Bizzare Love Triangle

Fast Tracklist (Drabbles)

Bizzare Love Triangle

Main casts: Dong Young Bae a.k.a Taeyang Big Bang, and Kwon Jiyong a.k.a G Dragon Big Bang.

Support cast: Lee Seunghyun a.k.a Seungri Big Bang, and Choi Seunghyun a.k.a T.O.P Big Bang.

Warning: AU, typo(s), pasaran, and manymore.

Genre: Mild romance, and hurt/comfort.

 

Sequel of Where'd You Go

.

.

.

Inspired by Frente - Bizzare Love Triangle

.

.

.

youngdinna present

 

 

Every time I think of you
I feel shot right through with a bolt of blue
It's no problem of mine
But it's a problem I find

 

Sejauh matamu memandang, hari ini tak begitu berbeda dengan hari sebelumnya, mendung mendominasi keadaan langit meski waktu sudah menunjukkan pertengahan hari. Tapi, tak mengapa, kau tetap tersenyum meski suasana suram begitu terasa siang itu.

“Kau tidak makan siang, Bae?”

“Nanti saja.” kau menyahut pendek, membiarkan kawanmu pergi meninggalkanmu seorang diri bersama wanita yang raut wajahnya sama persis seperti keadaan langit saat ini. Muram, mungkin itu yang kurang lebih bisa kau katakan. Kau bingung, kau tak mengerti apa penyebab wanita yang sering mencuri perhatianmu itu berubah. Sebelumnya ia tidak pernah seperti itu, dan benakmu pun menduga pasti ada sesuatu yang terjadi hingga merubah wanita ceria itu kehilangan senyum rupawannya.

“Jiyong?” kau melangkah mendekat ke arahnya, tentu setelah pekerjaanmu selesai. Ia terlihat tersentak dengan panggilan suaramu yang sebenarnya tidak keras.

“Maaf, mengagetkanmu..”

“Tidak. Tidak apa-apa. Ada apa, Bae?” kau tersenyum saat wanita itu akhirnya mulai fokus meski dirimu masih sangat penasaran dengan perubahan sikapnya yang cenderung lebih kaku.

“Tidak ada. Mau makan siang bersama?”

Hening. Entah hanya perasaanmu saja, atau dia terlihat enggan dengan ajakanmu. Hei, mengajak makan siang bukanlah perbuatan dosa, mengapa ia harus enggan terhadap tawaranmu?

“Umm.. Aku.. Kau duluan saja. Aku sudah bawa bekal.”

“Tumben sekali, biasanya kau sering makan siang di luar bersama yang lain.”

“Tidak ada. Hanya ingin seperti ini saja hari ini.”

“Kenapa?”

Ia mengernyit, mungkin merasa terganggu dengan pertanyaanmu yang sekarang terdengar ikut campur. Kau berdeham pelan meredakan rasa kikukmu.

“Maaf, tak seharusnya aku ingin tahu..”

Gwenchana.. Kau pergilah makan siang sendiri, aku tidak apa..”

“Baiklah..” enggan, akhirnya kau melangkah menjauh darinya setelah dia melempar kata-kata yang terdengar mengusirmu, tapi rasa penasaran dalam benakmu belum juga terobati. Kau menghela napas perlahan saat dirimu sudah di dalam elevator, sendirian.

“Apa yang terjadi padamu, Choi Jiyong..”

 

Living a life that I can't leave behind
But there's no sense in telling me
The wisdom of the fool won't set you free
But that's the way that it goes
And it's what nobody knows
well every day my confusion grows

 

“Cerai?”

“Ya. Kudengar itu yang membuat Jiyong akhir-akhir ini murung, rumah tangganya dengan Seunghyun di ujung tanduk.”

Kaget, dan juga heran melandamu saat kau tak sengaja menangkap pembicaraan karyawan wanita yang melintas di depanmu. Cerai? Seunghyun dan Jiyong? Mengapa?

“Mengapa mereka bercerai? Kurasa rumah tangga mereka baik-baik saja..”

“Dari luar terlihatnya begitu. Tapi tidak di dalamnya. Seunghyun seorang pengusaha yang tengah mengembangkan karirnya, kalau kudengar dari gosip yang beredar.. Seunghyun terlalu sibuk sampai-sampai lupa anak dan istrinya..”

“Jahat sekali. Kasihan Jiyong..”

“Benar. Jika itu aku, mungkin aku akan terus menangis.. Jiyong wanita yang kuat, kuharap ia bisa lebih tegar demi dirinya dan juga anaknya.”

