Stranger

Fast Tracklist (Drabbles)

Stranger

Main casts: Choi Seunghyun a.k.a T.O.P Big Bang, and Kwon Jiyong a.k.a G Dragon Big Bang.

Support casts: Lee Seunghyun a.k.a Seungri Big Bang, Dong Young Bae a.k.a Taeyang Big Bang, and Choi Dongwook a.k.a Se7en.

Warning: AU, typo(s), pasaran, and manymore.

Genre: Romance and sad.

 

Sequel of Bizzare Love Triangle

.

.

.

Inspired by Secondhand Serenade - Stranger

.

.

.

youngdinna presents

 

Turn Around

Turn Around and fix your eye in my

direction

So there is a connection

 

Detik jarum rado di pergelangan tanganmu terasa berbunyi nyaring di tengah kesunyian rumah. Gelap sudah menyambutmu sejak tadi, tapi keenggananmu untuk menyalakan lampu begitu kuat, rasanya malas melakukan apapun.

"Kau datang?"

"Ya."

"Mana Seungri?"

"Bersama ibu di rumah.." kau hanya menatap punggung wanita mungil itu. Tak bersuara pun mendekat ke arahnya.

"Ji-Jiyong.." tergagap kau memanggilnya, membuatnya menghentikan aktivitasnya yang tengah memberesi semua benda miliknya sendiri.

"Apa?" dingin, entah kenapa kau merasa nada itu tak lagi terasa hangat. Tak ada nada manis semanis madu, tak ada nada lembut selembut kapas semenjak kejadian.. Ah, kau tak mau menyebutnya.

"Sebaiknya kau bawa semua barang-barangmu. Memenuhi rumahku."

"Oh!" ia terkejut, kelihatan tersinggung dengan ucapanmu. "Tentu! Aku akan segera membereskan semuanya. Jangan cemas!" ia mendengus dan kembali membereskan barangnya dengan bersungut. Kau mengutuk mulutmu sendiri.

"Sini kubantu."

"Tidak usah."

"Tapi, ini berat."

"Apa pedulimu?" ia memicing tajam, merebut barang yang hendak kau bawa. "Menyingkir. Kau membuat pekerjaanku terhambat."

"Maaf.." ia terdiam, mungkin terhenyak pada satu kata yang meluncur dari bibirmu.

"Maaf atas.."

"Atas apa?" ia memotong. Mata cokelatnya kini menatapmu intens, menelisik dan menusuk. "Atas apa kau meminta maaf padaku, Choi Seunghyun?"

"Semuanya."

"Aku tak menyesal."

"Tapi tidak denganku." kau bersikeras. Ia menghela napas sambil memejamkan mata.

"Terlambat."

"Tapi.."

"Sudah terlambat!" ia sedikit meninggikan nadanya. "Kemana saja kau? Kenapa? Kenapa baru sekarang?"

"Jiyongie.." kau meraih tangannya perlahan.

"Tidak." ia menepis cepat. "Tidak lagi, Choi Seunghyun.."

"Jiyongie.."

"Aku akan membereskan barang-barang yang kiranya bisa kubawa dulu. Aku titip beberapa di sini, besok baru kuambil." ia menarik koper itu, berjalan menuju pintu keluar rumahmu yang terbuka.

"Jiyongie.."

"Selamat malam, Choi Seunghyun." pintu pun tertutup, tinggalkan dirimu yang masih termangu, tak bergerak sedikitpun.

"Jangan pergi.."

 

I can't speak

I can't make a sound to somehow

capture your attention

I'm staring at perfection

 

Kau tersenyum kecil saat kedua kaki mungil itu berlari lincah menggiring bola di lapangan sekolah dasar yang tak asing bagimu. Meski jauh, kau tetap merasa senang bisa mengawasi malaikat kecilmu itu. Ia nampak ceria, dan sehat.

Rindu. Kau sangat merindukannya. Rindu mendengar celotehan cerewetnya, rindu menggendongnya, rindu menina bobokannya, semuanya kau rindukan.

Namun, apa yang bisa kau lakukan? Pantaskah kau merindukannya? Tidak. Kau tidak pantas merindukannya, pun menyentuh ataupun memeluknya. Kau terlalu banyak membuatnya berurai airmata, mengecewakannya, dan mungkin inilah hukuman yang pantas kau terima.

"Seungri! Paman itu melihat kita terus!"

"Ah!" malaikat kecilmu berhenti berlari, memicingkan mata ke arahmu. "Dad? Dad!"

