1st : friend for money. chapter 1

friend for money

Dengan sembarangan jongin melangkahkan kakinya menyusuri taman yang berada di pusat kota seoul. Taman ini sudah mulai sepi karena hari sudah menunjukkan pukul 10 malam. Sambil menggerutu ia mengelilingi taman itu. Ia bukannya tidak punya rumah, justru rumah nya sangat besar bahkan jika dihuni oleh 20 orang sekalipun. Ia tidak pulang karena ini merupakan bentuk pemberontakannya kepada appa yang telah menghukumnya dengan mengambil fasilitas seperti mobil , atm dan motornya. Hal ini bermula saat ia ingin mengadakan pesta dengan teman-teman dirumahnya yang super mewah itu saat appanya pergi keluar kota untuk urusan kantor. Sebenarnya ia tidak terlalu suka berpesta, tapi semua gara-gara teman-teman nya membujuk jongin. karena diantara mereka semua, rumah jongin yang paling besar dan tentu duit jongin yang paling mencukupi untuk membeli semua makanan. Semalaman mereka begadang, menonton, bermain playstation, memutar musik keras-keras. Yang membuat appa jongin marah besar bukan hanya itu saja, gara-gara pesta itu jongin jadi bolos sekolah gara-gara tidur kemalaman dan malas bangun di pagi harinya. Oleh karena itu appanya menghukum dengan mengambil semua fasilitas jongin termasuk kendaraan yang ia pakai kemanapun dan memblokir kartu atm nya untuk sementara waktu. Appanya hanya memberi uang saku pada jongin untuk jajan disekolah dan untuk pulang naik bus.walaupun sebenarnya untuk sekedar pergi sekolah dan jajan uang yang diberi appanya lebih dari cukup. Karena appanya memberi uang 500 ribu untuk seminggu.bagi kebanyakan orang itu lebih dari cukup. Appanya berbuat begitu bukan tampa tujuan, Ia ingin anaknya belajar hemat, dan mandiri. Karena selama ini jongin tidak pernah pergi kesekolah dengan bus. Appanya ingin jongin lebih memikirkan dapat membelanjakan uang nya. Walaupun Tuan kim-appa jongin- adalah seorang pebisnis yang terkenal dinegeri ini, tapi ia ingin mendidik anaknya. Walaupun waktu luang nya tidak banyak, yang jelas ia tidak ingin jongin seperti anak yang kurang perhatian dari orang tuanya. Eomma jongin meninggal saat ia berumur 10 tahun karena sakit akut yang dideritanya.jadi appa nya tau betul kalau jongin selalu merasa kesepian dirumah yang besar ini. Apalagi semenjak kyungsoo, hyungnya memutuskan belajar keluar negeri dan meneruskan bisnis keluarganya. Do kyungsoo adalah hyung yang 5 tahun lebih tua darinya. Tubuh kyungsoo lebih pendek dari jongin, matanya yang besar dan kulit nya yang putih amat sangat berbeda dengan jongin. Jongin memiliki kulit yang lebih gelap, keturunan kakeknya. Mereka berdua sangat berbeda fisik maupun sifatnya. Kyungsoo merupakan siswa paling pintar disekolahnya, rajin dan mampu masuk perguruan tinggi dengan skor hampir mendekati sempurna. Sedangkan jongin, bermimpi masuk 50 besar disekolah saja ia tidak pernah. Ia cukup bahagia dengan nilai C atau D. Nilai E? Itu sering. Justru merupakan keajaiban dunia jika nilainya B. Tidak hanya itu saja marga mereka juga berbeda, kyungsoo marganya ‘do’ sedangkan jongin ‘kim’. Itu karena kyungsoo adalah anak angkat yang dibiayai oleh appanya sekolah dan pendidikannya sampai perguruan tinggi. Kyungsoo adalah anak teman appanya yang dulu bekerja sebagai penasehat keuangan kantornya. Mereka satu sekolah semejak SMA. Dari SMA temannya itu sangat lah pintar, jadi tak heran jika anaknya juga pintar. Kedua orang tua kyungsoo meninggal karena kecelakaan pesawat saat ia pergi menuju jepang menemui klien. Kebetulan entah kenapa eomma kyungsoo ingin sekali ikut, sedangkan kyungsoo tidak bisa karena ada sekolah. Tuan kim merasa kasihan karena kyungsoo anak mereka satu-satunya. Jadi ia mengangkat kyungsoo sebagai anak angkat.Ia kini mulai membantu tuan kim mengurus perusahaan dan belajar keluar negeri. Bagi jongin itu bukanlah masalah besar karena ia juga tidak tertarik dalam segala hal yang berhubung dengan perusahaan. Ia tidak pernah merasa iri atau merasa tersaingi oleh hyungnya sedikitpun. Awalnya kyungsoo menolak jika harus mengurusi perusahaan itu. karena bagi kyungsoo, jongin lebih berhak, tapi ia mau setelah diyakini oleh jongin berulang-ulang kali .