Kau terdiam, namun kedua telingamu menjadi saksi dan terus mendengarkan apa-apa saja yang di bicarakan kedua wanita itu. Kebetulan juga mereka searah dengan dirimu.

“Apa mereka sudah resmi berpisah?”

“Katanya belum, kasus mereka baru di proses..”

“Kuharap setelah ini Jiyong bisa menemukan pria yang lebih baik..”

“Ya. Kau benar..”

Kedua wanita itu pergi, tinggalkan dirimu yang masih tercenung di dalam elevator. Semua pertanyaan yang akhir-akhir ini menghantui kepalamu terjawab sudah. Pintu elevator perlahan menutup, tanganmu sudah bersiap menekan tombol lantai yang ingin kau tuju namun..

“Tunggu!”

Sebuah tangan menahan kedua pintu elevator hingga terbuka lagi, menampakkan sosok yang di bicarakan oleh kedua wanita yang sudah pergi tadi. Ia mengulas senyum tipis ke arahmu sebelum akhirnya memasuki elevator tanpa suara. Ia lalu menekan tombol menuju lantai satu, searah denganmu.

“Pulang?”

“Ya.” ia menyahut pendek sambil sibuk menekan-nekan layar ponselnya, kernyitan dalam tercipta di wajahnya. “Sial.”

“Ada apa?”

“Eh? Tidak.” ia buru-buru menepis pertanyaanmu, membatasi diri untuk mengobrol. Sebenarnya kau cukup gemas dengan sikapnya yang sekarang menjaga jarak, bukan karena apa-apa, hanya saja kau merasa risih. Aku bukan orang jahat, itulah yang kau pikirkan.

“Kau tidak bawa mobil?” kau bertanya heran saat mendapati dirinya tidak berbelok ke arah basemen. Ia hanya tersenyum ragu.

“Aku bisa naik taksi..” kernyitan dalam kini tercipta di wajahmu. Taksi? Memang ada taksi di waktu selarut ini melintas?

“Di jam seperti ini sudah tidak ada taksi..” kau menjelaskan perlahan.

“Aku akan memesannya..”

“Percuma juga.. Biasanya taksi hanya lewat sampai sore tadi..” raut cemas kini tercipta di wajahnya. Mungkin ia khawatir karena tak bisa pulang?

“Begitu ya?” ia menghela napas, kembali ia menekan-nekan layar ponselnya, sepertinya menghubungi seseorang.

“Bagaimana kalau kuantar kau pulang?” ia menghentikan aktifitasnya dengan gadget itu. Kini fokusnya penuh ke arahmu. “Itupun jika kau tidak keberatan pulang bersamaku..”

“Tapi, aku akan merepotkanmu..”

“Tidak masalah.. Ayo..” ia tersenyum, terselip rasa terima kasih dalam senyum itu. Senyuman yang entah kenapa membuatmu ikut bahagia juga.

Hening melanda perjalanan pulang kalian, kau sendiri enggan mengajaknya bicara duluan. Kau memang tak pandai dalam mencairkan suasana.

“Aku akan ke arah utara sungai Han.”

“Bukankah rumahmu di daerah Jungnang?”

"Tidak lagi."

"Uh?" kau meliriknya kebingungan, ia nampak enggan menjelaskan lebih lanjut. "Baiklah, kita ke Dongdaemun.."

Ia terlihat lega melihatmu tak bertanya lebih lanjut. Kau pun juga sudah memiliki dugaan, mungkin dia sudah tak serumah lagi dengan sang suami.

"Bolehkah aku meminta tolong lagi padamu?"

"Silahkan.."

"Aku harus pergi ke apotek. Ada yang harus kubeli."

"Kau sakit?" kali ini kau menatapnya, entah kenapa rasa ibamu begitu kuat pada wanita itu.

"Bukan.." ia terlihat ragu.

"Seungri?"

"Ya.." ia menghela napas. Menit-menit berikutnya, meski perlahan dia mulai berani bercerita denganmu, meski terus menghindari topik suaminya.

"Apa yang kau beli?"

"Madu dan permen mins pedas.. Seungri sedang sakit tenggorokan. Aku cemas karena dia juga tidak makan dengan baik.." jelasnya. "Ah, maaf kau jadi mendengarkan keluhanku.."

"Aku tidak keberatan.." ia terdiam, mungkin terkejut dengan kalimat yang kau lontarkan.

"Tak seharusnya kau bicara begitu.."

"Jangan menutup diri.." ia terhenyak saat kau kembali berucap. Matanya menatapmu intens.

"Kau.."

"Setiap masalah selalu ada pemecahannya.." kau menjeda sejenak. "Kita sudah sampai.."

