Chapter 1

Can You Save Me? | WooGyu

 

Selamat Membaca.

 

 

 

Other side

 

Seorang pemuda bersama bocah kecil di gendongannya berjalan di tengah malam, kedinginan. Malam itu angin bertiup kencang meskipun salju turun tak selebat kemarin, tapi musim dingin memang sangat mengusik kehangatan bagi siapapun penduduk bumi juga bagi  mereka di malam hari. Tak ada mantel empuk yang mampu membungkus tubuh ringkik mereka, juga tak ada sepatu bagus yang membalut kaki halus mereka, hanya bermodal jaket lusuh yang sudah usang dan sandal jepit yang entah masih layak pakai atau tidak. Tanpa memerdulikan hembusan angin kencang dan keroncongan perut yang terus berbunyi, kedua kakak beradik itu terus berjalan tanpa tujuan. ‘Seomga di ujung sana masih  ada tempat yang nyaman untuk kita singgahi.’ Harapannya. Tak semangat.  

 

Bocah kecil itu mendekap kuat dalam gendongan kakaknya, sudah pasti bocah kecil itu kedinginan, hingga kuku-kukunya pun memutih. Sang kakak bukan tak menyadari hal itu, ia tahu betul adiknya kedinginan, tapi bertahanlah sebentar lagi, Dongsaeng(1). Ia sedang mencari tempat yang nyaman untuk sekedar memejamkan mata barang semalam saja.

 

Kruyuk

Kruyuk

Kruyuk

Bunyi nyaring dari perut bocah kecil itu membuat kakaknya berhenti berjalan sejenak. Ia menurunkan bocah mungil itu dari gendongannya. Selain kedinginan ia juga tahu adiknya sangat kelaparan—dan jangan lupakan sang kakak juga sudah sangat-sangat lapar. Mereka hanya makan masing-masing dua potong Bungoppang(2) di pagi hari.

 

“Hyung na neomu baegopa, meokeosipeo(3).”

Bocah kecil itu merajuk pada kakaknya khas anak-anak usia enam tahun. Bocah kecil itu bernama, Kim MinJu adik pemuda malang Kim Sunggyu. Sungyu lalu berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Minju, menangkupkan kedua tangannya pada pipi gempal Minju, sekedar menyalurkan kehangatan untuk adik kecilnya itu.

 

“Minju-ya, mweo meogeo, eung? (4)”

Sunggyu bertanya pada adiknya, ‘Minju ingin makan apa?’ seolah ia mempunyai uang lalu akan membelikan makanan apa saja yang adiknya minta. Sunggyu hanya tidak ingin membuat khawatir dan terlihat kelaparan di depan adiknya, ia akan berusaha sekuat tenaga untuk membuat perut adiknya kenyang. Bukan karena Minju bocah kecil yang tak bisa mencari makanan seorang diri baginya—Minju satu-satunya harta dan orang yang ia miliki di dunia ini, tidak ada yang lain lagi. ‘I saesangeseo deo dareun sarami eopseo...(5)’ gumamnya.

 

“Bulgogi meokeosipchana, jebal (6)?”

Sunggyu tersentak juga hatinya terhenyak, selama ini ia dan adiknya tidak pernah makan enak, walau hanya sepotong sandwich sekalipun. Bahkan seribu won saja ia tak punya, bagaimana caranya untuk membeli sepotong Bulgogi (7)? Sunggyu kembali menggendong Minju—adiknya tanpa menjawab apa-apa. Terang saja Kim Minju—bocah kecil itu cemberut dalam gendongan kakaknya. ‘Na ara, Hyung don eopseo. Uri eommaga appa wa eodiya (8)?’ Gumam bocah kecil itu. Tak terasa Minju menitihkan airmata ketika kembali mengingat ayah dan ibunya. Sepertinya dunia memang kejam untuk mereka.

