Chapter 1

I Hate You

Chapter 1

 

Hiruk pikuk di bandara Incheon tampaknya tak pernah surut. Semakin siang, hilir mudik orang-orang di sana semakin bertambah. Beberapa orang tampak tengah duduk santai di kursi tunggu dengan koper-koper besar. Beberapa orang lainnya tampak tengah berdiri di depan gerbang terminal kedatangan luar dan dalam negeri sambil mengangkat kertas bertuliskan nama, menunggu sanak saudara ataupun kerabat mereka. Beberapa orang lagi tampak memasuki terminal keberangkatan dan keluar dari terminal kedatangan dengan koper di tangan mereka.

Musim semi memang sudah berlangsung hampir dua minggu, tapi hawa dingin di Incheon masih terasa menusuk tulang. Bisa dilihat dari orang-orang di bandara Incheon. Hampir semuanya masih mengenakan mantel tebal musim dingin mereka. Hanya sebagian orang yang memakai jaket tipis ataupun kaos lengan panjang. Begitu juga dengan seorang gadis yang tengah keluar dari terminal kedatangan luar negeri dengan koper di kedua tangannya. Gadis itu berkali-kali berhenti sejenak, merapatkan mantel abu-abu ke tubuhnya.

Gadis itu buru-buru berlari ke arah taksi yang tengah terparkir tak jauh darinya. Setelah beberapa saat sang sopir memasukkan kedua kopernya ke bagasi, ia duduk di bangku belakang. Jemarinya menelusuri ponselnya, kemudian tersenyum, atau lebih tepatnya menyeringgai.

“Nona–“

Belum sempat sang sopir menuntaskan pertanyaannya, ia sudah memotongnya. “Hyundai Apartment, Apgujeong-dong, Gangnam.”

Bisa terlihat betapa dingin ucapannya. Mungkin terlalu lama tinggal di luar negeri membuatnya sedingin ini. Sang sopir sendiri sepertinya juga tak begitu mempermasalahkan sikap si nona penumpang karena begitu si nona itu selesai berbicara ia langsung menyalakan mesin dan melesat ke tujuan.

Satu jam perjalanan tak membuatnya mengalihkan perhatiannya dari ponselnya. Hingga sebuah suara menginterupsinya.

“Nona, sudah sampai.”

Ia mendonggakkan kepalanya, menoleh ke samping kanan. Sebuah bangunan megah berdiri kokoh di sana. Masih sama seperti enam tahun lalu. Hanya beberapa dekorasi taman di depan bangunan itu yang berubah. Ia menyerahkan beberapa lembar uang ke sang sopir sebagai ongkos taksinya sebelum keluar.

Ia menyeret kedua kopernya memasuki apartment. Kedua kakinya membawanya ke lantai sepuluh. Ia mematung beberapa saat di depan pintu dengan nomor 30 dan papan nama bertuliskan Kim’s family di samping pintu utama. Telunjuk kanannya menekan bel di samping pintu, yang tidak lama kemudian seorang wanita tengah baya dengan apron putih membukakan pintu untuknya.

“Nona–“ dengan cepat wanita itu membungkuk member salam padanya.

“Bisakah ahjumma membawakan koperku ke kamar?” tanyanya dingin dan dibalas dengan anggukan oleh sang wanita.

Ia pun berjalan melewati pintu, memasuki ruang tamu yang kini berubah menjadi lebih minimalis daripada saat terakhir ia melihatnya dulu. Kakinya terus membawanya ke ruang tengah yang berbatasan langsung dengan ruang makan. Tubuhnya menegang menyadari seorang pemuda tengah duduk di meja makan dengan sepiring nasi goreng yang hampir habis. Keduanya saling bertukar pandang. Pemuda di meja makan itu sontak berdiri dengan raut ketidakpercayaan. Sedangkan ia hanya mematung di tempat, kakinya terasa berat untuk bergerak, wajahnya juga menampakkan raut ketidakpercayaan.

“Jihyun-ah,” seru pemuda di meja makan. “Kau pulang?” lanjutnya sambil mendekat ke arah gadis bernama Jihyun itu.