Jongin menghempaskan tubuhnya disebuah bangku taman. Membaringkan tubuhnya. Sepertinya hukuman yang diberi appanya tidak membuat jongin sadar, sifat keras kepalanya justru menjadi-jadi. Ia malah menghamburkan uang-uangnya. Ia bolos dan mentraktir teman-temannya sepulang sekolah di tempat yang mahal. Ia pikir jika ia kehabisan uang, appa pasti memberinya. Tapi ternyata bukannya memberi uang, appa justru mengoceh dan menasehatinya. Entah apa yang dibilang appanya, jongin sudah tak mengingat nya lagi. Appa juga menyuruhnya menjauhi teman-teman gank nya itu. Teman-teman yang hanya memoroti uang nya saja. Teman yang Cuma berteman dengan jongin hanya karena uang. Tapi jongin justru marah-marah, ia tidak terima appa menjelekkan mereka. Karena Cuma mereka teman (jongin menganggap mereka teman) yang ia miliki. Maka jongin pun memilih untuk tidak pulang kerumah, sebagai bentuk pemberontakannya pada appa. Sebenarnya jongin tidak pernah kabur dari rumah,tidak pernah terlintas di otaknya akan mengalami keadaan seperti. Keadaan dimana ia harus memikirkan akan tidur dimana. Selama ini, kalau ia ingin tidur ya tinggal tidur. Kalau tidak nyaman misalnya terlalu panas, atau terlalu dingin ia menghidupkan ac, dan mengatur suhu ruangannya sesuka hatinya. Sebenarnya ia amat sangat ingin pulang, semua kemelaratan hidup ini, seperti tidak cocok dengannya. Tapi ia terlalu gengsi. Kenyataannya, hati jongin mengakui bahwa appa nya benar dalam segala hal. Termasuk soal teman-teman matre nya. Disaat seperti ini, saat jongin ingin meminta menginap atau meminjam uang untuk menginap pada teman-temannya, mereka justru seperti tidak peduli. Mereka akan membuat alasan untuk menolak permintaan jongin. Terkadang alasan yang terdengar sangat tidak masuk akal.

“teman-teman brengsek.. saat aku tidak punya duit seperti ini, mereka justru tidak tampak batang hidungnya. Seperti ditelan bumi. Giliran aku ada duit saja. Datang tampa diminta” gerutu jongin. Seharian ini ia mencoba menghubungi teman-temannya. Setelah mendengar cerita jongin tentang hukuman dari appa, ditambah lagi setelah jongin menghabiskan seluruh uangnya untuk mentraktir teman-temannya, mereka tahu betul keadaan jongin.

“aku boleh menginap ditempat mu ya?” tanya jongin setelah ia menjelaskan kalau ia kabur dari rumah

“apa? Kau becanda, kau sudah tidak punya duit, sok-sok kabur dari rumah” respon tao

“aku tau. Tapi aku sudah terlanjur basah. Masak aku kembali kerumah sekarang. Dimana letak harga diriku, laki-laki macam apa aku yang tidak konsekwen dengan tindakannya” ucap jongin.

‘huh persetan dengan harga dirimu. Kalau aku jadi kau aku tidak akan meninggalkan kemewahan itu’ batin tao. “tapi, eomma dan appa ku tidak dirumah sekarang. Jadi aku sekarang diperguruan whusu” jelas tao. Keluarga nya memang memiliki perguruan wushu sendiri, muridnya juga lumayan banyak. Jadi tak heran tao pandai whusu.

“ya sudah aku menginap disana saja” ucap jongin keras kepala. Baginya tidak masalah jika harus menginap disana. Dimana pun tidak masalah sekarang.

“bukannya aku tidak mau tapi tadi perguruan ku kebanjiran jadi kami harus bergotong royong. Kotor dimana-mana. Jadi tidak ada ruangan untuk ditempati” ucap tao memberi alasan.