 

 

***

 

 

Woohyun’s POV

Sebenranya aku sudah merasa bosan setiap pulang kerumah melihat appa dan eomma selalu saja bertengkar. Tapi aku juga tidak bisa terus-terusan hidup liar di jalanan. Keluargaku bukanlah orang-orang yang kekurangan sesuatu apapun. Apa-apa yang kami inginkan, dengan mudah bisa kami dapatkan. Setiap hari deretan makanan enak selalu memenuhi area meja makan kami—hanya saja semua itu menjadi sia-sia ketika kedua orang tuaku selalu sibuk berdebat untuk hal-hal tidak penting. Lalu sebenarnya apa yang mereka inginkan dalam hidup ini? Kenapa Tuhan tak menjadikan keluarga kami hidup sengsara saja, agar mereka bisa merasakan hidup susah dan pasti akan saling berbagi satu sama lain.

 

Ketika aku masuk ke dalam rumah, perdebatan mereka sepertinya terhenti sejenak, perhatian mereka hanya tertuju padaku, keduanya menatap tajam dan menusuk, memang apa salahku? Bukankah mereka sendiri yang memulai keributan setiap harinya.

 

“Darimana saja kau? Setiap hari selalu pulang malam dan bolos kuliah. Apa kau bosan hidup?”

Ayahku bertanya dengan tatapan tajam seolah aku baru saja mencuri barang kesayangannya.

 

“Aku bahkan lebih bosan hidup dan tinggal bersama kalian. Selalu bertengkar setiap hari. Apa kalian lupa? kalian sudah mengabaikan kodrat sebagai seorang ayah dan ibu.”

“Mweorago (9)? Dasar anak tak tahu di untung.”

Plak!

Aku tersentak tak percaya. Selama hidupku, appa tidak pernah membentak kasar atau bahkan menamparku meskipun aku selalu berbuat salah, bahkan appa selalu memihak padaku ketika aku bertengkar dengan Boohyun hyung. Tapi hari ini aku mendapatkan semuanya, cacian dan tamparan. Sangat mengasyikkan. Aku mengusap pipi kanan yang baru saja appa tampar. Pasti cap tangan appa membekas di wajah tampanku.

“Rasanya menyenangkan sekali bisa mendapatkan tamparan oleh appa sendiri. Geurae, aku juga sudah muak bersama kalian.”

Aku segera meninggalkan mereka dengan sebuah tamparan keras ayahku sendiri. Tak begitu sakit, ini belum apa-apa. Tapi menjadi sangat sakit—ketika orang-orang di sekelilingku sudah tak peka satu sama lain, sudah tak saling mengasihi satu sama lain. Aku masih bisa melihat eomma terkejut ketika appa menamparku. Eomma bahkan berusaha mencegaku agar aku tidak pergi.

 

“Neo eodihalka? (10)?”

Eomma bertanya pelan. Eomma mencegaku. Lepaskan saja eomma. Aku sudah muak hidup bersama kalian. Aku butuh hidup tenang. Meskipun selama ini aku hidup liar dan terkesan arogan, tapi melihat keluargaku hancur, aku tidak bisa terus-terusan diam. Hati ini begitu sakit, eomma. Neomu apayo, jeongmal (11).

 

“Jangan cega aku eomma. Aku ingin pergi dari sini.”

“Pergi saja kalau kau mau! Aku tidak butuh anak nakal sepertimu, dibandingkan denganmu, Nam Boohyun jauh lebih baik!”

Appa berteriak keras. Aku tak mengerti kenapa appa selalu tak suka dengan sikapku, alasan itu pula yang membuatku menjadi tidak nyaman tinggal dirumah ini. Appa selalu saja membandingkan aku dengan Boohyun, kakakku. Tentu saja aku berbeda dengan kakakku, Boohyun terlalu penurut dan penakut.

 

“Yeobeo, geumanhae jebal (12). Kau selalu saja membandingkan Woohyun dengan Boohyun. Mereka berdua adalah putra terbaikmu, ingat itu!”

Eomma sepertinya masih mempunyai hati nurani di bandingkan appa. Tapi ini adalah keputusanku. Aku sudah tidak bisa tinggal bersama kalian lagi.

 

“Eomma, na kanda (13).”