Gadis itu, Jihyun, mundur beberapa langkah saat pemuda di depannya berusaha mencapainya. Pemuda itu menyadarinya reaksi Jihyun. Raut kekecewaan sedikit terlihat di wajahnya. Dan ia pun berhenti.

“Kau pulang sendiri? Kenapa tidak memberitahuku? Aku kan bisa men–“

Lagi-lagi Jihyun memotong. “Aku tidak mengira kau di sini, Junmyeon.”

Pemuda bernama Junmyeon itu tersentak mendengar ucapan Jihyun. Ia hampir bersuara, tapi kalah cepat dengan Jihyun. “Kau tidak seharusnya di sini, kan? Mereka pasti menunggumu. Aku lelah. Bye.” Ucap Jihyun sebelum melenggang ke lantai atas, kamarnya.

Junmyeon yang ditinggal masih mematung di tempat. Pikirannya penuh dengan spekulasi ini dan itu. Raut kekecewaan itu sekali lagi terukir di wajah malaikatnya. Sebelum meninggalkan tempatnya, ia menatap nanar kamar di lantai atas yang dimasuki Jihyun beberapa menit yang lalu.

“Aku merindukanmu, Jihyun-ah.” Lirihnya.

 

*********

 

Kedua kakinya melangkah lebar-lebar, berusaha memotong jarak. Sesekali berlari kecil di koridor sambil menyapa beberapa staff yang berlalu lalang. Napasnya memburu. Dadanya naik-turun, berusaha menyedot oksigen dari udara sekitarnya dalam-dalam. Kurang dari semenit, pemuda berkulit susu itu sudah sampai di depan salah satu ruangan di lantai tiga. Tangannya segera membuka daun pintu dan diikuti dengan sebelas pasang mata terarah padanya. Ia hanya bisa memamerkan senyum kecilnya pada mereka. Kakinya yang pendek itu melangkah masuk, mendekati kesebelas pemuda yang sedang duduk di tengah ruangan.

"Maaf terlambat," katanya menuju pojok ruangan untuk meletakkan tasnya. "Apa sudah lama?" lanjutnya.

"Lumayan hyung." Sahut pemuda bermata besar, Kyungsoo.

"Kau habis berlari ya?" Kali ini pemuda berpipi tembem, Minseok, yang bertanya. "Istirahatlah dulu, Junmyeon."

Pemuda bernama Junmyeon itu menurut. Ia mendekat ke arah kesebelas pemuda di tengah ruangan, kemudian mendudukkan diri di sebelah pemuda yang paling tinggi, Yifan. Yixing, pemuda manis dengan lesung pipi di sebelah Yifan itu memberikan sebotol air mineral padanya, dan tentu saja diterimanya dengan senang hati. Setelah beberapa menit dalam suasana diam, menunggu Junmyeon memulihkan tenaganya, pemuda dengan kulit pucat, Sehun, mulai angkat bicara.

"Tidak biasanya hyung terlambat. Apa terjadi sesuatu di rumah?" Junmyeon sedikit tersentak dengan pertanyaan Sehun. Ia seolah tahu ada yang tidak beres dengan Junmyeon. Kesepuluh pasang mata lainnya terlihat menunggu jawaban Junmyeon. Karena mereka tahu, Junmyeon tidak pernah terlambat.

Junmyeon menghela napasnya kasar. "Jihyun pulang."

Kesebelas pemuda lainnya hanya bertukar pandang, menanti penjelasan dari Junmyeon.

"Jihyun?" Pemuda dengan senyum kotak, Baekhyun, tampak tak mengerti.

"Adikku pulang." ujarnya lirih.

Pemuda bertelinga lebar, Chanyeol, baru mau bersuara, tapi diinterupsi oleh suara dari arah pintu yang terbuka. Dan benar saja, koreografer mereka sudah berdiri di sana sambil berkacak pinggang. Keduabelas pemuda itu sontak berdiri, membungkuk ke arah sang koreografer, memberi salam.

