Perfect Student

Antara Ada Dan Tiada
blood_rose_s_cutie_mark_by_exkira-d4gsbm

PERFECT STUDENT

 main cast: LEE JI EUN (IU)

‘Kau sempurna!’

Itu yang orang-orang katakan tentang-ku.

Aku cantik.

Aku pintar.

Aku unggul di semua pelajaran.

Aku punya banyak teman.

Dan, aku kaya.

Aku punya semua yang orang lain inginkan.

Bukankah itu semua sempurna? Iya, kan?

Aku sangat bangga dengan kesempurnaanku. Orang-orang memuji betapa bagusnya cara bicaraku. Orang-orang bilang senyumku menawan dan yang paling cantik. Orang-orang bilang aku yang terbaik dan ‘jagoannya’.

Aku akui aku sangat suka ketika orang-orang mulai memuji diriku. Sangat suka. Sangat.

Awalnya.

Kemudian aku menyesal menjadi sermpurna.

Semua dimulai ketika sekolahku mengadakan semacam kompetisi. Kompetisi kecerdasan untuk membuktikan seberapa kuat dan pintarnya dirimu.

Saat aku pertama kali mendengar tentang kompetisi itu, ada satu hal yang terlintas di benakku, yaitu aku pasti akan memenangkannya. Aku sangat percaya diri. Kalau ada parameter untuk tingkat kepercayaan diri dan nilai maksimumnya seratus, maka level kepercayaan diriku mungkin seratus sepuluh.

Jadi, besok paginya sebelum aku pergi ke kelas berikutnya, aku mendaftarkan namaku untuk menjadi salah satu kontestan. Aku menyerahkan formulirku kepada Bu Kang, petugas administrasi sekolah. Dia tersenyum sesaat setelah melihat wajahku dan berkata, “Aku tahu kau akan datang. Aku sudah menunggumu”

Aku membalas senyumnya dengan senyum yang lebar pula. Lebih lebar dari senyum palsu badut.

“Kau akan memenangkannya. Aku yakin itu”, temanku Se Ra mengatakan itu padaku saat makan siang. Dia menepuk-nepuk bahuku sambil dengan yakinnya dia berkata bahwa aku pasti akan memenangkannya. Dong Hyun, temanku yang lain, berkata bahwa aku akan memenangkan hadiah pertamanya.

Oh iya, apa aku sudah katakan tentang hadiah pertamanya? Perwakilan sekolah bilang pemenang pertama akan mendapatkan beasiswa. Departemen pendidikan memberikan beasiswa hanya pada murid-murid yang terbaik. Beberapa senior juga mendapat beasiswa dari sana.

Aku semakin bersemangat.

Bu Lee Na Mi, wali kelas ku berkata bahwa aku punya kesempatan besar untuk menang melihat dari banyaknya nilai bagus yang aku dapatkan disetiap ujian. Terlebih lagi karena mata pelajaran yang dilombakan sangat familiar.

“Kau akan menang, Ji Eun-ah. Kau malah sudah membuatku bangga” Bu Lee menggenggam tanganku dan mengelusnya pelan. Aku cuma bisa tersenyum.

“Terimakasih Bu, tapi aku tidak begitu bagus dan sempurna” kataku berlagak rendah hati.

“Kau rendah hati sekali, nak. Tapi kau itu sempurna

Well, bukan aku yang memaksanya berkata begitu. Aku memang sempurna. ‘Sempurna’ sudah dalam darahku barang kali.

Aku membalas senyumnya dan tatapan penuh kekagumannya.

Hari kompetisi datang. Aku sudah mempersiapkan banyak hal untuk ini. Aku berharap mendapat hasil yang terbaik. Yang terbaik.

Ada sekitar dua puluh orang murid yang mengikuti kompetisi ini. Di depan kelas Bu Lee memperkenalkan seorang wanita muda yang merupakan perwakilan dari departemen pendidikan, namanya Bu Jang Mi Ri, dia baik, cantik, aku juga suka cara dia biacara. Dia menjelaskan peraturan kompetisi dan mengingatkan kami akan hadiah utama.

Itu semua membuat tubuhku berkeringat dan bergetar. Tapi karena terlalu bersemangat.

Ronde pertama, kami semua berlomba menjawab pertanyaan rebutan secepat mungkin.

Aku menang dengan skor tertinggi.

Aku berlanjut ke ronde selanjutnya dimana jumlah kontestan hanya tinggal tiga, termasuk aku. Kita disuruh menulis puisi, karangan sendiri. Tema yang diberikan bebas. Aku menulis tentang perang domestic yang sedang terjadi diantara negara kita dan negara tetangga dan bagaimana dampaknya terhadap lingkungan sekitar, juga terhadap masa depan.

Sedangkan yang lainnya membuat puisi yang sudah bisa sekali. Puisi cinta.