Pada akhirnya aku meninggalkan gedung mewah ini. Rumah yang paling nyaman selama aku tinggali. Rumah masa kecilku yang indah. Kenangan demi kenangan sudah ku ukir indah sejak aku terlahir sebagai pewaris tunggal Nam Corps. Gomaweo uri appa, eomma, geundae  gajokdeul eopsi naega gwaenchaneulgeoya (14).

 

 

***

 

 

Other side

 

            Sunggyu dan Minju sudah berjalan ratusan meter menyusuri sepihnya jalanan kota Seoul. Sunggyu sudah semakin putus asa, bagaimana ia dan adiknya bisa melanjutkan hidup sedang untuk mengisi kerongkongan saja rasanya susah sekali.

 

            Kim Minju terus merengek meminta makan, kali ini bukan lagi Bulgogi yang ia minta. Apapun itu asal ada sekepal makanan yang masuk ke perutnya. Sangat-sangat lapar, ia bahkan sudah siap mati jika malaikat mau datang mencabutnya.

 

            Sunggyu meminta Minju untuk turun sebentar dari gendongannya. Ia juga sudah merasa kelelahan. Lututnya sudah bergetar hebat, menandakan ia juga sangat-sangat butuh asupan makanan dan minuman. Perutnya pun terus mengeluarkan bunyi khas orang kelaparan. Minju turun dari gendongan kakaknya, mata mungilnya terus mengerjap-ngerjap tak berdaya. Tiba-tiba di ujung sana Minju melihat ada seorang Nuna (15) jalan tergesah-gesah mendekati tong sampah. Lalu mengeluarkan bungkusan dari dalam tas Nuna itu dan membuangnya ke tempat sampah. Bagi Minju, jika di dalam bunguksan itu adalah makanan—ini adalah kesempatan untuk segera mengisi perutnya dengan makanan enak. Bocah itu tentunya tahu, makanan yang dibuang ke tempat sampah pasti tidak layak makan, rasa dan aromanya juga pasti sudah lain. Tapi ia tak peduli, baginya sekarang—segera mengisi perut yang kelewat kelaparan adalah hal paling benar.

 

            “Minju-ya, eodiga (16)?”

            Sunggyu mengejar Minju yang tiba-tiba berlari mendekati tempat sampah. Dahi Sunggyu mengerut, apakah Minju—adiknya akan mengais sisa-sisa makanan di tong sampah?

 

            “Oh..Assa (17)! Hyung, aku mendapatkannya!”

Teriak Minju girang. Seolah ia tengah mendapatkan harta karun yang selama ini ia cari bersama kakaknya. Sunggyu tercengang, tebakannya benar. Minju mengambil sisa-sisa makanan di tempat sampah. Ia pun segera merampas bungkusan plastik berwarna putih yang sudah di pegang erat-erat oleh Minju. Sunggyu berusaha merebut dan membungannya kembali ke tempat sampah.

 

“Kim Minju!!! Berikan  padaku sekarang. Untuk apa kau mengambil makanan sisa dari tempat sampah ah? Kau ingin keracunan karena terkena kuman dan bakteri? Apa kau sudah bosan hidup?”

“Sirheo. Jinjja sirhdagu (18). Aku sudah menemukannya hyung. Jangan dibungan lagi kumohon. Aku sudah sangat lapar, aku bisa mati sekarang. Aku tahu hyung tidak punya uang, tidak bisa membelikanku Bulgogi atau Patbingsu (19) kesukaanku. hiks..hiks..hiks..”

Minju menangis sesegukan. Selama ini kakaknya tak pernah membentaknya keras meskipun ia selalu membuat ulah. Tapi malam ini ia benar-benar melihat kakaknya seperti monster. Minju kesal dan membuang bungkusan itu lalu berlari meninggalkan Sunggyu.

 

“Nappeun hyung (20). Hiks..hiks..hiks..”

