Jiyong's Perspective

Blitz

Aku berjalan tergesa-gesa memasuki kantor baruku. Sialan. Ini hari pertama aku menjadi fotografer di sini dan aku terlambat. Aku mempertaruhkan reputasiku sebagai seorang fotografer. Kupakai kacamata hitamku. Aku langsung memasuki ruanganku dan menyetel kamera.

Model pemotretan hari ini keluar dari ruang rias. Cantik sekali. Rambutnya disasak tinggi, gaunnya sangat pas di tubuhnya. Kami pun memulai pemotretan.

Namanya Lee Chaerin. Dia sudah beberapa tahun tinggal di Milan. Kami banyak bercerita saat makan bersama. Chaerin sangat baik dan ramah. Dia manis sekali. Kalau tersenyum, matanya juga melengkung seperti ikut tersenyum. Dia tipeku. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama.

Kami menghabiskan banyak waktu bersama. Aku memang tidak menyatakan perasaanku padanya, selain itu ada teman wanitaku yang juga sedang dekat denganku. Yang menarik perhatianku adalah pengalamannya dengan seorang lelaki bernama Lee Soohyuk. Aku tidak tahu dia siapa, namun jelas-jelas lelaki itu perlu dihajar. Brengsek. Tak punya hati. Dia menyelingkuhi Chaerin berkali-kali! Banyak alasan dan banyak dalih. Chaerin terlihat sangat mencintai Soohyuk, namun dia terlalu sering disakiti. Dia sudah terlalu banyak dilukai. Hatinya terluka, dan lukanya dalam. Jika sembuh tetap meninggalkan bekas. Sejak saat itu aku bertekad untuk tidak menyakiti hati Chaerin. Sampai kapanpun.

Suatu malam aku melamar Chaerin. Dia terlihat terkejut, namun akhirnya menerimanya. Sangat bahagia. Di hari pernikahan, dia memakai gaun yang sama saat pemotretan pertama kami. Tak banyak kolega yang datang, kami membuat pesta ini sedikit lebih pribadi.

Kami menjalani hari-hari dengan bahagia, kami berbulan madu di resort di kaki gunung. Menyenangkan sekali. Kami juga sering meluangkan waktu untuk kencan, pergi ke petshop. Kami juga punya kucing angora putih bernama Icy! Chaerin sangat sayang pada Icy. Bahkan aku harus berbagi tempat tidur dengan Icy.

Terkadang kami bertengkar, ya kau tahu, kan? Salah paham suami istri. Aku tidak bisa marah pada Chaerin, semarah apapun dia padaku. Kadang aku menyendiri dan menangis, kalau didiamkan Chaerin berhari-hari. Kadang dia membentakku. Namun, tak apa. Yang penting hati Chaerin tidak terkoyak lukanya. Dia tidak boleh tersakiti, seperti yang aku janjikan pada diriku sendiri. Chaerin sebenarnya tak bisa lama-lama mendiamkanku. Malam harinya kami tidur saling membelakangi, namun pada pagi harinya kami terbangun saling tersenyum dan berpelukan satu sama lain.

Pernah satu hari Chaerin salah sangka padaku saat melihat scrap book di ruang kerjaku. Judulnya Perspective. Chaerin salah sangka akibat mencerna judul scrap book mentah-mentah. Dia mengira aku memotret wanita tanpa busana atau semacamnya, padahal jelas-jelas bukan. Kuberi judul karena di situ kupotret tanpa efek, sehingga perspektifnya tidak dibuat-buat, seperti bata yang belum dipoles, atau batu yang teronggok begitu saja. Chaerin sangat marah sampai kembali ke Korea diam-diam. Harin, adik kandung Chaerin memberi tahuku dan kususul dia dengan penerbangan darurat. Kujelaskan semuanya dan akhirnya dia mengerti dan mau kembali ke Milan bersamaku.

Chaerin pernah memberiku kejutan ulang tahun dengan bekerja sama dengan teman-temanku. Di situ aku sangat kebingungan sampai merasa kesal sekali. Namun pada akhirnya Chaerin menjelaskan dan aku mengerti. Sebenarnya dia sangatlah pengertian.

Chaerin adalah sosok istri idaman, menurutku. Cantik, sudah jelas. Badannya indah, cocok dengan pakaian apapun. Suaranya enak didengar. Dia memang pencemburu, dan ketika cemburu dia terlihat manis. Masakannya lezat dan dia sangat rapi. Berbeda denganku yang berantakan dan sembarangan menaruh barang. 

Kini kami sedang melakukan proyek fotografi bersama. Chaerin modelnya dan aku fotografernya. Kami juga berencana untuk bulan madu kembali ke suatu tempat sepi di daerah pantai, mungkin Maldives. Kami mendambakan seorang anak, kalau boleh jujur. Chaerin memang sangat suka anak kecil. Dia sering mengunjungi panti asuhan hanya untuk menggendong dan mengajari berjalan anak-anak di sana.

Aku sangat mencintaimu, Chaerin. Maafkan aku kalau aku sering membuatmu kesal dan menangis. Aku tidak mau kehilangan kamu. Aku ingin selalu bersamamu, sampai kapanpun. Tak terbatas. Sampai hanya maut memisahkan.

SARANGHAEYO!

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
xxxblackvipxxx #1
Chapter 2: Cool aku suka ff eon ><><
LinLin05 #2
Chapter 2: Saranghaee jiyongiiiee oppa
Jenjeniiy #3
Chapter 2: hihihi, jiyong oppa.... Nado saranghaeeee:)
kerroppi #4
Chapter 1: jiyong nya soo sweet bangettt.... bagus bagus^^
deasy_ #5
Chapter 1: Apa itu sebenarnya foto nya CL..? Sedikit membingungkan dibagian akhirnya. Hrus ada sekuel nya ini:-D
Alia91 #6
Chapter 1: Bentar... Agak bingung d endingnya,
Mungkin kaya yg Ciel_GZB bilang kali ya?
But, overall
Nice story..
^^
Ciel_GZB #7
Chapter 1: Si chaerin nggak lihat apa kandungan scrapbook itu? jadi dia anggap yg lain.. Tapi scrapbooknya sebenarnya Cuma gambar2 chaerin yang diambil oleh jiyong??? Soalnya kamu tulis tentang tuhan mengabadikan moment2.. Tapie nggak masalah lah, cerita bagus.. Hehehe!!
LinLin05 #8
Chapter 1: Terakhirnya agak membingungakn,but tbh i love it
GL18MTBD
#9
Sounds cool ^^