. Tapi kau harus berjanji jangan pernah katakan apapun soal ini pada appa-ku, kau paham?

 

“....”

 

“Baiklah, cepat kemari dalam sepuluh menit. Kalau kau terlambat, kau akan tahu akibatnya.”

 

Setelah menelpon YangMook ajusi, aku segera memberitahu teman-teman untuk segera bergabung dengan misiku. Aku tersenyum senang, kali ini aku yakin Sunggyu tidak akan bisa menolak lagi pertolonganku. Kau lihat saja seberapa keras kepalanya dirimu, Kim.Sung.Gyu.

 

Tepat!

 

Mereka semua datang dalam waktu sepuluh menit sesuai perintahku. Aku lalu mengajak mereka semua untuk masuk ke dalam mobil sambil terus mengikuti Sunggyu. Misiku kali ini adalah menculik si kecil Minju. Aku yakin Sunggyu akan melakukan apapun untuk Minju. Aku tahu cara ini akan membuat Sunggyu dan Minju ketakutan, tapi tenang saja, teman-temanku tidak akan melukai Minju juga Sunggyu. aku hanya akan datang untuk menolong dan meminta Sunggyu tinggal bersamaku, itu saja. Aku tahu ini klise sekali, tapi kurasa cara ini adalah cara yang terbaik untuk meluluhkan si keras kepala Sunggyu.

 

YangMook dan teman-teman datang dengan kostum ala-ala gengster, aku tersenyum puas. Aku tidak bisa membayangkan seperti apa aksi mereka nantinya. YangMook ajusi dan juga teman-temanku, mereka bukanlah orang-orang jahat. Jimin, Rome, Youngguk, adalah teman kampusku. Mereka sahabatku sejak kami sama-sama berada di Woollim High School dulu.

 

“Teman-teman, kalian sudah tahu ‘kan apa yang harus kalian lakukan? Menculik bocah kecil yang ada di gendongan pria itu lalu membawanya pergi. Tapi kalian harus ingat satu hal, jangan pernah lukai Minju, jangan membentaknya atau memukulnya, kalian hanya perlu membawa Minju dari gendongan kakaknya, dan aku akan datang untuk menyelamatkan Minju. Semuanya mengerti?”

 

“Oke!” teriak Jimin, aku tahu Jimin suka sekali anak kecil. Jadi misi ini harusnya akan berjalan lancar.

 

“Jimin, kau belikan Minju ice cream. Jangan perna kau lukai Minju, kau paham?”

 

“Siap boss!”

 

Satu..

 

Dua..

 

Tiga..

 

Go!

 

Mereka semua keluar dari mobilku dan mulai berlari mendekati Sunggyu. aku berharap semuanya akan berjalan lancar.

 

***

 

 

 

Other side.

 

Sunggyu terus berjalan bersama Minju di gendongannya. Namun tiba-tiba segrombolan pemuda mirip gengstar datang menghentikan langkahnya. Sunggyu takut dan ia berjalan mundur ke belakang. Minju juga mulai ketakutan, Minju semakin mengeratkan gendongannya pada Sunggyu.

 

“Siapa kau? Jangan coba-coba menculik kami atau melukai adikku. Percuma saja, kalian tidak akan mendapat uang tebusan. Kami bukan anak orang kaya, jadi segeralah menyingkir dari hadapanku.” Gertak Sunggyu. meskipun tangannya sedikit gemeteran tapi ia berusaha tenang. Ia harus menyelamatkan Minju meskipun nyawanya juga dalam bahaya.

 

“Woah lihat! Dia begitu berani padamu boss.” teriak Jimin pada Youngguk, tak percaya.

 

“Hei, mau kemana kau manis. Diamlah sebentar. Aku ingin bermain-main denganmu, juga dengan bocah kecil di gendonganmu itu.”

Youngguk menggoda Sunggyu, berulang kali ia bahkan berani mencolek dagu mulus Sunggyu. Woohyun yang melihat aksi Youngguk langsung mengepalkan tangannya, kesal. Atau mungkin cemburu. Rome dan Jimin ada di belakang Sunggyu. Minju sudah ketakutan sejak kedatangan preman-preman brengsek itu.