"Kenapa masih duduk-duduk saja? Aku meninggalkan kalian tadi untuk pemanasan sambil menunggu Junmyeon." Oceh sang koreografer yang menghampiri mereka di tengah ruangan dengan wajah kesalnya.

"Joesonghamnida." Junmyeon yang merasa bersalah membungkukkan dirinya ke arah sang koreografer. Sedangkan yang lain hanya tertunduk lesu.

Ucapan Junmyeon tak begitu ditanggapinya. "Kalian mau berdiri saja? Debut kalian tinggal dua minggu lagi. Cepat pemanasan."

Keduabelas pemuda itu menurut. Memencar ke berbagai arah dan melakukan pemanasan beberapa menit yang kemudian diteruskan dengan latian dance. Lagu debut mereka menggema di ruang latihan, diulang berkali-kali. Sementara itu sang koreografer mencermati setiap gerakan mereka. Mengoreksi beberapa bagian dance dari mereka yang salah

"Junmyeon!!"

Bentakan sang koreografer itu tak hanya membuatnya terkejut, tapi juga kesebelas pemuda lainnya. Aktivitas dance sontak terhenti.

"Perhatikan gerakanmu. Kau yang paling banyak melakukan kesalahan hari ini."

"Joesonghamnida." Ia hanya bisa meminta maaf lagi. Kepalanya tertunduk, menatap lantai kayu ruang latihan.

"Dan untuk yang lainnya, perhatikan gerakan kalian juga. Debut kalian hanya tinggal dua minggu. Ingat? Kalau kalian tidak ingin dipermalukan di depan publik nantinya, berlatihlah yang benar." Ujar sang koreografer dengan nada suara satu oktaf lebih tinggi dari sebelumnya. "Dan satu lagi. Tidak ada yang boleh istirahat sebelum dance kalian benar-benar sempurna tanpa ada yang salah gerakan. Mengerti?"

Sahutan 'ne' menggema di seluruh sudut ruangan. Masing-masing dari mereka sudah tampak lelah. Keringat bercucuran di pelipis mereka. Tapi ini belum berakhir. Mereka harus menyempurnakan dance mereka dulu. Yang tampaknya akan memakan waktu yang lumayan lama. Tapi mereka akan berusaha semampu mereka. Mereka tidak mau pulang ke asrama mereka pukul empat esok hari. Mereka harus bisa melakukannya hari ini juga.

Lagu debut mereka diulang kembali dari awal, menggema di setiap sudut ruangan. Gerakan kaki dan tangan mereka berpindah dengan lincah. Hentakan kaki dengan lantai terdengar berpadu dengan musik. Tak satupun yang menghiraukan keringat yang membasahi tubuh mereka. Yang mereka lakukan adalah menggerakkan tubuh mereka sesuai music, berusaha melakukannya dengan sempurna.

Dan latihan hari itu berakhir pukul sebelas malam.

 

*********

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Eka_Kuchiki
#1
Chapter 1: AAAHHH... JOONMYUN DUDUK DI SAMPING YIFAN HUHUHU... EKA MELEBUR~
#dateng-datengrusuh *digaplok*
.
Jadi Jihyun punya masalah apa sama Joonmyun sampe dingin gitu ke Joonmyun? Aduh aku gak kuat dengan cerita family gini... apalagi kakak cowok adek cewek... (Eka ngiri) (anak pertama soalnya)
.
Pas scene latihannya bikin baper hah kangen ot12... apalagi yang udah tau exo dari zaman teaser debut bejibun itu... :') #curcol
.
Secara penulisan enak dibacanya, bahasanya juga enak... XD jujur aja aku kurang gitu suka fanfic dengan OC soalnya takut mary sue... tapi alhamdulillah fanficmu lolos dari dugaan mary sue... ^_^
.
Maaf ya baru komen sekarang... nanti jangan kaget aku ninggalin jejak di fanfic lainnya... oh ya, ini dilanjut kan?
Semangat nulis, Emy! XD
jungdamy
#2
Chapter 1: Update asap~~~~ ;)