Hening, hening yang penuh kecanggungan kini melingkupi suasana di antara kalian. Tapi, tak apa. Kau mulai terbiasa dengan sikap pendiamnya.

"Terima kasih atas tumpangannya.." ia berucap lembut. "..dan semuanya.."

"Sama-sama. Semoga anakmu cepat sembuh.."

"Young Bae?"

"Ya?" ia terdiam enggan mengajukan ucapannya. "Ada apa?"

"Lainkali aku akan membalas semua kebaikanmu hari ini.."

 

***

 

"Dia siapa, mom?"

"Oh.." ia berjongkok meraih putranya dalam dekapan. "Teman kerja, dear.. Beri salam pada paman Young Bae.."

"Annyeong haseyo.." kau tersenyum, kemudian membalas balik sapaan anak manis dalam dekapan wanita itu. "Paman temannya mom?"

"Ya. Kau anak yang tampan.."

"Ya! Karena aku memiliki Dad yang tampan juga!" ucapan itu sukses merubah raut muka wanita yang baru saja kau antar pulang. Ada kesedihan yang kembali menggantung di sana dan kau begitu benci hal itu.

"Seung-ya.. Masuklah duluan.. Mom akan menyusulmu nanti.."

"Okay!"

"Dia pintar.." kau berucap sambil terus memperhatikan sosok anak itu sampai menghilang ke dalam rumah.

"Ya.. Dia memang pintar.." ia mengulas senyuman sendu. "..dan aku tak akan membiarkannya kembali tersakiti.."

"Bagaimana kabarnya?"

"Ia masih menolak untuk hadir ke pengadilan.." ia menghela napas. "Kau mau minum apa? Masuklah.."

"Tidak usah. Aku langsung pulang saja.."

"Kuantar sampai ke depan.."

Kau berjalan di ikuti olehnya di belakangmu. Ini sudah genap sebulan, hubungan pertemananmu dengannya kian membaik, ia sekarang jauh lebih terbuka denganmu, dan terlihat lebih ceria. Satu yang belum kau dapat, satu hal yang sebenarnya akhir-akhir ini mengganggumu. Hatinya, hati seorang Choi Jiyong.

"Hati-hati di jalan.." ia tersenyum di balik pagar. Kau sendiri sudah berada di luar. "Sampai jum-"

"Tunggu." salah satu tanganmu mencegahnya menutup pagar. Ia mengernyit bingung meski pada akhirnya kembali membuka pagar rumah.

"Ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu.."

"Oh? Tentu. Ada apa?"

"Boleh kuminta sekarang?"

"Ah? Apa maksudmu?" ia bertanya bingung. Namun, ekspresi bingung itu pun segera terganti saat kau menarik tubuh mungilnya dalam dekapan, suatu interaksi yang selama ini kau tahan.

"Y-Young Bae.."

"Kau pernah bilang akan membalas semua kebaikanku selama ini, kan?"

"Kumohon lepaskan aku dulu.." kau melepas dekapanmu, namun kedua tanganmu masih memegang kedua bahunya.

"Young Bae.."

"Aku ingin kau menikah denganku, Choi Jiyong.."

 

 

Every time I see you falling

I get down on my knees and pray

 

"Jangan bercanda."

"Aku tidak." ia menunduk mendengar ucapanmu. Kedua tangannya perlahan menepis sentuhanmu di pundak.

"Aku belum berpisah dengannya.." lirihnya.

"Kalau begitu aku akan menunggu hasil itu sampai keluar." ia menatapmu, tak percaya dengan ucapanmu.

"Kau gila!"

"Kau yang membuatku begitu.."

"Tapi, kenapa aku?!" ia bertanya tak habis pikir. "Kenapa aku? Kau bisa menemukan wanita lain yang-"

"Tidak. Aku tidak bisa." kau meraih sebelah tangannya, menggenggamnya hangat. "Maaf, mungkin terdengar lucu.. Tapi perasaan ini semakin berkembang seiring dengan kebersamaan kita."

"Kau boleh tidak percaya. Tapi, tak ada kebohongan sama sekali dalam ucapanku ini. Aku. Dong Young Bae benar-benar mengharapkanmu."

"Young Bae.." kedua manik cokelatnya melebar saat kau membuka genggaman tangan kalian, kau sengaja menaruh sebuah cincin dalam tangannya. "Apa maksudmu ini?"

"Aku menunggu keputusanmu.. Aku tidak akan memaksamu harus menjawab sekarang.." kau tersenyum kecil. "Sampai jumpa.."