Cih, menurut mereka sih dalam. Menurutku sih cliché.

Seperti yang kalian bisa tebak, aku menang lagi. Dan itu berarti akulah PEMENANGNYA.

Orang-orang mengucapkan selamat padaku. Wali kelas ku memelukku dengan erat, juga Bu Jang Mi Ri yang aku tahu dari matanya, sangat takjub padaku.

“Jadi, Lee Ji Eun, Kau berhak akan hadiah utamanya. Datang ke kantorku besok” Katanya.

“Tentu. Aku pasti akan datang”

Jadi aku datang. Esok harinya. Bu Lee menemaniku memasuki kantor departemen pendidikan yang besar. Dipenuhi oleh orang-orang sibuk dengan pekerjaan mereka. Perasaan yang kurasakan saat memasuki gedung itu campur aduk. Senang dan juga aneh.

Bagian senangnya, aku akan segera mendapat beasiswa dan akan membuat namaku tertampang di daftar anak pintar milik departemen pendidikan ini.

Bagian anehnya adalah,  ya…orang-orang disini sangat ramah tapi entah kenapa aku merasa tatapan mereka itu aneh. Mereka juga saling berbisik ketika aku berjalan melewati mereka. Aku mendengar salah satu pria berbisik, “Wow, datang lagi otak jenius kesini. Selamat datang”

Serius deh, caranya dia menatap dan tersenyum padaku itu aneh. Seakan-akan aku ini sebuah…mangsa atau semacamnya.

Tak lama aku bertemu dengan si perwakilan departemen, Bu Jang Mi Ri. Aku dan Bu Lee masuk ke kantornya yang terlihat seperti, kantor. Dia menjabat tanganku dengan semangat dan tersenyum dengan mata yang berbinar-binar. Aku juga membalas jabatan tangannya dan senyumannya.

“Aku senang kau datang. Selamat datang di Departemen Pendidikan”

Aku menggangguk, “Terima Kasih. Merupakan kehormatan bagiku bisa berada disini” aku berusaha setenang mungkin. Walaupun aku gugup. Entah kenapa. Harusnya aku senang kan?

“Kau sudah bekerja keras. Kau sempurna” Bu Jang Mi Ri mengelus-elus tanganku dengan lembut. Dia terus tersenyum. Tapi aku tahu ada sesuatu dibalik senyumnya itu.

Ada yang mengetuk pintu, lalu masuklah seorang asisten atau sekertaris ke dalam kantor sambil emmbawa sebuah map berisi entah apa aku juga tidak tahu. Tapi setelah membaca berkas itu, Bu Jang Mi Ri menggangguk-angguk lalu menoleh padaku dan berkata, “Sempurna”

Lagi-lagi kata itu. Anehnya, aku tidak merasa senang mendengarnya.

“Kau mau minum the?” Bu Jang Mi Ri sudah mengangkat teko yang berisi teh itu, tapi belum menuangkannya ke salah satu cangkir kosong sampai aku menggangguk menyetujuinya.

Itu cuma teh kan?

Tapi sialnya, itu bukan hanya teh. Itu memang the, tapi the itu telah dicampur sesuatu yang akhirnya tak lama setelah aku meminum tegukan pertama, aku jatuh pingsan.

# # #

Aku terbangun karena suara bising yang memekakan telingaku, karena memang sesuatu itu terdengar tepat disebelelah kuping kiriku. Aku berusaha bangun tapi aku merasa ada sesuatu yang menahan kaki dan juga tanganku. Aku tersadar bahwa aku sedang berbbaring disebah tempat tidur operasi. Aku melihat ke sekelilingku dengan gelisah. Lalu kulihat ada beberapa orang yang berpakaian biru seperti pakaian dokter untuk operasi.

Lalu aku tahu suara bising yang aku dengar itu berasal dari suara bor kecil yang dipegang oleh salah satu dari orang-orang itu.

“Apa kalian siap?”

Aku mendengar suara seorang wanita. Suaranya cukup familiar walau tersamar oleh masker. Suara itu milik Bu Jang Mi Ri si perwakilan Departemen Pendidikan.

Setelah aku mendapatkan kesadaranku sepenuhnya, aku mulai meronta-ronta mencoba melepaskan diriku sendiri.

“Apa yang terjadi? Apa akan kalian lakukan padaku?” Aku mejerit sambil mencoba melepaskan ikatan tanganku.

“Tenang, sayang. Tidak akan sakit, kok”

Aku mendengar satu lagi suara yang aku kenal.

“Bu Lee? Apa yang terjadi disini? Tolong aku keluar dari sini!” Aku berteriak dan memohon padanya.

