Chapter 3

Sycamore Tree

"Sycamore Tree"

..

Jongin tidak mendapati seorangpun di sekitar pohon Sycamore. Ia bernapas lega. Setidaknya, ia berpikir bahwa ayahnya sedang membohongi dirinya.

Ia segera memanjat pohon itu. Kali ini sedikit tinggi dari biasanya. Mungkin perasaannya sedikit berkecamuk sehingga membuat Jongin tidak berpikir dua kali saat memanjat puncak Sycamore.

Sycamore memang sangat tinggi. Batangnya begitu besar dan kuat. Daun nya pun harum. Sycamore memiliki enam cabang yang masing-masing menjulang tinggi.

Saat Jongin sampai di puncak Sycamore, angin langsung menerpa wajahnya dengan kencang. Jongin menghirup angin itu dalam-dalam dan mencoba melepaskan pegangannya. Inilah alasan mengapa sejak kecil Jongin menganggap pohon itu sebagai rumah keduanya. Di balik pohon yang membatasi tempat itu, Jongin bisa melihat dunia dengan cara yang jauh lebih indah.

Pemandangan terhampar dengan begitu cerah di depannya.

Di pagi hari, Jongin bisa melihat warna jingga saat matahari muncul dengan perlahan. Ada banyak burung disana. Jongin juga melihat air terjun kecil yang mengaliri sawah. Saat siang hari, ada warna biru cerah yang terpapar. Kemudian warna jingga dengan sedikit kemerahan muncul di sore hari. Jongin menghafal semua warna-warna itu.

Jongin kemudian tersenyum saat mengingat masa kecilnya. Saat dimana sebuah keluarga yang mempunyai bocah tampan seperti Sehun menjadi tetanga barunya. Ia berpikir bahwa sebenarnya Sehun menyukainya, namun ia hanya malu. Anak itu pemalu. Jongin juga berpikir kenapa Sehun tidak mencoba menciumnya saja.

Hingga saat ini alasan mengapa ia selalu mengganggu Sehun hanya untuk mendapat kan perhatian anak itu.


“Hei, anak muda..sedang apa kau disitu?”

Jongin membuyarkan lamunannya dan menundukkan kepalanya untuk melihat kebawah. Hati Jongin tersentak. Ia menggigit bibirnya perlahan saat itu.

“P-paman, apa yang kalian lakukan dengan gergaji-gergaji itu?” Jongin bertanya skeptis. Ia tahu jawabanya. Well, apa yang terjadi selanjutnya.

“Kami akan menebang pohon ini. Cepat turun.” Salah satu dari mereka menjawab dan menyuruh Jongin untuk segera turun karena hari sudah mulai gelap.

“....tidak, paman. Kalian tidak boleh melakukan itu.”

Jongin membalas dengan keras kepala dan bertahan di tempatnya. Jongin hanya bingung. Ia tidak tahu harus seperti apa karena pohon itu sudah seperti bagian dari dirinya.

Beberapa pengguna jalan mulai menghentikan langkahnya hanya untuk melihat apa yang terjadi di sekitar pohon itu. Jongin bukannya turun, ia justru menyandarkan tubuhnya pada batang Sycamore dan menutup matanya. Tidak memperdulikan suara-suara yang berdengung di sekitarnya. Jongin hanya mencoba mempertahankan dunianya. Apa orang-orang itu tidak mengerti?

“Jongin!”

Salah satu suara yang Jongin kenal memanggilnya. Bukannya tidak perduli, hanya saja Jongin tidak mau membuka matanya saat ini karena jika ia melakukan itu, orang-orang akan melihatnya sedang menangis.

“Jongin, tidak bisakah kau membuka matamu dan turun? Apa kau tidak malu dengan orang-orang di bawah sini?” –Jongin menghela napas kasar dan membuka matanya perlahan. Tentu saja ia berpura-pura mengusap matanya agar terlihat seperti gatal, bukan karena menangis. Dia itu laki-laki. Dan orang-orang di bawah sana masih memperhatikannya. Demi tuhan, apa yang orang-orang itu perdulikan?

“Yixing Hyung, kau pergi saja. Kau tidak membantu sama sekali.” Jongin sedikit tersentak mendapati suaranya sendiri. Serak.

“Ck, kau kenanakan sekali.” Yixing mencibir kemudian memasukkan tangannya kedalam saku untuk meraih telepon genggamnya dan mencoba menghubungi seseorang.