Tak terbendung, anak itu berlari ke arahmu sambil menangis, memelukmu erat seakan kau akan menghilang lagi. Lagi, penyesalan menghantam kepala juga hatimu, membuatmu sadar betapa bodohnya kau ini.

"Seung-ya.."

"I miss you.. I miss you so much, dad.." isaknya parau, airmata membanjiri pipi gembulnya, hidung bangirnya memerah mengeluarkan ingus.

"Hei, jangan menangis.."

"Tapi, aku sudah lama tidak bertemu denganmu.. Mom selalu melarangku jika ingin pulang ke rumah.." jelasnya sesenggukan. Kau tersenyum, lidahmu terasa kelu tak mampu menjawab pun menghibur putramu.

"Dad juga rindu padamu, dear.."

"Kalau begitu datanglah ke rumah kakek, dad.. Datanglah ke sana, karena mom juga sering menangis.."

"Dad tidak bisa.." ucapmu lembut. "Tapi, dad akan sering kemari menemuimu.."

"Bagaimana kalau hari ini aku pulang denganmu, dad?"

"Jangan.. Nanti mom cemas.."

"Aku pulang dengan ayahku sendiri, kenapa harus cemas? Ayolah, dad.. Kumohon.." kau menatap putramu sangsi. Mungkin ini tak akan menjadi masalah besar jika keadaanmu tak seperti sekarang.

"Kumohon, dad.." kau menghela napas, hatimu meleleh melihat ekspresi putramu itu.

"Baiklah.. Hari ini kau main dengan dad.."

 

***

 

"Dad aku mendapat nilai A di mata pelajaran menyanyi.."

"Great.. Lagu apa yang kau nyanyikan?"

"Aku menyanyikan dua lagu.. Uh, twinkle twinkle little star dan day is done! Lagu yang biasa dad dan mom nyanyikan untukku saat tidur." kau tersenyum mendengar celotehan putramu yang cerewet.

Hari sebenarnya sudah gelap, namun putramu masih bersikeras ingin tinggal. Menolak kau antar pulang, dan memilih tiduran di sofa bersamamu saat ini.

"Seung-ya.."

"Aku mengantuk. Dad, nyanyikan sebuah lagu untukku.."

"Kalau begitu, kuantar kau pulang."

"Aniyo.. Aku tidur di sini saja.."

"Eh?"

"Ayo, dad.. Nyanyikan lagu untukku.." kau tersenyum, sebenarnya kau mencemaskan keadaan Jiyong. Wanita itu pasti bingung dan tak tahu kemana anaknya pergi.

"Twinkle, twinkle little star.. How I wonder what you are.. Up, above the world so high.. Like a diamonds in the sky.. Twinkle, twinkle little star.. How I wonder what you are.."

Kau mengakhiri nyanyianmu saat di rasa Seungri sudah pulas tertidur. Kedua mata panda bocah itu terpejam, dengkuran halus terdengar hingga membuatmu tersenyum.

"Nice dream, Seungri.." perlahan kau beranjak dari tempatmu, takut membuat malaikat kecilmu bangun. Kedua kaki jenjangmu kini melangkah menuju pesawat telepon rumah. Menekan nomor yang sudah kau hafal di luar kepala.

"Yeoboseyo?"

"Ini aku."

"Kau yang membawa Seungri?" kau mengernyit demi mendengar nada menodong orang di seberang. "Berani sekali kau membawanya."

"Dia anakku juga. Aku berhak menemuinya."

"Di saat seperti sekarang kau menganggapnya anakmu?"

"Aku tak ingin berdebat denganmu."

"Aku akan menjemputnya besok."

"Aku bisa mengantarnya."

"Tidak. Tidak perlu. Kau sebaiknya mengurus beberapa berkas yang belum kau kumpulkan di pengadilan.." kau terdiam, kau benci tiap kali ia mengungkit urusan pengadilan.

"Seunghyun? Kau di sana?"

"Apa aku begitu asing bagimu sekarang?"

"Mwo?"

"Kau bertindak tanduk terhadapku seolah kita tak saling kenal, kau melarang Seungri bertemu denganku seolah aku adalah ancaman.."

"Kau membenciku?" tanyamu pada akhirnya.

"Jawabannya tentu kau sudah tahu." kau menghela napas mendengar suaranya, suara yang dulu tak pernah sekalipun berujar dingin dan tajam.

"Aku.."

