Chapter 1

We Fly, We Fall

Ahran’s pov

“kamsahamnida..” satu lagi penumpang senang dengan hasil kerja ku. Aku hanya tersenyum dan kembali ke tempatku.

“Ahran-ah. Kau sudah mendengarnya belum?” tanya Seorin teman satu profesi ku ketika aku hendak mengambil minum.

“mwo?” jawabku sebelum minum.

“besok akan ada EXO di pesawat ini.” Aigoo.. fangirl -_-.

“lalu?” jawabku sambil mengambil buku di lokerku.

“ya! Kau ini..” keluhnya sambil mengeluh padaku. Sedangkan aku mulai tenggelam dalam buku yang sedang kubaca.

“besok aku harus berdandan serapi mungkin.. aah.. Ahran.. aku senang sekali..” Seorin memulai kegilaan fangirlnya di depanku.

“Ahran, besok ingatkan aku untuk bawa buku yaa..” katanya girang.

“untuk apa?” aku masih sibuk dengan bukuku.

“tentu saja untuk meminta tanda tangannya Baekhyun! Pabo!”

“sudahlah, aku mau bertugas dulu.” Aku pun keluar dari tempatku dan menghampiri penumpang yang tadi menekan bel.

“yes, can i help you?” aku bertanya pada seorang penumpang asing.

“yes, can you please take my handbag overthere? I couldn’t reach it.” Seorang nenek meminta tolong padaku.

“sure. Here you are.” Aku memberikan tas tangan yang dimaksud olehnya sambil tersenyum.

“thank you” katanya.

“you’re welcome.” Aku tersenyum dan pergi meninggalkan tempat itu. Ne, aku adalah seorang pramugari di salah satu maskapai penerbangan di Korea. Aku tinggal di Korea bersama kedua orang tua ku. Aku tak punya kakak atau adik. Namun, ibu ku meninggal dengan tidak wajar dan ayahku menikah lagi dengan seorang yeoja dari Cina beranak satu. Dengan begitu, aku kini memiliki saudara tiri yang hampir tak pernah bertemu denganku. Dan jika bisa, aku ingin membalaskan dendam eomma pada orang itu. Eomma meninggal akibat tabrak lari. Dia meninggalkan ku disaat aku masih sangat membutuhkannya. 7 tahun lalu. Ya, tepatnya ketika aku berumur 16 tahun.

Suara pengumuman bahwa pesawat akan segera mendarat membuyarkan lamunanku. Aku pun mengencangkan sabuk pengamanku dan melanjutkan lamunanku. Seperti yang selalu kulakukan. Bagaimana keadaan ayah sekarang? Aku rindu padanya. Dan, apa kabar dengan ibu tiriku? Apa dia baik-baik saja setelah lama merebut ayah dariku?

“Ahran-ah, kajja..” Seorin menyadarkanku dari lamunanku yang kesekian kalinya. Aku pun melepas sabuk pengamanku dan turun dari pesawat. Aku mengganti bajuku di bandara. Kini, aku dan Seorin pulang ke apartemen kami dengan baju sehari-hari. Aku kini memang tinggal dengan Seorin. Ya, sejak ayahku..

[FLASHBACK]

“mwo? Pramugari? Andwe! Kamu harus menjadi pengacara!” ayah meneriaki aku ketika aku mengutarakan keinginanku.

“yeobo~” ibu tiriku yang tak pernah ingin kulihat wajahnya berusaha menenangkan ayahku.

“jika kau tetap keras kepala, lebih baik keluar dari rumah ini!” pernyataan orang satu-satunya yang kumiliki itu sontak membuatku menangis. Aku segera berlari ke kamarku. Ketika keluar dari kamar, ibu tiriku mulai berlinang air mata.

“Ahran-ah.. kajjima..” dia menangis di depanku. Dia juga menggenggam erat tanganku. Aku bahkan tak sudi menghapus air matanya.

“lepaskan aku!” aku berhasil melepaskan tangannya dariku.

“ooh.. itukah keputusanmu? Meninggalkan rumah ini seperti yang dilakukan kakakmu? Aish! Kalian memang tak berperasaan!” appa kembali meneriakiku.

