Confession

Stay With Me

[soundtrack]

 

5 detik,

4 detik,

3 detik,

2 detik...

 

Sulli mengambil ancang-ancang untuk bangkit dari bangku.

 

KRING, KRING, KRING!

 

Yeah.

 

Sulli bangkit dari bangkunya dan mengabaikan murid-murid lain yang mengucapkan salam kepada Guru Kim. Ia berjalan dengan percaya diri menuju Sehun.

 

Sulli memberikan tatapan penuh arti pada Sehun.

 

Sehun memutar bola matanya. "Ya, ya. Taman kota. Aku mengerti."

 

Sulli tersenyum penuh kemenangan. "Ayo!"

 

Sulli tersenyum sendiri memperhatikan Sehun yang menyipitkan matanya menghindari silau matahari. Sekarang adalah hari yang cerah dan Sulli benar-benar bersyukur. Matahari menyukainya.

 

"Kau tidak suka matahari?" Tanya Sulli akhirnya. Mereka masih dalam perjalanan menuju Taman Kota dan Sulli benar-benar khawatir apakah Sehun akan mati kepanasan secara tiba-tiba.

 

"Tidak juga," jawab Sehun singkat. "Aku hanya tidak suka cahayanya. Itu menyilaukan."

 

"Sama saja itu namanya kau tidak suka matahari, bodoh."

 

"Apa?" Sehun menghentikan langkahnya.

 

Sulli mengangkat sebelah alisnya, "apa?"

 

"Kau memanggilku bodoh tadi." Sehun berkacak pinggang, "dasar tidak sopan."

 

Sulli mengerutkan bibirnya. "Maaf."

 

"Yah," Sehun meletakkan tangannya di bahu Sulli. "Berhubung kau manis, jadi kumaafkan."

 

Sulli tersenyum malu, pipinya memerah. Sungguh, ini sangat memalukan. Tapi ini menyenangkan jadi...yeah, biarkan saja.

 

"Kita sudah sampai." Kata Sulli. Sehun baru saja menuntunnya melewati taman kota.

 

"Oh, ya." Sehun menurunkan tangannya dari bahu Sulli. Ia terpaku melihat taman kota yang penuh permainan-permainan yang terlihat menyenangkan dan anak-anak yang menaikinya tentu saja.

 

"Kenapa? Ayo masuk." Sulli menggandeng tangan Sehun memasuki taman.

 

Pandangan sehun langsung terkunci pada ayunan yang kosong.

 

Sulli tersenyum. "Mau naik?"

 

"Benda apa itu?" Tanya Sehun tertarik.

 

Sulli membelalakkan matanya, "kau tidak tahu? Ini ayunan, Oh Sehun. Ayunan."

 

"Aku belum pernah melihat itu sebelumnya."

 

"Norak," desis Sulli. "Nanti kuajarkan hal-hal lain yang penting tapi tidak kau ketahui. Tapi sekarang," Sulli menarik tangan Sehun memasuki taman dan Sehun hanya bisa mengernyit bingung.

 

Mereka berhenti di ayunan yang sedari tadi Sehun perhatikan. "Duduklah," kata Sulli. Tapi Sehun tidak bereaksi. Sulli mendecak, "duduk." Ia mendorong tubuh Sehun agar duduk di ayunan.

 

"Aku tidak mau!"

 

"Sebentar saja, rasanya menyenangkan kok."

 

Sehun mengerucutkan bibirnya, "baiklah."

 

Sulli mendorong ayunan sehun. Dan Sehun berteriak. "SULLI, APA-APAAN INI?? BERHENTI!!"

 

Sulli memutar bola matanya, "cara mainnya memang seperti ini." Ia tidak berhenti mendorong ayunan Sehun dengan sekuat tenaga. Yeah, salahkan Sulli yang mendorong ayunannya terlalu kencang.

 

"SULLI!!!"

 

"OH YA AMPUN BAIKLAH!" Sulli akhirnya berhenti. Ia berdiri menghadap Sehun dan berkacak pinggang. Ia memandang Sehun kesal dengan tatapan seperti melihat kecoa menyebalkan yang mengganggu.

 

Sehun menunduk sambil terus memejamkan matanya. Ia menghindari tatapan Sulli.

 

Dan Sulli kaget saat melihat airmata di pipi Sehun.

