Chapter 2

We Fly, We Fall

Tao’s pov

Kuhapus air mataku dan kembali ke tempat ku. Pikiranku benar-benar terusik oleh kata-kata Ahran. Adik tiriku sendiri. Apa yang harus kulakukan? Aku benar-benar tak bisa lagi berpikir.

“Darimana kau?” tanya Baekhyun padaku.

“Toilet.” Jawabku singkat.

“Ooh..” jawabnya. Aku pun duduk di tempat ku lagi. Salah kalian? Kalian muncul di kehidupanku dan appa. Kalian juga selalu berusaha menggantikan eomma di depan appa. Itu salahmu yang sudah jelas. Dan kau masih menanyakan apa salahmu?! Kalimat itu benar-benar melekat di benakku. Bahkan aku tak bisa memejamkan mataku untuk beristirahat.

Setelah kupikir lagi, yeoja yang tadi menghamipirinya itu, pasti dekat dengan Ahran. Jadi, kuberanikan diriku untuk datang ke tempat tadi.

“Ada yang bisa kubantu?” tanya yeoja tadi ketika aku menghampirinya. Ahran sedang tak disitu jadi akan leluasa bagiku untuk mengorek informasi tentang Ahran.

“Ige.. hmm... apa kau banyak mengenal Ahran?” tanyaku memberanikan diri. Dia terlihat bingung.

“Ahran? Im Ahran?” tanyanya memastikan Ahran yang kumaksud.

“Ne, Im Ahran.” Jawabku sedikit gugup. Tapi yeoja itu tetap memberikan tatapan bingungnya padaku.

“Aku...... Kakaknya..” jawabku masih gugup. Kini, yeoja itu terlihat terkejut. Bahkan lebih gugup daripada aku.

“Huang Zi Tao..” aku mengulurkan tanganku dia dengan perlahan meraih tangan ku dan berjabat tangan dengan ku.

“Park Seorin imnida.. Tentu saja aku tau nama mu.. Siapa yang tak mengenalmu sekarang..” katanya masih gugup.

“Ige.. Bisa aku meminta nomor ponsel Ahran? Kami sudah lama tak berjumpa dan mengobrol lagi..” aku memberanikan diriku meminta nomor Ahran pada yeoja itu. Kini, dia terlihat sangat gugup.

“Ne..” dia pun memberikan nomor ponsel Ahran padaku.

“hmm.. bisa kuminta juga nomormu? Aku takut Ahran tak mau mengangkat telpon dari ku jika dia tau.” Aku meminta dengan gugup setelah beberapa perdebatan yang terjadi dalam benakku.

“Huh? Ne..” dan dia memberikan nomornya padaku.

“Kamsahamnida...” aku berterimakasih pada Seorin dan kembali ke tempat dudukku. Aku menamai Ahran di ponsel ku ‘Nae Dongsaengi’ mengingat hubunganku dan Ahran yang masih runyam, Jadi kuganti menjadi ‘Im Ahran’.

Aku menatap ponselku dalam pemikiran yang dalam. Kenapa? Kenapa harus begini? Kenapa dia tidak bisa memaafkanku? Atau ibu? Apa semua itu salah kami?

“Ke toilet lagi?” tanya Baekhyun hyung sambil setengah tidur dengan bantal leher bentuk babi warna pink miliknya. Aku hanya tersenyum dan dia pun melanjutkan perjalanan mimpinya. Aigoo.. sampai sekarang, aku hanya bisa memikirkan Ahran. Apakah sesulit itu untuk dia memaafkanku?

[FLASHBACK]

“Ahran-ah, kenalkan ini, calon eomma mu.. dan ini calon oppa mu..” Im Ahjussi memperkenalkan aku dan eomma pada seorang yeoja manis berusia 2 tahun lebih muda dariku itu.

“Annyeonghaseyo.. Huang Zi Tao imnida..” aku memperkenalkan diriku padanya dan membungkuk. Aku berusaha seramah mungkin padanya meskipun sulit.

“Hm..” tapi dia hanya menjawab demikian diiringi senyuman sinis darinya. Eomma langsung merasa sedih. Meskipun eomma menutupi nya dengan senyuman terindahnya, eomma tak akan bisa menutupi kesedihan yang dirasakannya. 18 tahun aku tinggal dengan eomma. Tentu saja aku tau. Aku berusaha keras menerima apa yang terjadi. Tapi yeoja itu dengan mudahnya melakukan hal itu.

“Appa, aku mau ke kamar.” Jawabnya dengan wajah sinisnya.

“Ahran-ah!” tapi dia tidak menghiraukan teriakan Im ahjussi. Dia tetap berjalan menuju kamarnya, menutupnya, dan menguncinya.