 

“Sialan kau Youngguk, beraninya mencolek dagu Sunggyu. Aku saja bahkan belum pernah mengusap pipinya. Awas saja jika kau melakukan hal lebih, imbalanmu akan aku potong. “

 

Woohyun terus mengawasi aksi mereka. ia tidak akan segan-segan turun dari mobil jika teman-temannya menyalahi prosedur permianan misinya itu. Jimin lalu mendorong bahu Sunggyu pelan, membuat Sunggyu hampir saja terjungkal ke tanah tapi lagi-lagi Youngguk berhasil menahan tubuh Sunggyu, itu membuat Woohyun kembali cemburu.

 

“Hyung.. jangan sakiti hyungku. Lepaskan aku.. aku mohon lepaskan aku.”

Minju merengek menangis tersedu-sedu melihat Sunggyu di bekap paksa oleh Rome. Sunggyu bahkan membrontak, ia berusaha melawan rombongan genstar itu, namun tenaganya hanya cukup untuk mengayunkan kakinya saja. Di dalam mobil Woohyun sudah dibuat gemas oleh tingkah teman-temannya itu.

 

“Lepaskan aku jebal. Hyung tolong aku..!!!”

 

“Lepaskan hyungku, kumohon jangan sakiti hyungku hiks hiks hiks..”

 

Jimin berhasil menggendong Minju yang terus membrontak sejak tadi. Jimin lalu membawa Minju ke dalam mobil. Youngguk menyuruh Rome untuk segera masuk ke mobil dan YangMook sudah siap-siap menstater mobilnya. Sunggyu berusaha mengejar mobil van hitam itu. dari balik jendela Minju terus merontah-rontah dan menangis. Tangan Sunggyu mengepal. Ia bersumpah akan membunuh mereka jika sampai mereka melukai Minju.

 

Sunggyu bangkit dan jalan tertaih-tatih. Ia harus ke kantor polisi sekarang. Kim Minju—adiknya sudah pasti dalam bahaya. Namun kondisi tubuhnya yang lemah membuat Sunggyu berulang kali harus terjatuh. Woohyun yang melihat semuanya akhirnya ia sudah tidak tahan lagi melihat Sunggyu dalam keadaan tak berdaya.

 

Mobil sport merah itu segera bergerak ke arah Sunggyu. Woohyun berusaha seolah-olah ia tak tahu apa-apa. Pelan-pelan ia gerakkan mobil itu dan tepat mobilnya melintas di samping Sunggyu, Woohyun membuka kaca mobilnya lalu segera keluar menolong Sunggyu seakan-akan semuanya itu seperti kebetulan.

 

“Astaga Sunggyu, apa yang terjadi?”

 

“K-kau?” Sunggyu mendongakkan kepalanya. Ia berusaha mengingat pemuda tampan yang sekarang sedang menahan tubuhnya. ‘Malaikat penolong’ gumamnya, lalu setelah itu tubuh Sunggyu ambruk di pelukan Woohyun.

 

 

***

 

 

Sunggyu side

 

 

Takdir. Apakah ini adalah takdir? Orang itu datang lagi. Ia selalu datang di saat aku membutuhkannya. Aku terkejut, tubuhku kini berada di dekapan dadanya. Aroma parfume khas pria cool begitu menyeruak ke pernafasanku. Lekuk wajah tampannya terlihat jelas oleh indera pengelihatanku. Tuhan, ia begitu sempurna. Aku tersedar dari semua imajinasi itu. meski susah, aku berusaha bangkit darinya. Sekarang tidak ada waktu untuk bertanya ‘Dari mana kau datang?’ tapi bagaimana caranya untuk menyelamatkan Minju.

 

Woohyun, Nam Woohyun nama lengkapnya. Ia terus mengatakan padaku bahwa namanya adalah Nam Woohyun. ia membawaku ke dalam mobil dan memberiku sebotol air mineral.

 

“Ini, minumlah.” Titahnya. Aku meraih botol mineral itu dan meminumnya banyak sekali. aku sangat kehausan. Aku butuh tenaga besar untuk melawan para gengstar itu.

 

“Terimakasih,” kataku, pelan.

 

“Sebenarnya apa yang terjadi, kemana adikmu? Minju, dimana dia?”

