Chapter 1

Blitz

Aku terpaku di depan kaca kafe itu. Melihat kekasihku bermesraan bersama wanita lain. Sesekali dia tertawa, menyuapi wanita itu dengan kue, atau mengusap bibirnya yang terkena busa espresso. Dia terlihat sangat bahagia, jauh berbeda jika dia duduk bersamaku. Dengan rasa kesal kumasuki kafe itu.

"Soohyuk oppa!" kutarik lengan bajunya keras-keras. Wanita itu terlihat kebingungan dan menatap wajahku.

"Honey, who is that?" wanita itu berbicara dengan aksen Inggris yang sangat kental. Kutatap dia dengan pandangan tak suka.

"I need to go for a while. Chaerin, ayo kita bicarakan hal ini di luar." Soohyuk oppa menarik tanganku tergesa ke luar kafe. Wajahnya penuh penyesalan buatan. Dia memang pemain muka ulung.

"Itu cuma rekan kerja sesama model, sungguh!" Soohyuk oppa menatapku serius. Kupalingkan wajahku.

"Kau juga mengatakan hal yang sama padanya, kan? Kalau aku ini rekan kerja sesama modelmu?" 

"Ini hanya salah paham, Chaerin dengarkan aku..."

"OTAKMU YANG SALAH!" kuteriakkan kekesalanku tepat di wajahnya. Air mataku tak dapat dibendung lagi. Kulepas cincin pemberiannya dan kulempar sembarangan dan berlari secepatnya.

"Chaerin, tunggu! LEE CHAERIN!" kuhiraukan teriakan Soohyuk. Aku terus berlari. menutup wajahku yang basah karena air mata. Hatiku sakit, terlalu sering disakiti.

***

Namaku Lee Chaerin, model asal Korea Selatan. Sejak lulus SMA kuputuskan akan berkarir sebagai model dan tanpa ragu kuterima tawaran sebagai model tetap di majalah fashion di Milan. Selain itu, aku memang senang hidup sendiri. Aku tidak mau terkekang.

Hidup sebagai seorang model memang tidak selalu menyenangkan. Banyak skandal, banyak tuduhan, banyak gosip. Terlebih karena siapa yang jadi kekasihku, dulu. Lee Soohyuk. Model kawakan yang juga berasal dari Korea Selatan. Boleh dibilang aku ini tidak ada apa-apanya dibanding dia. Kami bertemu saat kami sama-sama menjadi model runway di pameran busana rutin di Milan. Soohyuk memang baik, namun dia ini playboy yang betul-betul tak disangka. Dia sudah sering selingkuh, namun yang kemarin sudah tak bisa aku maafkan. Dan keputusan ini berakhir dengan aku, menangis semalaman dan makan tidak terkendali. Merusak dietku untuk menjaga badan agar pakaianku selalu muat.

"LEE SOOHYUK BODOH!" kulemparkan bantal pada bingkai fotoku dan Soohyuk. Namun meleset, dan mengenai jam dinding. Jam 9 pagi. Seketika aku terperanjat.

"OMONA! Wedding couture photoshoot!" kuganti bajuku dan bergegas pergi menuju kantor tempatku bekerja. Editor pasti akan sangat marah karena keterlambatanku. Dia memang sangat menjunjung kedisiplinan.

"Good morning. Maaf aku terlambat!" dengan tergesa aku langsung menaruh barangku dan membuka ikatan rambutku. Namun semua staf tata rias tidak terlihat tergesa sepertiku.

"Santai saja, Lee. Fotografernya juga belum datang."

Kuhembuskan nafasku dengan kesal. Tahu begini, aku tidak perlu terburu-buru sampai hampir menabrak orang di jalan.

"Siapa fotografernya? Tidak profesional sekali. Aku sudah terburu-buru sampai hampir menabrak seseorang."

"Entahlah, aku juga tidak tahu. Tapi ini sesuai dengan permintaanmu. Fotografer dari Korea."

Kuanggukkan kepalaku, lalu kudengar suara gaduh dari luar.

"Fotografernya sudah datang, ayo cepat dandani Lee!" editor datang ke ruanganku dan seketika ruangan menjadi sangat sibuk. Mereka mendandaniku, menata rambutku dan mengencangkan ikatan bustierku. Coba mereka mendandaniku sedari tadi, tidak akan repot begini jadinya.

Akhirnya setelah semuanya selesai, aku keluar diantarkan salah satu staf tata rias. Kulihat seorang lelaki kurus berambut pirang pucat sedang menyetel kameranya. Dia mengenakan kacamata hitam, sehingga aku tidak bisa melihat mukanya dengan jelas.

"Bisa kita mulai sekarang?"

***

"Perfect! Perspektifnya indah sekali! Keindahan gaunnya bisa ditonjolkan tanpa menutupi karisma Lee!" editor berdecak kagum melihat hasil pemotretan hari ini.

"Baiklah kami pamit dulu. Semoga kita bekerja sama di pemotretan selanjutnya." aku dan fotografer itu pun keluar ruangan bersama. Kami saling terdiam saat berjalan menuju lobby.

"Sudah berapa lama di Milan?" lelaki itu memulai pembicaraan.

"Sekitar empat tahun."

"Namaku Kwon Jiyong, annyeonghaseyo. Kamu sendiri?" lelaki itu membungkuk sopan kepadaku. Aku sedikit merasa canggung. Sudah begitu lama aku tidak melihat seseorang melakukan perkenalan formal macam ini. Bergaul dengan kebiasaan Milan membuat aku lupa semuanya.