Jongin masih diam di tempatnya. Anak itu tidak berniat turun sedikitpun meski paman-paman dibawah sudah meneriakinya beberapa kali dan hanya di balas dengan teriakan yang lebih keras dari Jongin. Beberapa orang sudah mulai menjauhkan diri karena mereka pikir tidak ada yang menarik untuk di tonton.


“Oh! Sehun? Kebetulan sekali kau lewat sini. Lihat siapa yang sedang membuat ulah!” Yixing berseru dan menunjuk Jongin saat Sehun tidak sengaja berjalan melewati halte pemberhentian bus.

Hyung, jadi kau yang tadi berisik menelponku hanya untuk memberitahukan hal ini?” Sehun membalas Yixing tanpa sedikitpun menaruh perhatiannya kepada Jongin. Anak itu justru sibuk dengan earphone yang menggantung di lehernya. Pikirnya earphone lebih menarik ketimbang perusuh seperti Jongin.

“Tentu saja! Dan kau tidak mengangkat telpon mu, bodoh!”

Hyung, aku malas.”

Jongin mendengarkan.

“Hei, nak. Suruhlah temanmu untuk segera turun. Pekerjaan kami tidak akan selesai jika seperti ini.” Salah satu dari paman itu menginterupsi.

Sehun dan Yixing menoleh, kemudian Sehun menjawab— “Tidak, Ahjussi. Kau suruh saja dia turun sendiri. aku tidak peduli.”

Jongin dengan perlahan menutup matanya saat kalimat itu meluncur dari bibir Sehun. Perasaan diacuhkan yang ia rasakan setiap kali mencoba meminta perhatian dari Sehun kali ini menghantamnya jauh lebih kuat. Tubuhnya terdiam kaku. Jongin tidak berusaha untuk memukul dadanya. Sekedar untuk meredam rasa sakit yang ia rasakan saat itu. Anak itu  hanya membiarkan perasaan kecewa menggerogoti hatinya dengan perlahan dan banyak.

Sehun kemudian memasuki bus yang berhenti di depannya dan memilih untuk pergi. Selama itu, sepasang mata milik Jongin masih melihatinya.

Untuk saat ini saja, Jongin bisa berpikir bahwa memang—Sehun benar-benar tidak peduli padanya.

..

Awalnya Sehun pikir tidak apa-apa jika berlaku kasar kepada Jongin. Karena anak itu tidak pernah sedikitpun memberinya privasi.

Suatu hari, Sehun terkejut dengan perlakuan yang diterimanya dari Jongin. Anak itu tidak lagi mengganggunya. Bahkan Jongin tidak sedikitpun melihatinya saat mereka berpapasan satu sama lain. Jongin tidak lagi memanjat pohon—karena pohon itu benar-benar tidak ada sekarang—Jongin juga tidak pernah membuat suara-suara berisik di sekitar halte pemberhentian bus. Karena Sehun tidak lagi melihat Jongin disana.

Chanyeol bercerita bahwa pohon itu sudah seperti bagian dari diri Jongin semenjak kepergian ibunya semasa kecil. Kakeknya cacat mental—Sehun tidak tahu itu—dan Jongin hanya hidup bertiga saja dengan ayahnya, ditambah kakek yang cacat mental.

Sehun benar-benar tidak tahu dan ia bingung harus merasa menyesal atau tidak.

Chanyeol dan Jongin membentuk persahabatan yang kuat dari waktu ke waktu ketika Chanyeol mulai membantu pekerjaan Jongin di halaman rumahnya yang berantakan. Sehun melihat itu, dan dadanya selalu berdenyut sakit. bersamaan dengan itu Jongin mulai mempertanyakan perasaannya tentang Sehun.

Ada 3 hal yang diyakini Jongin selama ini. Pertama, semua pohon itu suci. Kedua, hidup dengan sederhana membuatnya menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya. Ketiga, ia yakin suatu saat ia bisa mendapatkan sebuah ciuman dari Sehun.

Namun perilaku Sehun yang sering mengecewakan Jongin membuatnya mulai menyadari bahwa Jongin sebenarnya tidak berarti sama sekali untuk Sehun, dan membuat Jongin mulai membenci Sehun. Tapi hal itu malah membuat Sehun menjadi merindukan anak pohon seperti Jongin dan membuat ia mulai menyukainya.


 “Aku senang karena eomma dan appa Sehun mengundang kalian kesini, Jongin.”

Hari ini keluarga Sehun—tepatnya ibu Sehun ingin mengadakan makan malam bersama Jongin dan juga Ayahnya. Tentu saja karena hampir semua dari keluarga Sehun sangat menyukai Jongin.