“Lalu kau menginap dimana?”

“ehmm.. ada ruang kecil, sempit sekali. Sudah penuh banyak orang. Aku dan para guru-guru yang mengajar disini. Jadi sudah tidak muat lagi. Mianhae jongin-ah... ohhh sudah ya, aku harus kembali bersih-bersih. Anyeong..” ucap tao segera menutup telfon. Aneh, batin jongin. Setaunya sehari ini tadi tidak hujan, lalu mau banjir dari mana. Memang air nya keluar sendiri dari tanah. Lalu jongin mencoba menghubungi teman-temannya yang lain. Namun semua sama seperti tao, menolak dengan alasan yang tidak masuk akal. Seperti baekhyun yang bilang ia harus membantu ibunya mencabut rumput. Mencabut rumput? Emang dia nobita apa? Efek keseringan baca komik doraemon. Lagian siapa yang mau mencabut rumput di malam-malam begini batin jongin. Atau chen yang beralasan yang mau mengajari dance sepupunya. Dance? Dengan kemampuan dance seperti itu, bahkan chen Cuma bisa meliuk-liuk seperti ular saja. Tapi kalau dipikir ular lebih pandai meliuk-liuk dibandingkan dia. Akhirnya jongin memutuskan tidur ditaman yang dingin nya sampai ketulang itu. Dia kancingkan jaketnya untuk mengurangi dingin.


 

“kau tidur dimana?” ucap appa menyambut jongin begitu baru pulang dipagi harinya. Appa sudah duduk menunggunya diruang tamu. Wajahnya agak pucat. Pucat karena menunggu jongin atau mungkin pucat karena kecapean bekerja. Entahlah jongin tidak terlalu peduli. Disampingnya, kyungsoo juga sudah menunggu. Sepertinya hyung nya pulang. Sebenarnya kalau bukan gara-gara ini jongin ingin menghampiri hyungnya. Maklum mereka jarang bertemu apalagi semenjak kyungsoo sudah bekerja diperusahaan appa, ia sudah tidak tinggal dirumah lagi. Ia lebih memilih mandiri walau harus tinggal di apartemen yang lebih sempit.

“kenapa appa tiba-tiba peduli? Aku pikir appa sudah tidak peduli” ucap jongin ketus

“jongin-ah” tegur kyungsoo sambil melotot pada jongin karena ia sudah bicara tidak sopan pada appanya.

“wae hyung? Aku berkata sebenarnya kok. Appa memang tidak peduli lagi pada ku” ucap jongin lagi

“jongin-ah” kini tuan kim yang berbicara. “appa tidak pernah tidak peduli pada mu. Yang appa lakukannya hanya mendidikmu. Appa ingin kau sadar bahwa sikap mu selama ini keterlaluan, kekanak-kanakan.”

“aniyo, appa yang menghukumku.”

“appa menghukummu karena kesalahan mu. Appa ingin kau sadar akan kesalahan mu.”

“terserah appa.” Ucap jongin beranjak dari ruang tamu. Tapi baru satu langkah tiba-tiba tuan kim kehilangan keseimbangan dan terjatuh dilantai sambil memegangi perutnya. Ia tampak kesakitan sekali. Kyungsoo langsung membantu appanya. Begitu jongin ia menatap appanya cemas.

“sangyoon ajusshi, tolong siapkan mobil segera. Kita membawa appa kerumah sakit sekarang” pinta kyungsoo pada sangyoon, asisten pribadi tuan kim.

“baik tuan” ucapnya.


 

“bagaimana keadaan appa dok?” kata kyungsoo langsung saat dokter selesai memeriksa appanya.

“sepertinya tuan kim telat makan lagi ya?” tanya dokter jung. Dokter jung merupakan dokter pribadi dikeluarga kim. Jadi ia sudah hafal betul riwayat penyakit tuan kim. “kalian tau kan kalau tuan kim punya penyakit maag.Kalian harus berusaha menjaga pola makannya.” Lanjut dokter jung lagi

“maaf, kemaren saya sudah menyuruh tuan makan, tapi dia menolak dan tetap menunggu tuan muda jongin pulang. Ia tidak mau menyentuh makanannya sama sekali. Kalau saja saya bisa memaksanya. Ini salah saya” ucap sangyoon penuh penyesalan. Perasaan bersalah yang juga dirasakan jongin, namun ia terlalu gengsi mengatakannya.