Teriak Minju. Sambil berlari menjauh dari Sunggyu. Sunggyu memungut kembali bungkusan itu lalu mengejar Minju, cepat. Sunggyu sadar, ia sudah keterlaluan karena sudah membentak bocah kecil yang sedang kelaparan. Padahal ialah yang seharusnya bertanggung jawab menjaga gizi Minju, tapi apa boleh buat karena kondisi fisiknya yang terbatas Sunggyu pun susah mendapatkan pekerjaan dan hidup susah kesana-kemari seperti sekarang. Orang tuanya sudah tidak di ketahui keberadaanya sejak Minju berusia tiga tahun. Sunggyu kelihangan ayahnya. Atau ayahnya dengan sengaja meninggalkan Sunggyu karena alasan yang tak jelas. Sedangkan ibunya sudah meninggal sejak melahirkan Minju. Bagi ayahnya, Minju adalah anak pembawa sial karena telah menyebabkan istrinya meninggal.

 

“Minju-ya awas!!!”

Sebuah mobil delivery makanan cepat saji tengah melintas cepat di depan Minju. Sunggyu tak bisa mencega Minju karena terlalu jauh dari jangkauannya. Mobil itu melaju cepat karena jalanan di kota Seoul sudah lengang. Minju hampir tertabrak. Tapi untungnya seorang pemuda datang secara tiba-tiba menyelamatkan Kim Minju, dan keduanya terpental jauh.

 

“Kim Minju!!!”

Sunggyu berteriak histeris seraya menutup kedua telinganya. Ia tidak sanggup melihat adiknya tertabrak mobil delivery itu. Satu detik, dua detik, tiga detik, sampai pada detik ke lima, Sunggyu membuka matanya pelan-pelan. Sungguh sebuah keajaiban datang, adiknya selamat berada di pangkuan seorang lelaki asing yang tidak ia kenal. Perasaan lega membuncah di hatinya. Ia segera berlari mengampiri Minju dan pemuda asing itu.

 

“Minju-ya gwaenchana? Jinjja gwaenchana? (21)”

Sunggyu segera merangkul adiknya sambil menangis tersedu-sedu. Memeluknya erat—seolah Minju tak boleh pergi dari dekapannya lagi. Kalau saja ia tak membentak Minju dan kalau saja tidak ada malaikat penolong, ia pasti sudah kehilangan Minju dengan perasaan bersalah seumur hidup.

 

“Uri Minju-ya, mianhae. Jeongmal mianhae (22). Hyung sudah jahat padamu hiks..hiks..hiks..”

Tangis Sunggyu pun tumpah ketika Minju berhasil membuka mata.

 

“Hyung hiks..hiks..hiks... Na jinjja buseoweo, neomu neomu buseoweoyo (23).”

Minju menangis di pelukan Sunggyu. Sebuah adegan mengaruhkan antara kakak dan adik. Mirip sebuah drama itulah yang sekarang Nam Woohyun saksikan. Hatinya sakit, melihat kakak dan adik berjuang hidup dalam keterbatasan. Ia yang selama ini selalu menghamburkan uang, bertingkah kasar, dan mengabaikan masakan-masakan maidnya, kini akhirnya tahu bahwa ia tidak lebih baik dari mereka berdua.

 

“Kaja. Aku tahu di sekitar sini ada restoran yang buka 24jam. Adikmu sudah sangat kelaparan.”

Sunggyu tersentak. Pemuda ini benar-benar seperti malaikat. Bagaimana pemuda ini tahu kalau adiknya sangat kelaparan? Sedangkan ini adalah pertemuan pertama mereka. Sunggyu bahkan tak bisa berkedip memandang betapa tampannya lelaki yang sekarang sedang berdiri di hadapannya. Kulit putih, wajah tampan, senyum manis, dan bibir sensual. ‘Eomeona! Museun saenggakhae (24)?’ Gumam Sunggyu. Malu.

 

“Yah! Waeyo (25)?”

Woohyun melambaikan tangan, karena sejak tadi Sunggyu terus menatapnya. Ia risih mendapat tatapan tajam dari seorang pria. Ini pertama kalinya ia di tatap oleh laki-laki.

 

“Aniya, tapi terimakasih banyak. Aku tidak ingin merepotkanmu. Juga sekali lagi terimakasih karena sudah menyelamatkan nyawa adikku, Kim Minju.”