“Ahran-ah!” Im ahjussi berteriak lagi. Bahkan dia hampir mengejar Ahran.

“Yeobo.. gwenchanna.. dia pasti masih belum bisa menerimaku..” eomma mencegah Im ahjussi yang mengejar anak perempuannya itu. Jujur, aku masih belum sanggup mendengar eomma memanggil namja lain dengan panggilan ‘yeobo’.

“Eomma, aku keluar dulu.” Aku meminta izin keluar dan aku melihat yeoja yang akan menjadi adik tiri ku, Ahran, berusaha keluar dari jendela kamarnya. Dia memakai pakaian rapi. Ketika dia akan melompat keluar jendela, dia melempar sebuah koper.

“Apa yang kau lakukan?” tanyaku meskipun aku tak mau bicara padanya.

“Bukan urusanmu!” aku berjarak sekitar 7 langkah dari jendelanya. Dan ketika dia akan melompat keluar jendela, dia malah terjatuh.

“Gwenchanna?” aku mengulurkan tanganku berniat hendak membantunya berdiri. Tapi dia hanya menatapku sinis dan bangun sendiri.

“Aku tak butuh bantuanmu!” dia mengambil kopernya dan berjalan sesepi mungkin.

“Kau mau kemana?” tanya ku karena heran.

“Bukan urusanmu!” dia meneruskan berjalan.

“Bisakah kau mengerti sedikit tentang masalah ini? Kau pikir aku menyetujui pernikahan eomma ku dan appa mu? Tidak! Aku tidak suka!” aku hampir saja menangis mengingat eomma ku mati-matian berusaha menggantikan sosok appa yang pergi menelantarkan aku dan eomma. Tapi aku menahannya. Dia membalikkan badannya. Diam sesaat sambil menundukkan kepalanya.

“Lalu? Aku memang tidak suka. Jadi apa urusanmu?” jawabnya lemah dan menahan tangis.

“Apa kau tau rasanya kehilangan seorang ibu dan belum genap setahun dia pergi ayahku sudah mencari wanita lain? Apa kau tau rasanya kehilangan seorang ibu disaat aku masih sangat membutuhkannya? Apa kau tau—“

“Apa kau tau rasanya diterlantarkan seorang ayah sejak kecil? Hidup tanpa seorang ayah? Dan disaat aku percaya aku tak pernah punya ayah, eomma berusaha menggantikan tempat kosong di hati kecilku yang seharusnya milik seorang ayah?” aku memotong ucapannya. Dia mulai menitikkan air mata. Dia berjalan mendekat.

“Arraseo. Kau tidak akan menerima appa sebagai ayahmu kan? Aku pun begitu. Aku juga akan sulit menerima ibu mu sebagai pengganti eomma.” Jawabnya sambil menangis.

“Aku memang akan sulit menerima Im ahjussi menjadi appa ku. Tapi aku akan berusaha menganggapmu sebagai dongsaeng ku. Jadi tolong, kenapa kau tak mau berusaha bersamaku?”  ucapku yang membuat nya berani menatap tepat di mataku.

~Wedding Day~

“Ahran-ah, Tao-ya, kemari!” perintah seorang namja yang sah menjadi appa tiriku hari ini. Aku dan adik baru ku, Ahran berjalan menuju mereka.

“Ayo kita berfoto..” ajak eomma. Aku dan Ahran hanya mengikuti kemauan mereka. Kami pun berfoto. Meskipun ini hari bahagia, tidak untuk ku dan Ahran.

“Ahran-ah, maukah berfoto dengan eomma?” tanya eomma ku pada Ahran yang masih berwajah muram. Tanpa jawaban dari Ahran pun, mereka berfoto. Tentu saja aku tau Ahran hanya memberikan senyum palsu. Senyum miris untuk lebih tepatnya.

“Tao-ya, kajja..” ahjussi itu merangkulku dan mengajak ku berfoto. Hal yang sama, terjadi padaku.

“appa, ahjumma, aku mau kesana.” Ahran meninggalkan kami bertiga dan berbaur dengan para tamu. Aku yakin eomma sangat sakit saat ini.

“eomma, ahjussi, nado..” aku pun meninggalkan mereka berdua sambil berusaha memberikan Im ahjussi rasa sakit yang sama.

[FLASHBACK OFF]

~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*

Hey hey~ Chapter 2!

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
hi_im_olaf
#1
Fighting!!!! keep writing
Yheryong
#2
Chapter 1: I'm not an Indonesian, but I'm giving an advice, that you should do a capitalization. And some of the punctuation went wrong. But that's fine :D I'm learning Bahasa anyway. So, the main character would be the girl, Kai and Tao, right? ^^ Tao's character is rare, both the way :D And Baek Hyun's character is kind of a '' here ._.