“tidak apa-apa sangyoon-ssi. Yang terpenting mulai sekarang kita pastikan saja tuan kim bisa menjaga pola makannya dengan baik”

“terima kasih dokter” ucap kyungsoo

“oh ya jangan lupa pastikan juga tuan kim meminum obat yang saya berikan”sambung dokter jung lagi. “dan kau jongin” ucap dokter jung melihat kearah jongin yang sedari tadi diam saja. “jangan buat appa mu stress lagi. Jika kau tak bisa menghentikannya, minimal kurangi lah perbuatan-perbuatanmu yang sedikit ‘tidak normal’ itu, arrachi?” tanya dokter jung berusaha melucu dengan mengganti kata ‘gila’ dengan ‘tidak normal’. Jongin hanya mengangguk lemah dan tersenyum kecut.

“lalu apa appa sudah bisa pulang dok?” tanya kyungsoo lagi.

“ia sudah bisa. Tapi sebaik tunggu dia sadar dulu. Nanti ia bisa dirawat dirumah. Tapi dia harus istarahat penuh selama dua hari” ucap dokter jung lalu pergi.

“sangyoon ajusshi bisakah kau tebus obat appa? Aku akan membereskan barang-barang appa dan menjaganya di kamar. Oh ya, pasti kan appa bisa istirahat selama dua hari ini. Jika ada jadwal kerja kau batalkan saja. Atur lain waktu” ucap kyungsoo dan langsung diikuti anggukan sangyoon. Ia pun segera pergi melaksanakan perintah kyungsoo. Inilah bedanya kyungsoo dengan jongin. Ia bergerak cepat dan dapat tanggap menghadapi masalah. Berpikir dan bertindak dengan logika. Sedangkan jongin, saat seperti ini pasti belum sempat memikirkan apapun. Dan juga jongin lebih mengedepankan emosi saat bertindak.

“kau mau kemana jongin-ah?” tanya kyungsoo saat ia melihat jongin beranjak pergi.

“aku mau mencari udara segar dulu. Hyung jagalah appa. nanti kalau terjadi apa-apa hubungi saja aku” ucap jongin

“jongin-ah, kau tau kan appa sayang padamu?” ucap kyungsoo menghentikan langkah jongin. Jongin hanya diam, tidak merespon hyungnya. “appa sangat menkhawatirkanmu kemaren. Jadi jangan pernah menganggap kau sendiri di dunia ini. Aku, appa, sangyoon ajusshi dan semua orang menyayangi mu. Kami hanya ingin yang terbaik untukmu. Kalau appa memarahi mu bukan berarti ia tidak peduli padamu. Ia hanya ingin mendidik mu jadi lebih baik. Tidak semua kasih sayang harus ditunjukkan dalam bentuk belaian lembut. Walau terkadang aku dan appa tidak punya banyak waktu dan kau harus merasakan kesepian yang benar-benar menyiksa. Saat kau merasakan sakit karena kesepian, percayalah rasa sakit appa jauh lebih besar saat tau kau merasakan sakit. Aku ingin mewakilkan appa, mungkin benar kami telah kejam padamu. Maaf jongin-ah” ucap kyungsoo berkaca-kaca

“ani.. hyung. Kau tak perlu minta maaf.. hyung aku keluar dulu ya” ucap jongin. Ia tidak ingin menangis sekarang. Dengan perasaan tak menentu ia menyusuri taman dekat rumah sakit. Salah satu Rumah sakit yang besar di kota seoul. Taman nya pun tak kalah luas, banyak orang disana. Pasien-pasien yang mencoba merelaxkan pikiran dari segala permasalahan yang ada. Tidak hanya pasien rumah sakit saja, tetapi juga orang-orang memang berniat berjalan ditaman itu.

“ya! Jaehyun pabo. Kau bisa mewarnai tidak sih?” kata seorang anak marah entah pada siapa di sebuah bangku di taman itu. Percakapan yang menarik perhatian jongin.

“nee” ucap anak bernama jaehyun itu takut-takut.

“apa nya yang bisa? Kau mewarnai nya keluar garis tau. Liat buku gambar ku jadi jelek” kata anak yang lain

“kau bodoh ya? Mewarnai ini saja tidak bisa. Percuma kau punya crayon, tapi tidak bisa mewarnai. Lebih baik dibuang saja” tambah anak yang lain. Lalu ia mematahkan dan merusak crayon anak bernama jaehyun itu. “andweyo” teriak jaehyun. Tapi teriakan nya tidak digubris oleh anak-anak yang lainnya.