“kakak tiri, appa. Ingat, KAKAK TIRI! Eomma ku hanya memiliki aku seorang! Mwo? Tak berperasaan? Apa pernah kau memikirkan tentang perasaan ku atau Tao? Anni! Kau tidak pernah! Hati mu keras dan dingin. Sedingin--” PLAAK! Tamparan hangat dari tangan orang yang kupunya satu-satunya mendarat di pipi kiriku bahkan sampai pipiku terasa bengkak.

“arraseo! Pergi kau dari sini!” aku pun pergi tanpa rasa penyesalan sedikit pun.

[FLASHBACK OFF]

“Ahran-ah~ apa kau lapar?” tanya Seorin sambil membaca majalah dan dia membuyarkan lamunanku.

“sedikit.. waeyo?” aku menjawab. Sebelum dia menjawab, aku sudah tau jawabannya.

“arraseo..” aku pun bangkit dari duduk ku dan berjalan menuju dapur diiringi oleh tawa kecil dari Seorin. Tanpa pikir panjang, aku hanya membuat ramen untuk makan malam kami.

“gomawo Ahran-ah~” Seorin dengan riang memakan ramennya.

“Ahran-ah, bantu aku berdandan untuk besok, ne?” Seorin meminta di tengah-tengah makan malam kami.

“waeyo? Kau lebih ahli dari ku kenapa kau meminta padaku?” aku menolak sambil mengunyah ramen ku.

“aish.. arraseo..” jawabnya.

**

“Ahran-ah, kajja!” pagi ini Seorin sangat bersemangat. Mungkin karena akan ada EXO boys di pesawat kami. kami pun siap bertugas.

“Ahran-ah, senyumlah sedikit~” bujuknya. Dan aku pun tersenyum. Aku benar-benar tidak mau bertemu dengan EXO boys hari ini atau kapanpun. Aku duduk di tempat yang biasa kududuki ketika di pesawat.

**

“Ahran, bagaimana penampilan ku?” aku hanya tersenyum dan memberikan jempol pada Seorin yang sangat sibuk dengan urusannya itu. Dia pun berjalan dengan semangat menuju Baekhyun idola yang dipuja nya itu. Tak lama dia kembali dengan mata berkaca-kaca.

“waeyo eonni?” aku bertanya karena bingung. Tapi dia tidak menjawab dan malah menangis. Kulihat bukunya masih kosong. Jadi, ku ambil bukunya dan kuhampiri mereka. Meskipun aku tak ingin bertemu dengan mereka, tapi ini sudah kelewat batas.

“permisi, apa anda Byun Baekhyun?” aku bertanya sehalus mungkin. Kulihat teman sebelahnya sedang tertidur sambil menutup wajahnya dengan jaket. Aku juga berjaga-jaga untuk tidak bertemu dengan orang yang tak pernah ku ingin lihat lagi meskipun hanya sehelai rambutnya.

“ada apa ya? Saya rasa saya tidak memanggil siapapun.” Katanya sambil terfokus pada buku nya.

“anni, tadi ada pramugari lain yang kesini, dan dia meminta tanda tangan anda. Saya hanya ingin bertanya apa yang terjadi?” aku masih dengan nada pelan ku.

“saya hanya tidak ingin tanda tangan untuk orang aneh seperti dia.” Jawabnya masih sambil membaca buku.

“sekarang, bisakah anda menandatangani nya?” aku menyodorkan buku Seorin lengkap dengan pulpen. Tapi dia malah mengambil buku dan melemparnya. Dengan sabar, aku mengambil buku itu dan menyodorkannya pada Baekhyun lagi.

“KUBILANG TIDAK MAU YA TIDAK MAU!” dia berteriak dan membuat seisi pesawat melihat ke arahku. Orang di sebelahnya terbangun dan menyingkirkan jaket dari wajahnya.

“hyung.. ada ap—“ teman nya melihat ke arahku begitu pun dengan aku.