"Kujemput Seungri besok. Jangan lupa berkasnya, selamat malam."

Telepon terputus secara sepihak. Kau sendiri enggan menjauhkan gagang telepon dari telingamu.

"Jiyongie.." lirih, kau berujar lirih selirih angin malam yang berhembus malam ini. "Aku masih mencintaimu.."

 

Take a look at me so you can see

How beautiful you are

You call me a stranger

You say I'm a danger

But all these thoughts are leaving

you tonight

 

"Ayo, Seungri."

"Aniyo. Kenapa kita tidak tidur di sini saja, mom?"

"No, dear.. We can't.."

"Why?" kau bisa melihat kebingungan yang terpancar di kedua mata wanita itu. Hal yang sama terjadi padamu tiap Seungri menanyakannya.

"Because.."

"Because mom should do this, Seung-ya.." kau akhirnya menjawab pertanyaan Seungri yang tak segera di jawab.

"Mom dan dad bermusuhan?"

"Seung-"

"No. Mom dan dad tidak bermusuhan.. Hanya sedang ada banyak urusan.. Seung-ya mau mengerti, kan?" kau mengiyakan apa yang di katakan Jiyong. Mungkin, wanita itu tak mau Seungri mengetahui masalah sebenarnya.

"Okay.."

"Good boy.." kau menepuk puncak kepala Seungri. "Masuklah ke mobil.. Ada sesuatu yang harus dad bicarakan dengan mom.."

"Okay! See you tomorrow dad!"

"Apa yang ingin kau bicarakan?" ia bertanya saat memastikan Seungri tak mendengar.

"Kita buat kesepakatan."

"Kesepakatan?"

"Ya." kau menjeda sejenak. "Kita rahasiakan masalah ini dari Seungri."

"Sampai kapan?"

"Sampai waktunya tepat, ketika Seungri sedikit lebih dewasa."

"Baiklah, aku setuju.." ia menghela pelan. "Kupikir Seungri juga sesekali perlu bertemu denganmu."

"Terima kasih."

"Ya."

"Bolehkah sesekali aku main ke rumah?"

"Tidak. Jangan dulu." ia menatapmu sekarang. "Aku tidak enak dengan ayah dan ibu.. Tunggu sampai kami sudah mendapat flat baru.."

"Jiyongie.."

"..dan kumohon berhenti memanggilku begitu." ia membuang muka darimu. "Cukup di depan Seungri saja.."

"Aku mengerti.."

 

I'm broke and abandoned

You are an angel

Making all my dreams come true

tonight

 

Hujan mengguyur tubuhmu saat malam di penghujung bulan Agustus kau nekad mendatangi rumah di mana kedua malaikatmu tinggal. Kau mematung, dadamu terasa bergemuruh dan sesak saat mendapati sesosok pria tengah mengobrol bersama Jiyong. Siapa pria itu? Mengapa mereka terlihat begitu dekat?

"Seunghyun? Astaga, kau kehujan-"

"Jadi, dia alasanmu melarangku kemari?"

"Apa?"

"Dia!" kau menuding pria yang berdiri tak jauh darimu. "Kau membatasi pertemuanku dengan Seungri karena dia, kan?"

"Kau bicara apa?"

"Jalang!"

"A-apa?"

"Iya, kau jalang!"

"Jaga bicaramu!" pria itu tersulut saat kau mengatai wanita itu jalang. "Kau salah paham, Seunghyun-ssi.."

"Seunghyun, jangan asal bicara sebelum-"

"Berapa tarif yang di bayarnya untukmu?"

"Apa maksud-"

"Berapa hargamu?! Berapa banyak ia membayarmu hingga kau mau di kencani olehnya-"

PLAK

Kau tersentak, rasa panas menjalar di pipi kananmu. Barusan.. Apakah barusan ia menamparmu?

"Jiyongie.."

"Brengsek kau, Choi Seunghyun.." kau terhenyak saat kedua mata hazel itu mulai di banjiri airmata, bercampur dengan derasnya air hujan.

"Maafkan aku."

"Pergi."

"Jiyongie.."

"Pergi! Jangan pernah kembali ke hadapanku!"

 

Your beauty seems so far away

I'd have to write a thousand songs

to make you comprehend how

beautiful you are

I know that I can't make you stay

But I would give my final breath to

make you understand how beautiful

you are

 

***

 

February, 14th 2016

"Selamat siang. Ada yang bisa kubantu?"

"Aku ingin membeli buket bunga."