Jongin hanya tersenyum tipis membalas ucapan Chanyeol. Tidak bermaksud tidak sopan hanya saja ia tidak tahu harus berekspresi seperti apa.

Sehun memperhatikan mereka. Sehun pikir jika pemandangan seperti itu sudah biasa baginya,mengingat kedekatan Chanyeol bersama Jongin selama ini. Namun yang tidak bisa ia terima adalah saat dengan berani nya tangan Chanyeol berhenti di puncak kepala Jongin kemudian mengusuknya dengan gemas. Bagaimana bisa ia terima saat melihat Jongin yang tertawa setelahnya.

“Jongin sangat manis, ia terlihat cocok sekali jika berada di samping Chanyeol. Iyakan Sehun?”

UHUK

Sehun tersedak atas kalimat ibunya.

Mungkin ibu-nya benar-benar tidak mengerti. Harusnya ia peringatkan agar tidak berbicara sembarangan mengenai Jongin dan Chanyeol di depannya.

“Sehun, kau tidak apa-apa? Ada apa denganmu?”

Sehun membersihkan mulutnya sesaat kemudian menatap sang ayah dengan memicingkan mata. “...tidak apa-apa, hanya saja kalimat eomma terlalu aneh untukku.”

Memang aneh karena menurutnya Jongin lebih cocok dengan—dirinya?

Selama makan malam, Jongin dan Sehun duduk saling berhadapan. Jongin tidak pernah berbicara atau membuat kontak mata dengan Sehun, meskipun pemuda berkulit putih susu itu terus-terusan memandangnya.


Sehun lagi-lagi berpikir bahwa takdir kembali mempermainkan dirinya. Mungkin saat ini seseorang yang harus di antisipasi bukanlah Chanyeol. Karena di suatu sore saat dirinya bersama Chanyeol, sepupunya itu berkata seperti ini,—

Aku menyukai Jongin karena dia anak yang ceria. Bukan berarti aku menyukai dirinya dalam konteks lelaki dengan perempuan atau lelaki dengan lelaki, bukan seperti itu, Sehun. Harusnya kau sedikit lebih peka terhadap Jongin. Anak itu kehilangan semangat semenjak pohon Sycamore di tebang. Aku tidak tahu apakah sebegitu berartinya pohon itu untuknya, karena aku melihat ia kehilangan semangat bukan hanya karena hal itu. Dan aku tahu penyebabnya.

Sehun menelan ludah kasar karena ia pun tahu penyebabnya.

Tepat sepuluh hari yang lalu, Park Soensaengnim yang menyebalkan lagi-lagi membawa masuk seorang murid baru. Sehun tidak tahu darimana asal pemuda itu. Rambutnya pirang dan juga tubuhnya sangat tinggi. Mata dan alisnya aneh karena Sehun pikir itu terlihat seperti burung hantu. Sehun berjingkat saat pemuda itu membuka mulutnya dan berbicara mengenalkan diri. Suaranya begitu berat seperti suara microphone.

Let me introduce myself everyone. i’m Kris.  Dan aku akan menjadi Head Class kalian mulai saat ini.”

Dan sejak itu, Sehun mengklaim bahwa Kris adalah orang yang harus diantisipasi.


“Jongin!”

“—Uh?”

Jongin berdiri dan sempat tersedak jeruk di mulutnya saat mendapati Sehun berdiri tepat di depannya saat ini. “...Ada apa, Sehun?”

Jongin merasa sedikit aneh. Pasalnya selama enam tahun ia habiskan waktunya dengan mengganggu Sehun, ini pertama kalinya pemuda itu mengajaknya berbicara.

Sehun tidak mengerti dengan dirinya. kenapa tiba-tiba tangannya terulur dan berhenti di wajah Jongin. Ujung ibu jari nya menyentuh sudut bibir Jongin yang terkena cipratan air jeruk dan mengusapnya pelan bermaksud untuk membersihkannya.

Jongin hanya terdiam melihat apa yang dilakukan Sehun padanya. Jika dirinya berkata hal itu hanya biasa saja, artinya dia berbohong. “..Sehun? kau menyentuhku?”

“—oh.”

Sehun melepasnya. Itu tadi pengalaman pertama bagi Sehun—dan tentu saja Jongin.

Sehun tidak pernah gugup seperti ini sebelumnya, kan? “Apa kau ada waktu sepulang sekolah? Aku punya dua tiket Dream Theater dan aku ingin kau pergi bersamaku.”