“Adikmu sangat lapar. Kau tidak kasihan padanya? Aigo! Kakak macam apa kau ini? Minju-ya bab meokeullae? (26)”

“Ne hyung. Neomu baegopeuda. (27)”

Minju mengangguk senang. Ia langsung meloncat kepelukan Woohyun. Woohyun tersentak dengan perlakukan tak sungkan khas anak-anak dari Kim Minju. Selama ini ia tidak pernah bermain bersama anak kecil, karena dirumahnya tidak ada anak kecil. Bahkan setelah ia dan Boohyun tumbuh dewasa, ayahnya melarang anak kecil masuk kerumahnya, karena bagi ayah Woohyun anak kecil sangat berisik, menganggu konsentrasi kerja dan membuat rumah menjadi kotor. Asalan yang tidak masuk akal.

 

Minju dan Woohyun, Keduanya berjalan meninggalkan Sunggyu. Sunggyu merasa malu dan tidak enak karena mendapat predikat kakak yang tidak sayang pada adiknya dimata orang lain.

 

“Sunggyu hyung, kaja (28)!!!”

Karena Sunggyu tak juga mengikutinya Minju menoleh ke belakang dan segera menyuruh kakaknya untuk ikut pergi makan bersama si malaikat penolong itu. setidaknya demi Kim Minju—agar adiknya bisa bertahan hidup, Sunggyu segera berjalan mengikuti mereka dan masuk ke mobil Woohyun. Sunggyu dan Minju duduk berdampingan di bangku kemudi. Dan Woohyun tersenyum senang. Sejak saat ini dihatinya hanya akan melakukan hal-hal baik untuk orang yang membutuhkan. Setidaknya—malam ini ia sudah berhasil menyelamatkan nyawa bocah kecil nan menggemaskan juga menyelamatkan perut-perut kosong mereka.

 

 

Flashback beberapa jam yang lalu.

 

            Woohyun mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Menembus sunyinya jalanan Seoul dimalam hari. Sungai Han adalah tujuan utama tempat yang selalu ia datangi ketika hatinya sedang kacau.

 

            Mendengarkan music kesayangan sambil memainkan kepala seirama mengikuti alunan music pop beat—Be Back dari idolanya, INFINITE. Woohyun nampak tak perna menyesali keputusannya untuk pergi dari rumah mewah itu. ini lah saatnya sebuah pembuktian pada mereka, bahwa ia mampu menjadi yang terbaik tanpa mereka.

 

            Lampu lalu lintas di ujung sana menunjukan warna merah. Artinya mobil yang Woohyun kendarai harus berhenti sejenak. Woohyun meregangkan kedua tangannya. Ia tak pernah merasa hidup sebebas ini tanpa terikat aturan apapun. Sebelum melajukan kembali mobilnya, dari balik kaca spion, Woohyun melihat pemandangan aneh yang menggelitik hatinya.

 

            Akhirnya mobil itu ia tepihkan sejenak di tepian jalan, namun tak membuatnya sampai turun dari mobil mewahnya. Cuaca dingin dan suasana lengang, kenapa masih ada saja orang yang berkeliaran di malam dingin seperti ini? pikir Woohyun. Woohyun terus memerhatikan pemuda dan bocah kecil itu. Matanya enggan untuk berkedip ketika melihat bocah mungil itu turun dari gendongan kakaknya dan berlari menuju tong sampah. Apa yang akan bocah kecil itu lakukan?

 

            Woohyun sempat melihat seorang wanita membuang  bungkusan lalu kemudian pergi lagi. Woohyun terus memerhatikan bocah mungil itu. Tangan mungilnya tiba-tiba mengorek-orek lubang tong sampah yang tentu saja bisa memuat ukuran tubuhnya. Tak beranjak dari kursi mobil empuknya, Woohyun terus memerhatikan apa yang sedang bocah kecil itu lakukan selanjutnya.