 

"S-sehun?" Sulli berjongkok di depan Sehun. Tapi Sehun masih tidak mau menatap Sulli.

 

"Sehun," Sulli mengguncang-guncangkan pundak Sehun agar anak itu menatapnya. "Sehun."

 

"Apa?" Balas Sehun lirih.

 

"Kau benar-benar menangis?" Ada perasaan tidak enak di hati Sulli. Ia tidak ingin melihat Sehun menangis. Karena:
1. Dia kasihan,
2. Dia tidak ingin Sehun menjadi anak yang cengeng karena, oh ayolah, Sehun harus kuat agar bisa menjadi pacarnya.

 

Yeah, pacar, lupakan saja.

 

"Hey, jangan menangis lagi." Sulli menepuk pundak Sehun, sedikit kasar. Sepertinya Sulli memang tidak dilahirkan untuk menjadi gadis yang lembut.

 

"Aku tidak menangis."

 

"Bohong." Desis Sulli.

 

Sehun membuang mukanya, ya ampun, mau dibawa kemana imagenya?

 

Hening. Hanya terdengar suara pekikkan-pekikkan riang dari anak-anak di sekitar mereka.

 

Sulli menghela napas bosan, ia mulai menggambar di pasir. Ia menggambar ice cream. Ice cream cone yang terlihat enak. Dengan buah berry di atasnya. Sebenarnya Sulli belum pernah mencoba ice cream yang memiliki berry di atasnya, tapi siapa yang peduli, Sulli ingin menggambarnya.

 

Sehun melirik Sulli diam-diam. Gadis itu tidak menyadari lirikan Sehun dan tetap berkonsentrasi menggambar.

 

Ice cream, pikir Sehun. Gambar Sulli sangat berantakan tapi Sehun tahu itu ice cream dengan--apa itu? Batu di atasnya?

 

"Apa yang kau lihat?"

 

Sehun terlonjak mendengar suara Sulli, gadis itu menatapnya datar.

 

"Hey, kenapa jadi kau yang marah? Kan harusnya aku yang marah!" Sehun berusaha menyembunyikan rasa kagetnya.

 

"Maaf," kata Sulli pelan, jemarinya masih bermain-main di atas pasir.

 

"Apa?"

 

"Maaf."

 

Hening lagi. Sehun tidak tahu harus menjawab apa. Sulli sudah meminta maaf padanya, itu berarti ia tidak boleh marah lagi pada Sulli, kan?

 

"Kau mau ice cream?" Tanya Sehun tiba-tiba.

 

Sulli mendongak, menatap Sehun yang duduk di ayunan dengan wajah yang datar.

 

"Ayolah, jangan marah lagi. Kau tadi sudah minta maaf dan aku sudah memaafkanmu. Jadi jangan marah lagi, hm?"

 

Sulli mengangguk pelan.

 

"Ayo kita beli ice cream! Aku akan mentraktirmu." Sehun bangkit dari ayunan dan meraih tangan Sulli, "ayo."

 

Sulli memandang tangan mereka yang berkaitan, ia berusaha menyembunyikan senyum puasnya agar Sehun tidak takut melihatnya.

 

Satu langkah,


Dua langkah,


Sulli menikmati setiap langkah bersama Sehun. Setiap kali mereka menyalip di antara segerombolan orang, Sehun akan mempererat genggaman tangannya, takut Sulli menghilang tiba-tiba atau diculik oleh salah satu pria yang ada di sana. Tidak. Sulli tidak boleh diambil oleh siapapun karena Sulli hanya boleh bersamanya.

Dan akhirnya mereka sampai di penjual ice cream. Sehun melepaskan genggamannya dan Sulli menghela napas kecewa.

"Kau ingin rasa apa?"  Tanya Sehun.

"Apa?"

"...apa?"

"Kau bertanya apa tadi?"

"Kau ingin rasa apa?"

"Rasa...apa?"

"Ya, rasa apa."

"Rasa sukaku...padamu?"

Hening.

Sehun mengerjapkan matanya bingung.

Penjual ice cream bernama Kim Jongdae itu menghela napas kesal, "maksudnya kau ingin ice cream rasa apa, gadis kecil."

"Oh, h-hahaha," Sulli tertawa canggung. "Aku ingin rasa stroberi."

"A-aku cokelat." Kata Sehun.

"Baiklah," Jongdae mulai membuatkan pesanan sambil bertanya-tanya mengapa anak-anak kecil sekarang begitu membingungkan.

Sehun dan Sulli berjalan menuju bangku taman sambil membawa ice cream mereka.

Sulli menjilat ice creamnya bersemangat sementara Sehun hanya menatap kosong ke depan. Sekarang ice cream cokelatnya sudah meleleh dan mengalir ke tangannya.

"Hey, ice cream-mu meleleh." Kata Sulli sambil menunjuk tangan Sehun.

Sehun tidak menjawab, ia malah menatap Sulli lekat-lekat.

"Kenapa?"

"Memangnya kau suka padaku?"

Sulli mengangkat bahunya tak acuh sambil terus menjilat ice cream-nya. "Menurutmu?"

"Aku serius."

Sulli berhenti. Ia akhirnya balas menatap Sehun. "Memangnya kau tidak tahu?"

"Tahu soal apa?"

Sulli menghela napas, "soal aku suka padamu."

Sehun menaikkan sebelah alisnya, "ti...dak?"

"Hey!" Sulli bangkit dari bangku dan berdiri menghadap Sehun yang masih duduk dengan bingung.

"Aku kan sudah memberi banyak kode!" Sulli berkacak pinggang.

"Contohnya?"

"Aku mengajakmu berkencan, menurutmu itu apa namanya kalau bukan kode?"

"K-kapan kita berkencan?"

"Sekarang, Oh Sehun."

Sehun membelalakkan matanya, "sekarang kita berkencan?"

"Tentu saja, duh."

"Bukannya...kencan itu dilakukan oleh orang yang sedang pacaran? Kita kan tidak pacaran. Mana bisa ini disebut kencan?"

Sulli mengangguk, "maka dari itu, ayo pacaran."

Sehun membelalakkan matanya lagi. "Bagaimana caranya?"

"Uh, aku juga tidak yakin..." Sulli berpikir sebentar.

"Mungkin begini," kata Sulli akhirnya. Ia mendekatkan wajahnya pada wajah Sehun, dan Sehun tidak berkutik karenanya.

Sulli mengecup pipi Sehun pelan. Pipi Sehun terasa lembut, dan halus, dan wangi, seperti wangi sepupunya yang berumur 1 tahun, tapi entah mengapa Sulli lebih suka wangi pipi Sehun. Sulli mengecupnya lama sekali, sampai ice cream stoberinya yang ia letakkan di bangku sudah mencair seutuhnya. Begitu pula ice cream Sehun yang memang sengaja Sehun buang sedari tadi karena ice cream itu semakin membuat tangannya dingin.

Sulli akhirnya mejauhkan wajahnya dari pipi Sehun. Ia bisa melihat ekspresi Sehun yang kacau balau dan pipinya yang merah karena malu.

"Sekarang kita pacaran?" Tanya Sulli hati-hati.

Sehun menggeleng.

"Kenapa?" Tanya Sulli kecewa. Ayolah, bisakah Sehun mengatakan 'ya' sekali ini saja?

Sehun menarik tangan Sulli pelan, membuat gadis kecil itu duduk di pangkuannya. Iya merapikan poni Sulli yang berantakan dan menyisir pelan rambut Sulli yang panjang. Ia menatap Sulli dalam-dalam dan hanyut dalam mata Sulli, lalu entah bagaimana tahu-tahu saja bibirnya sudah mendarat di pipi Sulli. Ia mengecupnya lama. Ia menyukai bagaimana pipi lembut Sulli terasa di bibirnya.

"Sekarang baru kita bisa pacaran." Kata Sehun akhirnya. Sulli tersenyum. Sehun tersenyum. Dan Jongade yang memperhatikan sedari tadi hanya bisa memutar bola matanya jengah.

***

Matahari akan terbenam sebentar lagi, sementara mereka masih dalam perjalanan menuju rumah Sulli. Rumah Sulli cukup jauh dari taman tapi Sehun menolak naik bus dan bersikeras ingin mengantar Sulli dengan berjalan kaki, alasannya karena ia ingin menggenggam tangan Sulli lebih lama.

"Rumahku di sini." Kata Sulli saat mereka berhenti di salah satu rumah bercat merah.

"Ah, jadi kita sudah sampai?" Kata Sehun kecewa.