Bibir Jongin membulat membentuk huruf O, cukup terkejut mendengar ajakan Sehun. Namun kemudian ia tersenyum kecut saat mendapati seseorang berdiri di belakang pemuda berkulit pucat itu.

“Bagaimana, Jongin?” Sehun butuh kepastian.

“Aku sudah akan pergi bersama Kris. Dream Theater sepulang sekolah? Kurasa kau bisa mengajak orang lain dan bertemu denganku disana, Sehun.”

Jongin membuang napas dan melangkahkan kakinya melewati Sehun yang terdiam kaku.

“Oh! Sehun? Kurasa aku pernah mendengar tawaran seperti itu beberapa bulan yang lalu. Apa kau ingat?” Jongin berkata sebelum benar-benar meninggalkan tempatnya.

Aku punya dua tiket konser Dream Theater! Dan aku ingin kau pergi bersamaku, Sehun.

Jongin benar. Apakah keadaan sudah berbalik sekarang? Dan kenapa hatinya begitu sakit saat Jongin mengacuhkan dirinya seperti ini.


“Kris itu dari Kanada! Wajar saja dia menjadi Head Class kita sekarang. Dia adalah murid beasiswa. Meskipun orang tuanya sangat kaya, tapi dia malah memilih mengambil beasiswa itu.”—Baekhyun, salah satu murid kelas XII A berbicara dengan mulut penuh cake strawberry.

“Murid beasiswa, ya? Lalu kenapa dia malah pindah ke Korea bukannya Amerika? Aku tidak percaya dengannya.” Celetuk Tao, kata temannya dia seperti anak panda.

Sehun menguping saat ini—

“Kudengar dia mencalonkan diri sebagai OSIS nanti. Pasti banyak yang mendukungnya mengingat Kris sudah seperti idola baru di sekolah kita.” Kali ini Suho yang berkomentar.

“Benar! Dan kau tahu teman kita Kim Jongin? dia sudah berhasil mengambil perhatian Kris di minggu pertama Head Class pindah ke sekolah ini. Padahal anak itu sangat terobsesi dengan Sehun. Aku tidak bisa mempercayai semua ini.”

Yang terakhir itu Baekhyun. Dan semuanya terdiam saat mereka sadar bahwa ada salah seseorang yang menjadi topik pembicaraan mereka berada disini.

“Tidak apa teman-teman. Kalian santai saja.”—Sehun menampilkan senyum anehnya kemudian beranjak pergi meninggalkan tempat itu.

Begitu ya? Jika untuk merebut Jongin kembali harus berlaku seperti Kris, maka Sehun akan memakai cara itu. 


A/N : Seperti biasa, gaya bahasa yang berbeda dariku xp well, next chapter adalah end chap. Jadi berikan komentar? xp Terimakasih untuk semuanya /terbang bersama Chanyeol/

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Liyadactylifera #1
Chapter 4: Cool !!!!
Meskipun saya bukan pecinta crack pair tapi ff ini berhasil bikin aku jatuh cinta <3 ini kereeen bangeett (y) meskipun emang cerita nya rada mainstream soal ditempel, diacuhkan baru nyadar pas orang yg nempelin pergi hahaha
tapi poin nya emang pohon nya itu. Pas pohon nya ditebang dan jongin nangis, aku juga ikutan nangis. :( bener deh luar biasa ni ff
esaaulia21 #2
Chapter 4: ini bagus banget ><
seka banget sama karakter mereka berdua disini
sequel dong~
pureserendipity
#3
Chapter 4: is sehun the dominant here? .___.
XiaoHen #4
Chapter 4: ini teh ending?! ya gantung ihh I want more
guylian #5
Chapter 4: Yahhhhh :' kok ending sih...... Ffnya seru padahal.... Fighting thorr!! '-')9 nice story~ bikin lagi ya thorr~
exobaby_sehun
#6
Chapter 4: wah akhirnya happy ending *u*
guylian #7
Chapter 3: Kok angst lewat sih ;-; cie bangetttt~ sehun cemburu XD fighting sehuna!!!
guylian #8
Chapter 2: Uwah! Uwah!!! Penasaran ihhhhh!!! Sumpah kayak drama asli, dan genrenya high school pinggiran kotaaa!! Lanjutinn!! Jangan lama-lama!!
sitinurkh #9
Chapter 2: Nice story....
guylian #10
Chapter 1: Buahahahaha XD adanya sehun yg ngikutin kai.. Ini kai yg ngikutin sehun. Baru liat nih fic.. Gua tertarik ._. Lanjutin dongg yaaaaaaaa >< ??