 

            Detik berikutnya Woohyun melihat wajah bocah itu kegirangan lantaran berhasil menemukan sebuah bungkusan seperti—bungkus makanan. Woohyun terkejut bocah kecil itu ternyata mengais makanan bekas dari tempat sampah. Sumpah rasanya steak yang tadi sore ia makan ingin segera ia muntahkan kembali. Bagaimana mungkin memakan makanan yang sudah di buang ke tempat sampah. Dimana otak mereka? pikir Woohyun, lagi.

            Meskipun sudah hampir mual Woohyun tak juga menghampiri bocah kecil itu. ia terus melihat aksi kedua lelaki itu. Woohyun melihat pemuda yang usianya ia tebak dua tahun lebih tua darinya itu sedang memarahi bocah kecil yang baru saja mengambil bungkusan dari tempat sampah. Woohyun menebak pemuda itu pasti kakak dari bocah mungil yang baru saja mengais makan di tempat sampah.

 

            Woohyun tak tahu pasti apa yang sedang pemuda disana katakan pada bocah kecil itu. tapi Woohyun tahu, bahwa laki-laki dewasa itu sedang memarahi si bocah kecil, mungkin saja. Usai mendapat bentakkan bocah itu memangis dan lari menjauh dari kakaknya. Woohyun sadar keadaan mulai genting. Dari jauh ia melihat sebuah tmobil delivery berkecepatan tinggi tengah melintas tepat di depan jalan yang sedang di lalui bocah malang itu.

           

Woohyun segera turun dari mobil dan berlari semampu yang ia bisa untuk menyelamatkan bocah malang itu. meskupin nyawanya juga bisa tak terselamatkan. Dan untunglah ia dan bocah kecil itu selamat.

 

 

Flashback end.

 

 

Woohyun’s POV

 

Sepanjang hidupku, aku tidak pernah mengalami hal susah, menyedihkan, atau bahkan kekalahan. Tapi malam ini aku menyaksikan perjuangan seorang kakak dan adik mungilnya demi untuk sesuap nasi. Rasanya ini tidak adil. Kenapa semuanya mudah saja bagiku dan sulit bagi mereka?

 

            Aku memerhatikan pemuda itu—ah benar namanya Kim Sunggyu, kita sudah berkenalan lima menit yang lalu. Ia sangat manis. Entah kenapa aku bisa mengatakan hal menggelikan seperti ini. Tapi ini adalah facta bahwa Sunggyu lebih manis dan menggemaskan dari pacar-pacarku yang notabene adalah seorang wanita.

 

            Heran, entah sejak kapan aku mulai suka memandangi mata cantik bak bulan sabit milik Sunggyu. Minju juga makan dengan lahap. Aku senang melihat mereka tersenyum. Astaga! Bahkan jari-jari Sunggyu indah sekali. ya Tuhan, kenapa lelaki di depanku ini cantik sekali? Ya ampun Woohyun, apa yang kau pikirkan. Aku harap aku masih menjadi lelaki normal. Tapi jika terus bersamanya mungkin saja aku mulai kehilangan kewarasanku. Rasa-rasanya mungkin aku mulai gila.

 

            “Oh..ige masisseo jinjja. Woohyun hyung jeongmal gamsahamnida (29). Sekarang aku sudah kenyang.”

            Tidak hanya Sunggyu, Minju juga menggemaskan.

            “Woohyun hyung, aku minta makanan ini di bungkus saja untuk di bawah pulang, boleh?”

            “Minju-ya, kau tidak sopan. Woohyun-ah Tidak usah kau dengarkan Minju. Maaf aku sudah banyak merepotkanmu. Sepertinya ini sudah cukup. Minju-ya kaja...”

            “Sunggyu-ya, aku tidak merasa keberatan. Lagipula Minju benar, kalau makanan ini dibungkus bisa kembali Minju makan nantinya. Maafkan aku kalau aku sudah lancang. Tapi aku tidak tega melihat Minju kelaparan.”

            Sunggyu berdiri menarik tangan Minju dengan tatapan kesal. Apakah aku salah menolong orang yang sedang kelaparan?