"Lee. Lee Chaerin. Kamu sendiri sudah berapa lama di Milan?"

"Baru beberapa bulan." kuanggukkan kepalaku dan masih terus berjalan keluar gedung.

"Kenapa kamu bisa menjadi fotografer di sini? Di sini jarang mempekerjakan fotografer dari luar Milan."

"Sebenarnya aku fotografer lepas. Memotret objek sembarang, gedung, jalan raya, apapun. Namun beberapa hari yang lalu kubaca lowongan kerja di koran meminta fotografer berkebangsaan Asia. Jadi kuterima untuk menambah uang sakuku. Itu permintaanmu?"

"Ya. Aku sebenarnya agak risih kalau fotografernya lelaki Milan. Ya, kau tahu kan. Matanya bebas mengeksplor." aku tertawa mendengar ucapanku sendiri.

"Kau ini agak sedikit rumit juga, ya. Namun cukup berarti. Kamu sangat fotogenik dan tak perlu diarahkan. Kamu model berbakat." kutatap wajah Jiyong. Bukan basa-basi. Dia memujiku dengan tulus. Tanpa sadar aku tersenyum.

"Mau makan siang bersama?"

***

Sudah dua bulan Jiyong menjadi partner kerjaku. Dia seorang fotografer handal. Aku mudah akrab dengannya, dan aku tahu semua tentangnya. Sering ganti warna rambut, suka apel, dan lebih tua dariku tiga tahun, sehingga tanpa sungkan aku memanggilnya oppa. Hari ini dia mengajakku untuk pergi ke taman.

"Oppa, kenapa oppa baik sekali padaku? Laki-laki jahat. Oppa bukan laki-laki, ya?" aku berkata sembari bergurau. Jiyong hanya terkekeh.

"Pinjam tanganmu." kuulurkan tanganku. Jiyong memakaikanku sebuah cincin. Aku menatapnya kebingungan.

"Apa maksudnya?"

"Jadilah istriku."

"MWOYA? Oppa, kita baru kenal dua bulan! Apa oppa serius?" 

"Serius. Ya sudah kalau tidak mau. Tak masalah." Jiyong melepas cincin dari jariku perlahan. Kutahan tangannya.

"Oppa...."

"Apa?"

"Aku mau."

"Mau apa?"

"Mau jadi istrimu."

"Istri siapa?"

"Istri oppa."

"Ucapkan yang lantang."

"AKU MAU JADI ISTRI OPPA!" kuteriakkan apa yang dia mau. Senyuman muncul di bibirnya.

***

Sudah tiga minggu kami menikah. Kuputuskan untuk vakum dari dunia permodelan. Jiyong memang sibuk, namun dia tetap baik sekali. Pagi hari ini kuputuskan untuk membereskan meja kerjanya yang sudah berantakan. Kutemukan banyak sampah sampai kutemukan sebuah scrap book. perspective.

"Apa ini?" kutelpon Jiyong untuk menanyakannya.

"Ada apa, sayang?"

"OPPA! APA MAKSUD SCRAP BOOK INI?!"

"Yang mana?"

" Perspective."

"Oh itu, itu hanya..."

"Oppa jadi memotret wanita telanjang, begitu?!"

"Heh, dengarkan dulu. bukan begitu...."

"Sudah cukup, oppa!" kututup telpon dan langsung membereskan barangku. Aku memiliki tiket penerbangan menuju Korea, dan akan kupakai hari ini. Kutelpon Harin agar menjemputku nanti di bandara.

***

"Kau harus kabari suamimu, Lee Chaerin!" sudah kesekian kalinya ayah memarahiku. 

"Dia selingkuh!"

"Kau tidak mendengarkannya."

Seseorang datang memasuki ruangan bersama Harin. Jiyong.

"Kenapa kamu ada disini?"

"Biar kujelaskan..."

***

Jiyong memelukku. Aku hanya tersenyum.

"Tuhan selalu mengabadikan momen kita. Selalu."

 

 

The end.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
xxxblackvipxxx #1
Chapter 2: Cool aku suka ff eon ><><
LinLin05 #2
Chapter 2: Saranghaee jiyongiiiee oppa
Jenjeniiy #3
Chapter 2: hihihi, jiyong oppa.... Nado saranghaeeee:)
kerroppi #4
Chapter 1: jiyong nya soo sweet bangettt.... bagus bagus^^
deasy_ #5
Chapter 1: Apa itu sebenarnya foto nya CL..? Sedikit membingungkan dibagian akhirnya. Hrus ada sekuel nya ini:-D
Alia91 #6
Chapter 1: Bentar... Agak bingung d endingnya,
Mungkin kaya yg Ciel_GZB bilang kali ya?
But, overall
Nice story..
^^
Ciel_GZB #7
Chapter 1: Si chaerin nggak lihat apa kandungan scrapbook itu? jadi dia anggap yg lain.. Tapi scrapbooknya sebenarnya Cuma gambar2 chaerin yang diambil oleh jiyong??? Soalnya kamu tulis tentang tuhan mengabadikan moment2.. Tapie nggak masalah lah, cerita bagus.. Hehehe!!
LinLin05 #8
Chapter 1: Terakhirnya agak membingungakn,but tbh i love it
GL18MTBD
#9
Sounds cool ^^