 

“Minju di culik oleh kawanan preman, aku hendak melapor ke kantor polisi, tapi aku tidak punya tenaga besar. Aku tidak bisa melawan mereka, dan Minju akhirnya berhasil lepas dari tanganku. Tolong antarkan aku ke kantor polisi, Minju dalam bahaya.”

 

Aku lihat Woohyun seolah sedang berfikir. Kali ini aku tidak akan lagi menolak pertolongan pria di hadapanku ini. semua itu lagi-lagi karena Kim Minju. Aku yakin saat ini hanya Woohyun lah yang bisa menolongku. Aku terkejut, tiba-tiba tangannya menepuk halus bahuku. Ia tersenyum padaku seolah ingin mengatakan semuanya akan baik-baik saja. Tapi aku sudah takut setengah mati, bagaimana kalau akhirnya para preman itu membunuh adikku.

 

“Aku akan menelpon polisi dan kita akan mencari adikmu bersama-sama.”

 

“Terimkasih. Kau sudah banyak menolongku. Aku akan membalas kebaikanmu kelak.” Aku berusaha membungkuk padanya. Tapi tiba-tiba tubuhnya begitu dekat dengan wajahku. Aku terkejut. Jarak yang begitu dekat, aku tidak bisa mengtrol diriku sendiri. Rupanya Woohyun ingin memasang save belt untukku.

 

“Aku tidak ingin kehilangan jejak para preman itu, jadi cepatlah sedikit Woohyun.” aku rasa Woohyun juga menjadi aneh. Ada apa dengannya?

 

***

 

 

Other side.

 

Woohyun membawa mobil itu melaju cepat meninggalkan Yongin. Ia dan teman-temannya sudah sepakat akan bertemu di kawasan Myongdong. Sesekali Woohyun melirik ponselnya, ia menunggu kabar dari Youngguk, apakah mereka sudah sampai di tempat sanderaan. Woohyun menyuruh Jimin untuk menyulap markas mereka seolah-olah itu adalah tempat kawanan gengstar berkumpul. Cat merah dengan banyak tulisan huruf fontal sudah menghiasi ruangan penyaderaan. Ruangan itu sudah Jimin ubah layaknya gedung kotor yang sudah tak terawat.

 

Sesekali Woohyun melirik ke arah Sunggyu. Woohyun melihat betapa khawatirnya Sunggyu sekarang. Woohyun  ingin sekali memeluk Sunggyu kalau saja ia berani. Lalu mengusap lembut surai caramel itu tapi sepertinya nyalinya tak begitu kuat.

 

“Woohyun-ah kumohon selamatkan adikku. Aku akan menyesal seumur hidup jika Minju tidak bisa terselamatkan.”

 

“Aku yakin Minju akan baik-baik saja.”

 

Melaju cepat meninggalkan kota Yongin, mereka akhirnya sampai di sebuah banguan sederhana yang sudah Woohyun rencanakan. Sunggyu tak sabaran, mobil itu baru saja berhenti, ia sudah cepat-cepat ingin keluar dari mobil. Woohyun menahan tangan Sunggyu. sunggyu menoleh heran.

 

“Kenapa? Sudah tidak ada waktu lagi untuk berdiam diri saja, Minju dalam bahaya.” Teriak Sunggyu prustasi.

 

“Justru karena kau bilang berbahaya, kau tidak bisa kesana seorang diri. Ikutlah di belakangku.” Titah Woohyun. Sunggyu tercengang, Woohyun lagi-lagi membuatnya selalu tenang. Woohyun turun dari mobil disusul Sunggyu yang mengekor di belakang Woohyun. Woohyun menendangan pintu bangunan itu kasar, seola-olah ia adalah seorang superhero sungguhan. Sunggyu mulai ketakutan saat preman-preman itu datang menyambut Woohyun dengan senyum mengerikan.

 

“Hyung..!!!” teriak Minju keras.