“Ya, apa yang kalian lakukan hah?” ucap jongin membuat anak-anak lain kaget. “beraninya main keroyokan. Dasar tidak tau terima kasih sudah memakai punya orang lain, seenaknya merusak” tambah jongin

“kau siapa? Salah dia sendiri sudah membuat buku gambar ku jelek” tanya salah itu

“ya!” hardik jongin meninggikan suaranya membuat semuanya kaget. “aku lebih tua darimu ya. Memanggilku ‘kau’, Panggil aku hyung! Seenaknya saja kalau bicara. Kalian mau aku panggilkan polisi agar kalian ditangkap hah?” jongin tau persis anak-anak mudah dibodohi. Terbukti wajah mereka semua berubah jadi takut.

“sudah pergi sana” usir jongin

“dasar kau jaehyun tukang ngadu” ucap anak-anak itu langsung berlari meninggalkan jongin dan jaehyun.

“dasar anak-anak sekarang. Sudah tidak tau aturan” ucap jongin. Tidak tau ia juga termasuk ‘anak-anak yang tidak tau aturan’.

“gamsahamnida hyung” ucap jaehyun.

“gwenchana?” tanya jongin. Jaehyun mengangguk. Walau mukanya terlihat ia sangat sedih.

“ini salah ku kok. Aku yang memaksa ikut mewarnai bersama mereka. Padahal kenyataan aku tidak bisa. Jadi aku malah merusak buku warna temanku” jawabnya sambil murung.

“sudahlah jangan dipikirkan. Kau tidak butuh teman. Teman itu hanya datang saat butuh kita saja. Saat tidak, kita hanya akan dibuang. Tidak akan ada teman yang benar menyayangi mu, selalu ada untuk mu. Teman dengan tipe seperti itu hanya ada dicerita dan drama. Didunia nyata tidak ada” ucap jongin. Kalimat yang ia juga katakan untuk dirinya sendiri.

“aniyo.. hyung salah. Kata eomma, jika diseluruh dunia ini tidak ada yang mau berteman dengan ku, dan tidak ada orang yang mau peduli dengan ku, paling tidak aku punya eomma, appa dan hyung. Mereka akan selalu menyayangiku. Apapun yang terjadi, karena kita keluarga. Kata hyungku, keluarga akan selalu menyayangi satu sama lain. Hyungku juga bilang, kalau aku mau ia akan jadi temanku. Lagian eomma bilang kalau dia sering mengomeliku, bukan berarti dia membenciku. Justru itu tandanya eomma peduli padaku. Kata eomma omelan itu salah satu bentuk perhatian” ucap jaehyun panjang lebar. Jongin Cuma tertegun. Mengingatkan nya pada appa dan kyungsoo hyung. Menyadarkannya apa yang ia lakukan salah. Ia sendiri tidak menyangka ia justru harus dinasehati oleh anak sekecil ini agar bisa sadar.

“apa hyung punya appa?” tanya jaehyun. Jongin mengangguk layaknya anak kecil. “Eomma? Hyung? Noona? Dongsaeng? Chingu?” katanya lagi bertubi.

“aku hanya punya appa dan seorang hyung. Chingu?” jongin diam sepertinya ia tidak punya teman. Apakah teman-temannya itu layak disebut teman? “entahlah” lanjutnya

“kalau begitu hyung bisa jadi temanku” ucap jaehyun sambil tersenyum memperlihatkan gigi putihnya.

“namu ku Jaehyun”

“namaku kim jongin. Kau panggil saja jongin hyung.” Keduanya lalu berjabat tangan. Setelah sama-sama diam entah kenapa jaehyun murung lagi. “kenapa sedih? Katanya kau tak memikirkan teman-teman mu itu?”

“ani hyung. Aku hanya sedih tidak bisa memenuhi janjiku menjaga crayon yang dibelikan appa padaku. Padahal appa sudah susah payah membelikannya untuk ku. Aku meminta appa membelikan ini, padahal aku tidak bisa menggambar”. Sebegitu berharga kah? Batin jongin. Ia bahkan tidak pernah menjaga pemberian orang lain sampai seperti ini. Karena ia bisa mendapatkan apapun dengan mudahnya.