Dia dengan setengah wajah ditutup masker, menghampiriku dan menggengam tanganku. “Jangan khawatir Ji Eun-ah. Kau adalah murid terbaik kami, mangkanya kami melakukan ini padamu. Terima Kasih sudah menjadi murid yang sempurna”

“Apa? Lalu kenapa kau malah mengikatku disini? Aku menang kompetisi dan apa yang aku dapatkan sekarang? Lepaskan aku! Ku mohon” Aku menendang-nendang dan memukul-mukul tempat tidurnya.

“Ini adalah hadiahnya. Otakmu yang sempurna itu akan kami berikan kepada orang yang lebih membutuhkan. Ini merupakan sebuah kehormatan. Kau baik sekali Ji Eun” Kata Bu Lee lagi, menambah semuanya jadi lebih kacau dan aku makin ingin keluar dari sini.

Mereka benar-benar sudah gila.

Apa mereka benar-benar akan memberikan otakku kepada orang lain?

Siapa juga orang tolol yang mau otakku. Otak sempurnaku.

Lalu aku melihatnya.

Dia tidur ditempat tidur yang jenisnya sama denganku. Seseorang dengan pakaian dokter membawanya dan meletakkannya tepat disebelah tempat tidurku.

Aku tak bisa bernafas setelah aku tahu ‘apa’ dia. Kedua mataku membelalak dengan tatapan horor. Mulutku terkunci rapat dan aku bisa merasakan perutku bergolak karena pemandangan menjijikan.

Aku bisa bilang dia itu manusia. Semua bagian dirinya manusia.

Kecuali bagian kepalanya.

Dia mempunai kepala keledai.

Keledai yang terus mengeluarkan suara jelek yang menyebalkan dan alir liur yang tak hentinya mengalir dari mulut besarnya itu. Matanya mengerling padaku. Menatapku nanar.

Keledai bodoh.

Lalu hal terakhir yang aku ingat adalah, aku sangat menyesal menjadi sempurna.

T.A.M.A.T


AUTHOR'S NOTE:

Cerita baru!

Gak bisa update kemaren karena baru nyadar kuota di modem abis kekeke ^.^ Jadinya hari ini.

Ini mungkin cerita paling pendek. Entah kalian suka atau enggak. Mungkin cerita ini lebih sederhana jadi mungkin agak kurang 'mencekam' dan endingnya juga gantung hehehehe. But, mungkin kalian bisa membayangkan apa yang terjadi sedikit. Terutama si kepala keledai. Kenapa juga harus jadinya keledai? mungkin karena keledai dibilang hewan paling bodoh? Entahlah. Maaf keledai =w=

Seperti biasanya, jangan sungkan untuk komen dan kasih masukan.

Thank you.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
IvyAz69
#1
Chapter 1: hahaha aku ngerti.. di chapter ini jadi si jiyeon itu disuruh kepsek buat ngibulin bocah2 cewek itu biar pada ga nongkrong di gudang sekolah lagi kan? xD

awal bacanya merinding sebentar.... tapi ujungnya aku ketawa >m<
IvyAz69
#2
Chapter 3: aku kurang dapat clue untuk chapter ini.. dari awal aku kira jieun bakalan dibawa ketempat apa terus dijadiin 'budak' departemen pendidikan..

eh tau2nya mau dibedah otaknya buat diambil isinya.___.
makhluk itu sebenernya apa??
kenapa dia mesti dikasihin sumbangan otaknya murid2 pintar??

ahh, jinjjaa.. kamu nulis ffnya kaya nulis riddle. tekateki gitu >m<
IvyAz69
#3
Chapter 2: iuuuuu :O aku baca ini malam2 dan feelnya berasa banget. pilihan diksi sama idiomnya bagus, rapih tapi gampang dingertiin.......
aahh moga apdetnya lancar deh. ini seru banget loh! >,<
lagi nyari fanfic yang beda2 tema bosan romansa terus wkwkw

teryata nemu ini dan hell yah! ga nyesel >,<
ihhh keren banget bisa dapat ide begini xD
tadinya kupikir si pria pembunuh itu psikopat. ternyata dia hunter ya??

seneng banget liat make chara macem2 >m<
ngebayangin anak2 cn blue jadi werewolf.. ew~~

semisal kalo itu exo._. keren juga tuh ahahahah
cit___
#4
Chapter 3: Otaknya ji eun mau dipindahin ke robot yang terbuat dari bagian-bagian tubuh manusia?!?
stephani_bap #5
Chapter 3: jadi kepala keledai dipotong terus disambung ke leher manusia???
deerinthedawn #6
Chapter 3: takuut juga ya kalo jdi org sempurna,,idenya kerenn lanjutt thorr, keren!!!
cit___
#7
Chapter 1: Serius ini seru dan aku ga nyangka kalo mereka ternyata udah mati
stephani_bap #8
Chapter 2: tapi pemburu vampirnya kasihan....
stephani_bap #9
Chapter 2: yg kayak gini lebih seru kok!!