 

Sunggyu tersentak. Ia ingin berlari menyelamatkan Minju, namun Rome berhasil menahan tangan Sunggyu. Sunggyu membrontak, tapi Rome terus mengikat tangannya, kasar. Youngguk mendekati Woohyun. ia berdiri tepat di hadapan Woohyun, dan Rome siap-siap menyeret Sunggyu untuk segera menyingkir dari hadapan Woohyun, sedang Jimin bertugas menjaga Minju. Sungguh sebuah sandiwara yang sangat mengesankan. “Jadi kau punya nyali? Kau tidak membawa polisi ‘kan? Bagaimana kalau kita bermian satu-satu?” kata Youngguk, meremehkan Woohyun.

 

“Lepaskan dia!!!” nada tinggi Woohyun membuat Youngguk menyeringai licik. Woohyun mecengkram kera Youngguk. Rome mulai bringas, ia siap memukul Woohyun dari belakang sambil menahan tangan Sunggyu.

 

Woohyun masih mencengkram kuat kera Youngguk. Youngguk mengusap bibirnya, lalu berkata, “Kau ingin bocah kecil itu atau pria manis ini? Baiklah, kau harus berhadapan dulu denganku.”

 

“Bajingan kau. Lepaskan aku!!!” Sunggyu merontah.

 

Woohyun segera mendorong tubuh Youngguk, hingga Youngguk tersungkur kebawah. Jimin datang menyeret Minju sambil membawa balok kayu. Minju tak lagi bersuara sebab Jimin sudah memasang plester pada mulu Minju. Mata Minju melotot juga mulut Sunggyu yang terus di bekap oleh Rome. Jimin berdiri tepat di belakang Woohyun dan ingin memukul kepala Woohyun dengan balok itu. meski itu hanya rekayasa Woohyun dan teman-temannya, tapi semuanya terlihat seperti nyata. Susah payah Sunggyu berteriak, ia berhasil menggigit tangan Rome, “Woohyun awas!!!”

 

Woohyun tak sempat menoleh, dan..

 

Bugg..

 

Brukk..

 

Mata Sunggyu melebar, juga Minju yang tak percaya. Woohyun pingsan tubuhnya ambruk ke lantai tak berkutik. Tiba-tiba suara sirine itu semakin terdengar jelas, mobil polisi semakin mendekat ke tempat kejadian. Youngguk, Rome dan Jimin segera berlari meninggalkan mereka. Sunggyu segera meraih tubuh Woohyun yang terkulai tak berdaya.

 

Sunggyu mendekap tubuh Woohyun, polisi langsung menggeledah seisi ruangan tapi tak berhasil menangkap kawanan preman itu. Woohyun pingsan. Sunggyu berusaha menggoyang-goyangkan tubuh lunglai Woohyun.

 

“Woohyun bangunlah! Kumohon!” teriak Sunggyu histeris.

 

beberapa detik kemudian Woohyun lalu membuka mata pelan-pelan. “Sunggyu-ya, k-kau selamat? Apakah Minju juga selamat?” tanya Woohyun. lemas.

 

Sunggyu mengangguk pelan sambil menangis, “Mianhae Woohyun-ah..hiks..hiks..hiks.. bertahanlah kumohon.”  

 

“Woohyun hyung bertahanlah, hiks hiks hiks jebal.” Pinta Minju. Bocah kecil itu juga menangis sesegukan.

 

“Berhentilah menangis, aku akan baik-baik saja...” ucap Woohyun lirih. setelah itu Woohyun kembali ambruk mendekap Sunggyu.

 

 

TBC

 

 

Sebelumnya..

 

Malam itu ketika Sunggyu menolak ajakan Woohyun untuk mengantarkan pulang, Woohyun terus mengawasi Sunggyu sampai pada akhirnya ia merasa tenang karena Sunggyu ternyata masih memiliki tempat tinggal. Setelah itu Woohyun pulang ke apartementnya. Tak sabaran ketika matahari belum muncul dari asalanya Woohyun sudah bersiap-siap untuk menuju tempat tinggal Sunggyu. Di sana Woohyun terus memerhatikan rumah sepetak yang Sunggyu tinggali bersama adiknya, kim Minju. Ndua puluh menit sudah Woohyun menunggu namun Sunggyu tak juga keluar dari rumah itu. tiba-tiab Woohyun melihat seorang ajuma menggedor-gedor pintu rumah Sunggyu dan seolah sedang meminta sesuatu pada Sunggyu. Woohyun terus mengamati rumah itu dan beberapa menit kemudian Sunggyu bersama Minju keluar dari rumah itu dengan tas hitam di punggung Sunggyu.