“kalau begitu bagaimana kalau hyung belikan crayon yang baru? Ini kan sudah patah”

“tidak usah hyung. Aku tidak ingin merepotkan”

“tidak apa. Kan kita teman?”

“baiklah” ucap jaehyun mengangguk. Mereka pun pergi kesebuah toko peralatan sekolah. “Wah banyak sekali crayon disini. Wah ada buku gambar juga. Gambarnya juga bagus-bagus.” Ucap jaehyun begitu memasuki sebuah toko. “wah hyung ini warnanya banya sekali. Lebih banyak dari yang dibelikan appa.” Ucap jaehyun ketika jongin membelikannya sebuah crayon dengan berbagai jenis warna.

“dan juga ini buku gambar untuk mu. Percuma beli crayon kalau tidak digunakan” ucap jongin seraya memberi beberapa buah buku gambar, yang membuat jaehyun melonjak-lonjak kegirangan. Tampa sadar jongin tersenyum. Kebahagian anak ini seperti ikut merubah suasana hatinya menjadi lebih baik. Ikut merasakan kebahagian. Ia sendiri tidak tau kenapa. Anak ini seperti jauh lebih kuat dari jongin.

“jadi apa yang kau lakukan ditaman itu?” tanya jongin pada jaehyun. Mereka mampir beli es cream dulu.

“tadi aku ada pemeriksaan sebentar” ucap jaehyun masih menjilati ice cream nya

“kau sakit? Sakit apa?”

“kata eomma hanya sakit yang biasa dialami anak seusia ku. Entahlah mungkin parah. Namanya susah diucapkan. Aku tidak pernah dengar namanya.” ucap jaehyun santai. Dasar, batin jongin. Apa hanya karena namanya tidak pernah didengar itu berarti parah. Emang apa yang pernah didengar anak seusia jaehyun. Jika ia tidak pernah dengar penyakit Campak atau malaria itu artinya itu penyakit parah. Tapi jika dilihat, jongin pikir paling jaehyun tidak sakit parah-parah sekali.

“lagian eomma bilang aku tidak usah khawatir. Jika ada masalah eomma, appa atau hyung akan mengatasinya” ucap jaehyun lagi. Jongin diam-diam merasa iri pada jaehyun. Ia ingin kembali kemasa kecil. Saat kecil, tidak akan ada masalah yang berarti yang mungkin muncul. Lagian jika ada masalah, ada orang dewasa yang akan mengatasinya untuk kita. Ia ingat saat ia memecahkan kaca sekolah saat bermain bola. Saat itu baginya itu benar-benar masalah besar yang membuat dunia nya kiamat. Tapi setelah itu appanya datang dan mengganti semua kerusakan. Beres. Masalah selesai saat ia menceritakan semuanya pada orang dewasa. Tapi saat sudah dewasa ia harus mengatasi masalahnya sendiri.

“sudah makan ice creamnya? Aku harus mengantar mu kemana?” tanya jongin

“ke taman lagi saja hyung. Aku janji bertemu hyungku disana” mereka pun kembali ketaman

“hyung terima kasih, aku senang bisa bertemu orang sebaik hyung yang membelikan ku crayon buku gambar dan ice cream. Kalau aku dewasa dan sudah punya uang sendirinanti mungkin aku ingin mengganti mentraktir hyung ice cream.”

“kelamaan, saat kau dewasa aku mungkin sudah tua, dan tidak boleh makan ice cream lagi” canda jongin. “tidak apa, anggap saja hadiah”

“hadiah untuk apa hyung?” tany jaehyun polos.

‘hadiah karena telah menyadarkan ku’ ucap jongin dalam hati. “hadiah karena telah jadi anak yang kuat” ucap jongin sambil mengusap kepala jaehyun

“pasti dong, kan aku namja.” Kata jaehyun bangga. Jongin hanya tersenyum.

Tiba hp jongin berdering.

“yeobeosseyo?” ucapnya

“kau dimana jongin-ah” ucap kyungsoo diseberang telepon.

“changkaman hyung” ucap jongin memotong karena jaehyun menarik-narik bajunya

“wae jaehyunie?”

“hyung aku pergi dulu ya, itu hyungku sudah menunggu” ucap jaehyun sambil menunjuk seorang namja dari kejauhan

“oh, arasseo, sampai jumpa lagi. Anyeong” ucap jongin melambaikan tangan. Lalu fokus pada teleponnya lagi. “waegeurae hyung?”