“arraseo.. mianhae..” aku berkata pada Baekhyun dan langsung berjalan cepat ke tempat biasa. Tapi kurasa namja yang tadi duduk di sebelah Baekhyun mengejarku. Dan, dia berhasil menangkap bahuku.

“Ahran-ah. Kamu Im Ahran kan?” tanya nya. Aku melepaskan tangannya dari bahuku dan melanjutkan jalan ku. Tapi dia tetap mengejarku dan berhasil masuk ke tempat biasa aku menunggu.

“Im Ahran!” aku menoleh dan balas meneriaki namanya.

“wae Huang Zi tao?!” dia terlihat senang.

“Ahran-ah.. kau sudah besar sekarang..” dia tersenyum.

“ada apa?” tanya ku sinis.

“setidaknya tersenyumlah sedikit. Kau tak tau betapa aku rindu padamu?” katanya.

“kenapa kau harus merindukanmu? Kau hanya kakak tiri ku.” Jawabku.

“kenapa sejak dulu kau selalu membenciku dan ibu ku? Apa salah kami?”

“salah kalian? Kalian muncul di kehidupanku dan appa. Kalian juga selalu berusaha menggantikan eomma di depan appa dan di depan ku. Itu salahmu yang sudah jelas. Dan kau masih menanyakan apa salahmu?!” aku berteriak sambil menahan sebuah rasa sakit yang tak bisa kuungkapkan. Aku berencana pergi, tapi dia menggenggam lenganku.

“Ahran-ah.. mianhae..” aku menangis di tempat.

“Ahran-ah.. jeongmal mianhae..” dia mengulang perkataannya. Suaranya lirih. Aku hanya bisa menutup mulutku dengan tanganku yang tak digenggam olehnya sambil menangis.

“ya! Mianhae!” dia kali ini berteriak dan lagi-lagi mengulangi kata-katanya.

“mianhae?! Itu yang bisa kau bilang? Mianhae? Anni. Memaafkanmu itu tak cukup untuk membayar sakit yang ku rasakan selama 4 tahun!” aku membalikkan badanku, melepaskan genggamannya, dan menjawab sambil terisak. Dia hanya terdiam. Dan sedikit demi sedikit matanya mulai berkaca-kaca.

“jadi... apa yang harus kulakukan agar kau memaafkanku?” tanya nya lemah sambil menundukkan kepala.

“mwo? Memaafkanmu? Molla.. mungkin selamanya aku tak bisa memaafkan mu.” Jawabku masih sambil terisak.

“Ahran-ah..” dia mulai menitikkan air mata.

“Ahran-ah.. wae—“ Seorin eonni kembali dari tugas dan terkejut melihat aku yang berlinang air mata. Ditambah lagi, seorang Huang Zi Tao dari EXO ada disini.

“lebih baik kau meninggalkan tempat ini!” aku mengusirnya.

“Ahran-ah..” dia seakan menolak pergi.

“PERGI KUBILANG!” aku berteriak dan akhirnya dia meninggalkan tempat para pramugari. Setelah dia pergi, aku terlalu lemah dan langsung jatuh terduduk di lantai pesawat. Tak ada yang bisa kukatakan, pikirkan, bahkan dengarkan.

“Ahran-ah.. gwenchanna?” Seorin eonni terdengar khawatir dan dia membantu ku berdiri. Lalu dia mendudukkan ku pada sebuah kursi.

“ini, minumlah dulu, tenangkan pikiranmu.” Aku menerima gelas berisi air dari Seorin eonni dan meminumnya. Kutarik nafas dalam-dalam, lalu aku menghembuskannya perlahan.

“jadi, ada apa?” tanya nya lembut.

“anni, gwenchanna..” jawabku sambil tersenyum meskipun aku tau hatiku masih sangat teriris oleh kejadian tadi.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
hi_im_olaf
#1
Fighting!!!! keep writing
Yheryong
#2
Chapter 1: I'm not an Indonesian, but I'm giving an advice, that you should do a capitalization. And some of the punctuation went wrong. But that's fine :D I'm learning Bahasa anyway. So, the main character would be the girl, Kai and Tao, right? ^^ Tao's character is rare, both the way :D And Baek Hyun's character is kind of a '' here ._.