 

 

***

 

 

Other side

 

            Woohyun, pemuda itu nampaknya sedikit tertarik dengan sikap Sunggyu yang selalu menjaga image disaat ia dalam keadaan genting sekalipun. Woohyun bahkan berniat mengantarkan Sunggyu pulang, ia berdalih—malam semakin larut dan tidak baik membiarkan anak kecil berjalan di tengah cuaca sangat dingin seperti sekarang.

 

            “Sudah ku bilang. Kami bisa pulang sendiri dan kau tidak perlu repot-repot mengantarkan kami. Kami tidak bisa membalas kebaikanmu, jadi segeralah pergi dari hadapan kami.”

            Sunggyu terlihat tak suka Woohyun masih mengikutinya, sedangkan Kim Minju sepertinya sangat menyukai Woohyun. Minju bahkan bersedia ikut bersama Woohyun jika seandainya Woohyun mengajaknya pulang kerumah mewah.

            “Minju-ya, iliwa (30). Kau tidak boleh ikut bersamanya.”

            “Kenapa tidak boleh hyung? Woohyun hyung ‘kan baik pada kita. Apa salahnya jika kita bermalam dirumah Woohyun hyung.”

            Minju, jika saja kau tahu perasaan hyung-mu, sebenarnya Sunggyu ingin menangis. Di dunia ini ternyata masih ada orang yang berbaik hati pada mereka. Tapi ia juga merasa malu pada Woohyun, karena keterbatasan fisiknya, ia tidak bisa memberikan kebahagiaan yang layak untuk Minju, meski hanya sekedar makan Bulgogi bersama.

 

            Woohyun memilih untuk mengalah. Kim Sunggyu sepertinya orang yang keras kepala. Woohyun akhirnya membiarkan Sunggyu dan Minju pergi setelah ia melakukan salam perpisahan dengan si mungil Minju. Tapi bukan Woohyun jika tidak bisa mendapatkan apa yang ia inginkan. Woohyun membiarkan mereka pergi tapi sebenarnya ia justru mengikuti Sunggyu dan Minju dari belakang. Dari kejauhan Woohyun bahkan menyesuaikan langkah kakinya agar sama seperti langkah kaki Sunggyu.

 

            Woohyun  tersenyum senang, ia tak perna merasa sebahagia ini. dalam hidupnya, inilah hal terbesar yang sudah ia lakukan untuk orang lain. Meskipun orang tuanya tak pernah melihat sisi baik dirinnya, tapi itu tak jadi masalah. Toh ia sudah melakukan hal terbaik yang ia bisa. Woohyun menyukai pria manis itu. Ia  berjanji akan menjaga pria cantik itu meski dari jauh sekalipun. Woohyun akan selalu memastikan pujaan hatinya akan baik-baik saja. Dan ia akan terus menjaganya sampai ia tak mampu untuk menjaganya lagi.

 

 

TBC

 

A/N: Ayo pada review ya!! Kalau ga, saya bakal mogok nerusin part selanjujtnya.

 

 

Translate  percakapan Korea-Indonesia

Maaf kalau seandainya translate-nya ada yang salah, kalian boleh koreksi. Makasih

 