 

Woohyun sudah menebak pasti ajuma itu sudah mengusir Sunggyu dan Minju. Setelah mereka pergi jauh, Woohyun mulai mendekati rumah itu. disana seorang ajuma sedang menangis tersedu-sedu. Woohyun lalu mendekati bibi itu, dan bertanya ‘Berapa uang yang harus Sunggyu bayar?’

 

Selesai membayar uang pada ajuma itu, Woohyun lalu mengikuti Sunggyu dari belakang. Meskipun Woohyun tahu Minju sepertinya mengetahui keberadaanya, tapi itu tak jadi masalah, Woohyun masih terus mengikuti Sunggyu sampai akhirnya sebuah ide entah itu bisa di katakan ide briliant atau ide bodoh terlintas di pikirannya.

 

Menculik Kim Minju...

 

Lalu Woohyun mulai mengatur startegi denga  menyuruh paman Yangmook untuk menyamar menjdi seorang polisi bersama para maid-maidnya. mereka semua berpakaian layaknya seorang polisi Sunguhan. Yangmook memerintahkan mereka untuk berpura-pura menangkap para kawanan preman. Dan para preman itu adalah teman-temanya sendiri.

 

Di tempat lain sebelum semuanya terjadi, Woohyun menyuruh Rome, Jimin dan Youngguk untuk merubah sebuah bangunan yang biasa mereka tinggali saat sedang kumpul bersama. Banguan itu di sulap seperti layaknya rumah tua angker dan penuh kekerasan. Dan semuanya berjalan lancar diluar dugaan Woohyun.

 

“Aku adalah Nam Woohyun. aku akan melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang aku inginkan, meskipun aku harus mengorbakan segalanya. Aku ingin melihatnya terus tersenyum...”

 

 

 

A/N: hah! Chapter 2 selesai. Semoga hasilnya ga ngcewain ya kawan, di chapter ini ga aku kasih bahasa korea lagi gpp kan ya? Biasakan review bisa?

 

 

 

 

 
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
jieunkim
Don't silent readers please!

Comments

You must be logged in to comment
shin-pads
#1
Chapter 2: Wahahahahahaa~ Namu, kalau suka langsung samber aja(?), ㅋㅋㅋ

Oh ya, bibi Nam itu, apa ibunya Namu???
empresschingyu
#2
Chapter 2: modus..modus..modus.. bilang aja pengen meluk sunggyu. pasti dia pura-pura pingsan tuh. wkwkwkwk XD
jangan-jangan bibi nam yg dicari sunggyu itu ibunya woohyun...ayayay
martha_meee #3
Chapter 2: wooahhh... drama banget... Woohyun ckck belum jd sapa" nya Sunggyu aja udah cemburu ckck

jangan lama" update nya...
strawberrymilk_
#4
Chapter 2: Woohyun alay banget asli. Sok sok dramatis XDDD
ayo thor bikin lagi klimaks yg lebih intens(?) xD
kay_yayah #5
Chapter 2: Woohyun modus... Mau gyu terus minju yg jadi umpan... Komen yg panjang idah di post di fb...
Muaahhhh nanti kelanjutannya jangan lama" ya..
kay_yayah #6
Chapter 1: Woohyun kau memang baik... So dont judge a book by its cover... Walau woohyun anak pemberontak tapi masih punya hati yg jernih...
Kasihan gyu dan minju...
Jieun,eonni suka ff dan plot ceritamu.. Judul ff ni sangat sesuai...
*2 jempul utk mu*
blacksea04 #7
Update tomorrow. Looks interesting
strawberrymilk_
#8
Chapter 1: Adaww wowoh belum apa2 udah sukaa >0<
Agak repot mesti baca terjemahannya di bawah thor, tapi gpp sih biar sekalian belajar bahasa korea :D
Sunggyu punya rumah ga? /krik
Coffeemilk1013 #9
Chapter 1: iso sorry, it's the first time, i leave my comment for you, bcs i forgot my password before, then am lazy for signing in this account. lol~ so„ i have given you comment just now *bow* mianhata .. i love this story XD and the last..nice to know you, author-sshi ^^