 

I'm waiting for that final moment

You say the words that I can't say

 

Hari itu telah berlalu, hari di mana kau telah memberikan keputusan penuh pada Jiyong. Hari di mana kau meminangnya dengan segala yang kau punya, tanpa paksaan, tanpa keinginan terselubung. Gugur telah berganti dingin, daun kering terganti oleh bekunya es dari langit, sejuk pun berganti dengan dingin menusuk.

“Kau datang..”

“Ya. Aku datang membawa jawaban..” kedua bibir plum itu berujar lembut, sosoknya nampak begitu memesona dalam balutan jaket bulu cokelat tua. Kau ukir senyuman tipis.

“Lalu apa jawabanmu, Kwon Jiyong?”

“Aku..”

 

I feel fine and I feel good
I'm feeling like I never should

 

Kau terdiam saat ia mengembalikan cincin perak tempo lalu. Ketegasan tanpa goyah terpatri jelas di raut rupawannya. Ia benar-benar serius dengan keputusannya.

“Aku tidak bisa.”

“Boleh aku tahu alasannya.”

“Aku tak mau tersakiti lagi.. juga Seungri..”

“Bagaimana jika kukatakan aku berbeda dengannya?”

“Cukup.” ia membuang napas sambil memejamkan mata. “Aku.. Kupikir aku tak bisa lagi melakukannya..” kau menatapnya lama. Sedih, tentu sudah pasti. Tapi, sejak awal kau memang tak memaksanya harus menerima pinangan darimu. Trauma akan rumah tangga pahit bersama pria itu telah membuatnya mengecap semua pria sama, dan kau pun tak dapat melakukan apapun dengan pendapat itu.

“Maafkan aku..”

“Jangan meminta maaf. Sejak awal aku tak memaksamu harus menerima pinangan ini..”

“Apa ini akan merubah semua yang sudah kita lalui?” kau menatapnya intens, kedua kristal hazel itu menatapmu penuh harap, mungkin ia tak ingin kehilangan persahabatan kalian.

“Aku tidak tahu..” ucapmu pelan. “Mungkin iya.. tapi, mungkin juga tidak..”

"Kenapa begitu? Kau marah karena aku menolak?"

"Tentu tidak. Aku menghormati keputusanmu.." kau menjeda. "Tapi, kurasa baik aku membutuhkan waktu setelah kau mengucapkan keputusanmu."

"Young Bae.. Maaf.." kau memeluk dirinya yang terisak, merasa bersalah karena telah menyakitimu. "Maafkan aku.."

"Jangan.." ucapmu lembut sembari menghapus leleran air matanya. "Aku mencintaimu. Karena itulah, aku menghormati segala keputusan yang telah kau ambil.."

"Tapi persahabatan kita.."

"Jangan merasa bersalah.. Perusak persahabatan kita sebenarnya adalah aku.." kau tersenyum kecil. "Namun, sebaik apapun aku di matamu.. Aku tetaplah manusia biasa, tentu aku sedih dan butuh waktu sendiri setelah kejadian ini.."

"Aku akan menunggu.."

"Menungguku?"

"Ya. Menunggu sahabatku kembali, sahabat terbaikku, kau Dong Young Bae.." kau maupun dirinya kini tersenyum kecil.

"Terima kasih.."

 

Whenever I get this way
I just don't know what to say
Why can't we be ourselves like we were yesterday

 

 

*FIN

 

Duhh.. Jiyongie~~ Kamu janda yang laku sekali ne di sini!!! kekeke~~#di rajam..

Halloooo readers.. Nah, ini sekuel dari ff sebelumnya yang berjudul Where’d You Go.. Kalo kalian menanyakan kelanjutan hubungan GTOP, sebenarnya di sini sudah terjawab saat Young Bae memanggil Jiyong dengan nama gadisnya dulu yaitu ‘Kwon Jiyong’ bukan lagi pake marga ‘Choi’.. Dari situ, kalian sudah bisa tahu kalo GTOP di sini saya ceritain sudah bercerai..

Nah, ini masih ada lanjutannya.. Mungkin lebih panjang, karena next saya akan nyeritain penyesalan TOP setelah di tinggal oleh Jiyong, n perasaan dia yang berkebalikan dgn Jiyong nantinya.. so stay tune ya??

Nah, ga banyak omong lagi.. Silahkan tinggalkan kesan kalian berupa review..^_^

 

Kansahamnida@youngdinna

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
CHyun301 #1
Chapter 3: syedih T^T kirain bakal balikan T^T
Friskania
#2
Chapter 3: Tadi nemu ff ini gak sengaja.. ya ampun ini ff tersedih yg pernah kubaca T_T Ini menceritakan kalo Gtop nggak jodoh dan takdir itu nggak bisa diubah lagi.. Huaa bagus deh pokoknya