“appa sudah bangun, kau kembali lah. Kita akan segera pulang”

“baik hyung” jongin lalu segera menuju kamar appanya.

“jongin-ah? Kau dari mana? Appa pikir kau tidak mau menjenguk appa?” ucap tuan kim begitu melihat jongin.

“aku tidak sebodoh itu. Tidak sebodoh appa yang menyiksa diri sendiri”

“jongin-ah” tegur kyungsoo lembut.

“memang appa bodoh kok. Sudah payah memikirkan orang lain yang selalu membuat masalah untuknya. Tidak memikirkan tubuhnya sendiri. Sudah tau sakit, masih sok sehat. Menyiksa diri sendiri.” Lanjut jongin. Ia lalu merebut tas pakaian appanya yang dibawa oleh sangyoon. Sedangkan kyungsoo membantu appa dengan kursi rodanya. “sudah, biar aku yang bawa. Ajusshi bantu saja hyung, ia sepertinya kelelahan menolong appa dengan kursinya. Tubuhnya hyung kan kecil. Sedangkan appa tinggi. Ia pasti kesusahan” ucap jongin sinis. Lalu berjalan duluan, berupaya terlihat tidak sepeduli mungkin

“yaa!! Siapa yang kau bilang kecil hah?? Kenapa sih anak itu. Tiba-tiba bawel seperti ibu-ibu” teriak kyungsoo marah-marah pada jongin yang sudah pergi. Sedangkan tuan kim Cuma tersenyum kecil. Ia tau dibalik sifat sok cuek jongin, ia khawatir pada appanya. Cuman gengsi nya jauh lebih besar.

‘mianhae, appa tidak bisa berhenti mengkhawatirkan mu jonginie. Seperti apapun masalah yang kau buat. Appa akan tetap memikirkanmu, karena kau adalah anak appa, apapun yang terjadi. Appa tidak akan bisa baik-baik saja jika appa tau kau sedang tidak baik-baik saja’ batin tuan kim. Walau ia jarang punya waktu untuk anaknya, ia akan selalu berusaha mendidik anaknya.


 

Jongin memasuki kelas yang sudah rame oleh para siswa. Ia duduk di paling belakang, sendiri. Ia lalu meletakkan tas di kursi sebelahnya. 5 menit lagi ucap nya. Ia akan memanfaatkan waktu 5 menit ini untuk tidur sebentar. Handphone nya berdering. ‘jongin-ah, hukumanmu sudah dicabutya? Aku liat tadi mobilmu lewat didepan rumahku. Kenapa tidak menjemput seperti biasa?” sms baekhyun. ‘kemana kau kemaren saat aku kesusahan. Giliran begini saja sok baik padaku.’ Ucap jongin lalu menghapus semua sms dan nomor dari teman-teman gank nya itu. Bukan teman, tapi hanya sekumpulan orang mata duitan kata jongin. Jongin emang selalu lewat rumah baekhyun setiap mau berangkat sekolah. Dan setiap hari jongin selalu menjemput baekhyun dan mengantarnya kesekolah. Padahal sekolah mereka berlawanan. Walau harus menghabiskan bensin, bagi jongin tidak masalah. Ia pikir itulah yang teman lakukan pada temannya. Tapi kini ia sadar ia hanya dimanfaatkan untuk menghemat uang dan jongin merasa ia tak seperti supir pribadi.

“anak-anak perhatikan kita kedatangan murid baru.baiklah perkenalkan dirimu.” Ucap song seongsaenim membuat seluruh anak mau tak mau memperhatikan kedepan. Didepan sudah berdiri seorang namja.

“perkenalkan namaku Oh sehun, senang bertemu kalian. Mohon bantuannya” ucap namja itu lalu membungkuk.

“oh sehun disini ada 4 bangku yang kosong jadi kau bisa pilih manapun yang kau mau” ucap song seongsaenim. Sehun mengangguk berjalan.

‘siall... jangan bangku sebelahku. Aku tidak mood sekarang. Aku ingin sendiri. Pilih bangku yang lain. Jeball’ batin jongin begitu melihat sehun mulai berjalan. Dan ternyata sehun berjalan kearahnya dan... bingo sehun memilih duduk disebelahnya.

 

TBC


 

p.s : sorry, jika ada banyak typo yang bertebaran. saya masih pemula. semoga kalian suka.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet