Chapter 2
Love, Like a ....Mian, Hujan Typo .. :)
Cahaya matahari menembus benda bening kamar apartemant Wooyoung, ia justru mengangkat selimutnya menutup seluruh tubuhnya melindungi dari silaunya cahaya itu. Selang beberapa menit, ponselnya berdering, tangannnya bergerak meraih ponsel di meja kecilnya ia memutuskan untuk menjawab panggilan itu, karena jika tidak dihiraukan ponselnya akan terus berdering yang justru akan sangat mengganngu tidurnya.
Dengan matanya yang tetap terpejam Wooyoung berbicara dengan serak “Hyung, ini hari libur. Kenapa kau begitu mengganggu sekali . kau selalu saja mengusik tidur nyenyakku, beri waktu aku satu jam lagi, setelah itu aku akan bangun, mandi dan makan”.
“Maaf Woo, Tidurlah satu jam lagi aku akan menghubungimu”
Wooyoung terdiam mencoba berfikir dalam kondisi kantuknya, kenapa suara Minjun berbeda hari ini, ia membuka salah satu matanya melihat ponselnya dan ia langsung membuka lebar kedua matanya melihat nama si penelpon yang sebenarnya. “Nichkhun Hyung, maaf. Aku kira kau kakakku”
“Tak apa woo, kakakmu perhatian sekali, pagi-pagi sudah membangunkanmu. Tidurlah, aku akan menghubungimu, emm satu jam lagi”
“Aku sudah tidak ingin tidur lagi, suara hyung sudah menghilangkan kantukku”Wooyoung mengankat selimut dan menutup wajahnya, takut jika matahari dapat melihat pipinya yang merona karena malu..
Nichkhun tersenyum senang “Mian Woo, aku tak tau jika suaraku dapat membuat kantukmu hilang, o ya apakah kau ada acara hari ini”
“Sampai sore tidak ada, hanya malam saja aku ada pertunjukan dance di acara ulang tahun temanku”jawab Wooyoung.
“Baguslah, aku ingin mengajakmu ke taman hari ini. Maukah? Sekaligus mengajakmu makan karena dengan bantuanmu aku diterima kerja.”
Wooyoung berteriak tanpa suara,mimpi apa dia semalam sampai Nichkhun mengajaknya jalan hari ini, “jinjjaaa. selamat, aku ikut senang mendengarnya.”
“ Baiklah, dua jam lagi aku akan menjemputmu, beritahukan alamatmu lewan pesan Woo.”
“ Ne Hyung”Wooyoung langsung meloncat-loncat dikasur empuknya saat panggilan terputus. Diseberang sana Nichkhun melakukan hal yang sama. Ah, cinta memang seperti kasur empuk Wooyoung, sangat nyaman dan menyenangkan untuk membaringkan tubuh dari segala penat kehidupan.
Nichkhun menjemput Wooyoung dan mengajaknya jalan-jalan ditaman, mereka saling bercerita, entah tentang keluarga Nichkhun, Keluarga Wooyoung, atau tentang kegiatan sehari-hari mereka. Nichkhun jadi tahu kalau Wooyoung hanya tinggal dengan kakaknya, dan Wooyoung juga tahu kalau Nichkhun adalah seorang perantau dari Thailand yang sudah cukup lama hidup mandiri di Seoul. Setelah asyik jalan-jalan ditaman, Nichkhun mengajak Wooyoung untuk makan. Sambil memakan hidangan yang ada di meja cafe, mereka kembali berbicang.
“Woo, nanti malam kau datang di acara ulang tahun temanmu dengan siapa?” tanya Nichkhun membuka obrolan.
“Sendiyi yung” jawab Wooyoung sambil mengunyah makanan yang masih penuh dalam mulutnya.
Nichkhun terkikik, ia gemas sekali dengan makhluk cute didepannya, “Bolehkah aku menemanimu, aku ingin melihat pertunjukanmu”. Wooyoung kaget, seketika ia tersedak. Nichkhun yang melihatnya langsung berdiri, mengelus-ngelus punggung Wooyoung dan memberinya minum.
“Wooyoung makannya sedikit-sedikit saja, kau tak apa-apa?”
Wooyoung membalasnya hanya dengan mengangguk berkali-kali . Tanda setuju bahwa ia menerima Nichkhun untuk menemaninya dan menunjukkan bahwa ia tak apa-apa. Wooyoung memang kelaparan jadi dia makan banyak, karena dia belum makan apapun, ia hanya minum susu, memikirkan Nichkhun yang akan menjemputnya dan mengajaknya jalan sudah membuatknya kenyang. Apalagi sekarang Nichkhun ingin menemaninya ke pesta ulang tahun temannya, dan tindakan Nichkhun yang begitu perhatian saat Wooyoung tersedak benar-benar membuatnya gila sekarang. Apakah Nichkhun juga menyukainya, itulah yang ada dipikiran Wooyoung saat ini.
***
Peluh membanjiri dahinya dan leher putihnya membuat ia terlihat seksi, tangannya bergerak tak tentu dan kakinya dengan cepat perpindah dilantai tempatnya berpijak, semua mata tertuju kepadanya dan saat musik berhenti riuh tepuk tangan orang yang melihatnya menggema dalam rumah besar itu. Ia membungkuk sebagai ucapan terimaksih. Dan acara selanjutnya temannya menggantikan posisinya dengan bernyanyi.
Nichkhun mengeluarkan sapu tangan penghias di saku kemejanya, dan mengelap peluh di dahi Wooyoung yang baru turun dari panggung kecil pertunjukannya tadi. “Woo, kau sungguh memukau, kau semakin membuatku terpesona olehmu”.
“Hyung, kau jangan menggodaku” Wooyoung memukul pelan lengan Nichkhun.
“Ani,,justru aku yang tergoda olehmus” Nichkhun menatap lekat mata hitam legam Wooyoung.
“Ehmm, aku.. aku haus”Wooyoung tergugup mencoba mengalihkan pembicaraan. Wooyoung mengedarkan pandangannya mencari pelayan yang membawa nampan minuman, dia berjalan ke kanan menghampiri pelayan yang membawa minuman tersebut dan Nichkhun segera mengikutinya dibelakang. Saat tangannya terulur mengambil ice lemon tea yang ada di nampan, seorang dari belakang yang terlihat tak sengaja menabrak pelayan tersebut dan semua gelas yang ada dinampan tersebut jatuh dan pecah dan mengenai kakinya. Wooyoung meringis kesakitan, dan keadaan menjadi panik.
Nichkhun yang sadar, langsung mengangkat tubuh Wooyoung dengan kedua tanggannya dan mencari kursi untuk mendudukkannya. “Woo, tahanlah sebentar, yaa”kata Nichkhun cemas.
“Wooyoung, maafkan aku?” suara junho yang sudah berada di dekatnya membawa kotak obat-Junho adalah tuan rumah acara ini, ya dia teman Wooyoung yang berulang tahun. “Tak apa nuneo, pelayanmu tak sengaja melakukannya”Wooyoung masih bisa tersenyum kecil.
Nichkhun melipat celana Wooyoung dengan sangat hati-hati, pecahan kaca gelas menancap di atas mata kakinya dan Nichkhun memejamkan mata sambil mencabutnya (Wooyoung memakai celana yang panjangnya beberapa cm diatas mata kaki, sehingga pecahan kacanya dapat mengenai kakinya).
Wooyoung menggigit bibirnya menahan sakit, darah keluar lebih deras saat pecahan kaca berhasil dicabut. Nichkhun dengan sangat khidmat membersihkan darah tersebut, ia tidak peduli dengan noda darah yang mengotori kemeja merah mudanya. Ia menatap mata Wooyoung dengan sangat khawatir “Tahanlah sedikit lagi”dan segera membersihkan luka itu dengan kapas yang basah oleh alkohol serta menutupnya dengan perban. Wooyoung menatap takzim Nichkhun dibawahnya yang konsentrasi mengobati kakinya, dan rasa perih alkohol terlupakan olehnya “Minjun hyung, aku ingin orang ini menjadi malaikatku sepertimu, bisakah?”, batin Wooyoung.
Wooyoung meminta izin pada junho untuk pulang lebih dulu, Nichkhun mengantarnya pulang. Sebelum sampai di apartemant nichkun berhenti di apotik untuk membeli obat anti infeksi untuk Wooyoung.
***
Minjun mondar mandir di Apartemant Wooyoung sejak dua jam yang lalu, ia sudah pindah-pindah tepat, di sofa, di kamar Wooyoung, di kamar mandi, dan tujuan terakhir di dapur membuka lemari pendingin dan mengambil air putih kemudian meneguknya sebanyak-banyaknya.
Minjun khawatir seharian ini, Wooyoung tak membalas pesannya dan tak mengangkat panggilannya, Wooyoung hanya mengirim pesan pagi tadi mengabarkan dia sudah bangun dan akan keluar, akhirnya minjun memutuskan ke Seoul. Minjun kesal saat tahu ponsel Wooyoung tertinggal di kasur agak tertutup selimut dan semakin kesal saat melihat panggilan masuk dengan nama khunie hyung. “Siapa dia beraninya membawa Wooyoung keluar sampai larut malam seperti ini” minjun mendengus dan melemparkan ponsel kembali ke kasur.
Wooyoung memang tidak tau kalau minjun menghubunginya karena saat dia keluar dengan Nichkhun ponselnya tertinggal dan Wooyoung tidak mengecek ponselnya setelah selesai acara jalan-jalannya, dia sibuk memilih pakaian terbaiknya, latihan dance untuk pertunjukan malamnya, istirahat dengan memikirnya Nichkhun, mandi sampai Nichkhun datang menjemputnya dan berangkat ke rumah junho.
Pintu aparte
Comments