  1. Dongsaeng = Dalam bahasa Korea artinya adik.
  2. Bungoppang = Kue khas Korea berbentuk ikan dan di dalamnya di isi sela bisa kacang, coklat, keju dll
  3. Hyung na neomu baegopa, meokeosipeo = Kakak aku sangat lapar, aku ingin makan.
  4. Minju-ya, mweo meogeo, eung? = Minju ingin makan apa?
  5. I saesangeseo eo daredun sarami eopseo = di dunia ini tidak ada orang lain lagi.
  6. Bulgogi meokeosipchana, jebal = aku ingin makan Bulgogi, please?
  7. Bulgogi = Daging sapi bakar/asap khas Korea
  8. Na ara,  Hyung don eopseo. Uri eommaga appa wa eodiya? = aku tahu kakak tidak punya uang. Ibu dan aya kita kemana?
  9. Mweorago? = apa kau bilang?
  10. Neo eodihalka? = kau akan pergi kemana?
  11. Neomu apayao, jeongmal = sangat sakit, sungguh
  12. Yeobeo, geumanhae jebal = sayang, kumohon berhentilah
  13. Eomma na kanda = ibu aku pergi
  14. Gomaweo uri appa, eomma, geundae gajokdeul eopsi naega gwaenchaneulgeoya = terimkasih ayah, ibuku, tapi walaupun tanpa keluarga aku akan baik-baik saja.
  15. Nuna = panggilan kakak perempuan untuk adik laki-laki
  16. Minju-ya eodiga? = hei Minju mau kemana?
  17. Oh..assa! = oh asyik !
  18. Sirheo. Jinjja sirhdagu = tidak mau. Sungguh tidak mau.
  19. Patbingsu = es kacang merah
  20. Nappeun hyung = kakak jahat
  21. Minju-ya gwaenchana? Jinjja gwaenchana? = minju kau baik-baik saja? Sungguh baik-baik saja?
  22. Uri Minju-ya, mianhae. Jeongmal mianhae = Minjuku, maaf. Sungguh aku minta maaf
  23. Hyung hiks..hiks..hiks... Na jinjja buseoweo, neomu neomu buseoweoyo = kakak hiks..hikss hikss aku sungguh takut. Sangat sangat takut
  24. Eommona! Museun saenggakhae? = astaga! Apa yang aku pikirkan?
  25. Yah! Waeyo? = hey! Kenapa?
  26. Minju-ya bab meokeullae? = Minju kau mau makan?
  27. Ne hyung. Neomu baegopeuda = ya kakak. Sangat lapar
  28. Sunggyu hyung, kaja!!! = kak Sunggyu ayo pergi !!!
  29. Oh..ige masisseo jinjja. Woohyun hyung jeongmal gamsahamnida = oh ini sangat enak. Kak Woohyun terimakasih banyak.
  30. Minju-ya iliwa = Minju kemarilah.

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
jieunkim
Don't silent readers please!

Comments

You must be logged in to comment
shin-pads
#1
Chapter 2: Wahahahahahaa~ Namu, kalau suka langsung samber aja(?), ㅋㅋㅋ

Oh ya, bibi Nam itu, apa ibunya Namu???
empresschingyu
#2
Chapter 2: modus..modus..modus.. bilang aja pengen meluk sunggyu. pasti dia pura-pura pingsan tuh. wkwkwkwk XD
jangan-jangan bibi nam yg dicari sunggyu itu ibunya woohyun...ayayay
martha_meee #3
Chapter 2: wooahhh... drama banget... Woohyun ckck belum jd sapa" nya Sunggyu aja udah cemburu ckck

jangan lama" update nya...
strawberrymilk_
#4
Chapter 2: Woohyun alay banget asli. Sok sok dramatis XDDD
ayo thor bikin lagi klimaks yg lebih intens(?) xD
kay_yayah #5
Chapter 2: Woohyun modus... Mau gyu terus minju yg jadi umpan... Komen yg panjang idah di post di fb...
Muaahhhh nanti kelanjutannya jangan lama" ya..
kay_yayah #6
Chapter 1: Woohyun kau memang baik... So dont judge a book by its cover... Walau woohyun anak pemberontak tapi masih punya hati yg jernih...
Kasihan gyu dan minju...
Jieun,eonni suka ff dan plot ceritamu.. Judul ff ni sangat sesuai...
*2 jempul utk mu*
blacksea04 #7
Update tomorrow. Looks interesting
strawberrymilk_
#8
Chapter 1: Adaww wowoh belum apa2 udah sukaa >0<
Agak repot mesti baca terjemahannya di bawah thor, tapi gpp sih biar sekalian belajar bahasa korea :D
Sunggyu punya rumah ga? /krik
Coffeemilk1013 #9
Chapter 1: iso sorry, it's the first time, i leave my comment for you, bcs i forgot my password before, then am lazy for signing in this account. lol~ so„ i have given you comment just now *bow* mianhata .. i love this story XD and the last..nice to know you, author-sshi ^^