Sulli mengangguk pelan. Entah mengapa sekarang ia menjadi lebih pemalu di hadapan Sehun. Mungkin karena perlakuan Sehun padanya di taman tadi. Juga perlakuan Sehun padanya sepanjang jalan menuju rumahnya. Tapi bagaimanapun juga Sulli menyukai semua perlakuan Sehun--caranya menggenggam tangan Sulli dengan lembut dan penuh perlindungan. Oh baiklah, kalian bisa bilang Sulli terlalu berlebihan, tapi itulah yang Sulli rasakan.

Tiba-tiba saja Sehun mendekati wajah Sulli. Ia memberikan ciuman singkat di bibir Sulli.

Sulli membelalakkan matanya.

"Tak apa, kan?" Tanya Sehun memastikan, takut kalau Sulli menganggap tindakannya di luar batas.

"T-tentu." Sulli menunduk, tidak sanggup menatap mata Sehun.

Sehun mengacak rambut Sulli dan tersenyum, "masuklah, aku akan pulang. Sampai jumpa besok, cantik."

Cantik.

Sehun bilang dirinya cantik. Dan Sulli tidak bisa melakukan apa-apa selain tersenyum kecil. "Sampai jumpa besok, Sehun. Tetap jadi milik Sulli, ya. Sampai besok, besok, besok, besoknya lagi sampai selamanya." Ia meninggalkan satu kecupan di pipi Sehun dan berlari masuk ke dalam rumahnya.

Sehun tersenyum, memperhatikan bagaimana canggungnya Sulli yang berlari masuk ke dalam rumahnya. "Tentu, princess."

 

END.

 

A/N

FINALLY ENDS HAHAHHAHA 

aku terlalu males buat baca ulang, jadi maaf kalau ada typo xD

yayayaya cheesy abis. harusnya ini berakhir dengan cool tapi jadinya malah gini. MAAFKAN SUMMER~

tapi semoga suka ya :) comment dibutuhkan banget loh.

 

p.s: tanggal 9 aku ujian akhir sekolah, jadi bakal hiatus huhu. tapi janji deh abis ujian aku bakal update fic. entah lanjutin yang lama atau bikin yang baru hehe. wish me luck!

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Kimieadachi
should this be chaptered or one-shot? huhu please tell me what you want.

Comments

You must be logged in to comment
historiachoi
#1
Chapter 1: Lol! Gbs berhenti senyam senyum baca nih ff. Sumpah lucu bangeeeeet pengen punya anak kayak nih anak bedua XD
Manis ceritanya. Bikin lg dong ff sesul :)
Klo bs sequel pas mereka gede hehehe msh sm2 gak yah atau cm cinta monyet XD
historiachoi
#2
Whoaaaa keren bgt ceritanya! Lucu! Manis! Ngegemesin !apalagi cara penulisan dan bahasa authornya ..ngegemesin. wkwkwk
Sulli lucu, masih kecil udh genit XD
dictator3424 #3
Chapter 1: Oh my gooooood
Sehun Sulli so sweet banget <3 <3
Baru juga lima tahun dan udah pacaran se'unyu itu hahaaa suka banget
Pengen sequel'nya nihh ^^
EXOstan1288
#4
Chapter 1: EH INI SERIUSAN! CERITANYA FLUFFY ABIS!
this story deserves a sequel with chapters!
snxwfall #5
Chapter 1: ceritanya manis banget, suka deh. mereka masih anak anak tapi udah berani ya cium ciuman, so qt. my sesul feels
parkyeona #6
Test, test wkwk /komen cantik/ bentar, ngakak dlu. Diriku suka sama ceritanya -3- manis... masih cimit2. udah deh gitu jha. salam jhoa '-')/
chanssul #7
Chapter 1: awwwwwww my sesul feels T___T keren thor!
fresh-salad
#8
Chapter 1: Yampun so sweet :3 pas pertama baca kirain mereka udah ABG, eh ternyata masih unyu unyu :3
THaniaTan #9
Chapter 1: Waaaa...ceritanya manis..
Tapi tetep aja bikin aku kepo gimana hubungan mereka kalo udah besar nanti...
Sequel plsss..
ermajuls #10
Chapter 1: ahahahaha cerita yang ringan dan manis... suka suka sukaaaa