"Bunga apa yang anda inginkan, tuan?"

"Apa saja. Buat yang paling cantik.."

"Bagaimana dengan kartu ucapannya? Anda ingin menambahkan?"

"Tidak. Tidak perlu."

"Baiklah.. Semuanya seratus ribu won.."

 

You call me a stranger

 

"Kediaman Kwon Jiyong?"

"Ah, iya. Ada yang bisa kubantu, tuan?"

"Paket untuk anda."

"Uh? Buket dari siapa ini?"

"Mohon maaf. Dia meminta kami menjaga privasinya."

"Begitu?"

"Ya. Dan ini paket untuk Kwon Seungri.."

"Dari pengirim yang sama?"

"Benar."

"Sampaikan terima kasihku padanya."

"Baik. Semoga harimu menyenangkan, nyonya."

"Ya. Selamat Hari Kasih Sayang."

 

You say I'm a danger

But all these thoughts are leaving

you tonight

 

"Terima kasih, hyung.."

"Kenapa tak langsung menemuinya?" kau terdiam, enggan menjawab pertanyaan pria di sampingmu. "Choi Seunghyun?"

"Aku telah menyakitinya.. Aku mengatainya begitu kasar dulu.." matamu menatap keluar mobil. Sosok wanita tengah tertawa riang dengan sesosok anak yang mungkin sekarang berumur sebelas tahunan. Kau mengulum senyum, mereka terlihat bahagia.

"Kau tahu? Jika kau mau, kau bisa menikah lagi."

"Aku bukan kau, Choi Dongwook."

"Ayolah. Aku yakin Jiyong pasti juga sudah menikah lagi."

"Tidak. Dia belum menikah."

"Mwo? Bagaimana kau tahu?" kau hanya tersenyum, memilih kembali menatap sosok wanita itu yang kini tengah mengagumi paket bunga seukuran pohon natal mungil itu.

'Jiyongie..' kau memejamkan mata, satu demi satu memorimu bersama wanita itu semasa dulu kembali terbuka. Memori yang indah, sangat indah.

 

I'm broke and abandoned

You are an angel

 

"Akh!"

"Anda tidak apa-apa?"

"Uhm, yah.. Terima kasih.." kau dan dia perlahan bangkit.

"Maaf.."

"Ya?"

"Tanganmu.. bisakah melepaskan tanganku?"

"Ah!" kau tersenyum malu, begitupun dirinya. Mukanya bersemu merah muda, manis sekali.

"Choi Seunghyun."

"Eh?"

"Namaku Choi Seunghyun.. Siapa namamu?" ia tersenyum manis, malu-malu ia menyambut jabat tanganmu.

"Kwon Jiyong.. Namaku Kwon Jiyong.."

 

Making all my dreams come true

tonight

 

*FIN

 

Finnally!!! This is the ending!!!! Dan GTOP akhirnya tidak bersama!!!! #dirajam

Aduh, mau gimana lagi.. Dari ketiga lagu yang saya pake memang bertema galau, ga ada yang happy atau fluffy.. kekeke..

Nah, ada satu scene di mana YB keluar lagi lho.. (scene pas Seunghyun di tampar).. Bagi yang penasaran n pengen tau jawaban kelanjutan persahabatan BaeJi di sini juga sudah terjawab.. N scene terakhir itu scene GTOP dulu sebelum mereka nikah (masa2 pacaran gitu..), biar kesannya ga aneh..

So, gimana nasib GTOP thor?? Ya, seperti yang kalian lihat.. Di part sebelumnya saya uda menjelaskan kalo part terakhir ini saya ceritain khusus Seunghyun-side yang berisi penyesalan dia n keretakan hubungannya dgn Jiyong *halah*.. So, di sini ga ada ending happy.. Yah, endingnya Seunghyun hanya mampu mengawasi Jiyong n Seungri dari jauh.. #maksa #plak

Oke, tidak banyak omong lagi lah.. Silahkan, tinggalkan kesan kalian, boleh berupa kritik, saran, atau mungkin pujian saya terima semua..

 

Kansahamnida@youngdinna

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
CHyun301 #1
Chapter 3: syedih T^T kirain bakal balikan T^T
Friskania
#2
Chapter 3: Tadi nemu ff ini gak sengaja.. ya ampun ini ff tersedih yg pernah kubaca T_T Ini menceritakan kalo Gtop nggak jodoh dan takdir itu nggak bisa diubah lagi.. Huaa bagus deh pokoknya