Part 2

A Broken Doll

“Sunggyu, apa ini?”

Sunggyu yang sedang berbaring menonton tv mengalihkan pandangannya pada Woohyun yang tengah menatap tajam selembar kertas yang baru saja pemuda berambut merah itu berikan.
“Itu hal yang harus kau kerjakan selama tinggal disini, setidaknya kau melakukannya untuk membantuku”

“Tapi apa ini? Kau menyuruhku berbelanja?” tanya Woohyun, kekesalan terlihat di wajahnya.

Sunggyu mengangguk sebelum duduk.“Aku baru ingat stok makanan di kulkas hampir habis, ayo kita berbelanja sekarang” ajak pemuda bermata sipit itu sambil menarik Woohyun yang sudah pasrah sekarang ke kamar mereka.

Woohyun lalu mengganti bajunya dengan cepat setelah Sunggyu yang sudah selesai mengganti bajunya berteriak dari lantai bawah agar ia cepat turun. Pemuda itu setengah berlari saat menuruni tangga dan menghampiri Sunggyu yang sudah menunggunya sambil menulis sesuatu di selembar kertas.

“Kau sedang menulis apa?” tanya Woohyun, membuat Sunggyu kaget dengan keberadaannya yang tiba-tiba.

Sunggyu mengusap-usap dadanya dan memukul kepala Woohyun dengan pulpen yang dipegangnya untuk membalas pemuda itu. “Ayo kita pergi sekarang,”

.

.

.

.

“Apa lagi setelah ini?” tanya Woohyun sambil mendorong troli belanja, Sunggyu berjalan di sampingnya sambil membaca daftar belanja yang ia buat sebelum pergi tadi.

“Kita butuh daging dan sayuran,” pemuda bermata sipit itu berjalan sambil mengedarkan pandangannya untuk mencari barang yang ia butuhkan. “Itu dia!” Sunggyu berseru berlari menuju areal buah dan sayur, membuat Woohyun harus mengejarnya.

“Ini, ambillah sayur-sayuran yang ada di daftar belanja. Aku akan mengambil daging,” ucap Sunggyu sambil menyerahkan kertas tadi pada Woohyun, membuat pemuda itu mendengus kesal.

Woohyun mengambil semua sayuran yang dibutuhkan dan mendorong troli belanjanya menghampiri Sunggyu. Namun langkahnya terhenti ketika melihat Sunggyu tengah asyik berbicara dengan seorang pria berambut blonde.

Woohyun tak dapat mendengar apa yang sedang mereka bicarakan karena jaraknya yang terlalu jauh, membuatnya berjalan cepat menghampiri Sunggyu yang tampaknya belum menyadari kehadirannya dan malah pria berambut blonde tadi yang menyadarinya.

“Siapa dia?” tanya pria berambut blonde itu.

“Dia Nam Woohyun, kekasihku” ucap Sunggyu dengan pipi yang sedikit merona, membuat Woohyun tersenyum senang mendengarnya.

Pria tadi tampak terkejut. "Senang bertemu denganmu,” dia lalu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. “Namaku Yong Junhyung,”

Woohyun lalu menjabat tangannya dan sedikit tersentak ketika pria itu menggenggam tangannya dengan kuat sebelum berusaha melepasnya dengan sopan. “Senang juga bertemu denganmu”

Sunggyu dan Junhyung kembali berbincang, meninggalkan Woohyun yang menatap pemuda berambut blonde itu dengan tatapan tajam. Satu hal yang ia ketahui pasti dari pemuda bernama Yong Junhyung tadi. Pemuda itu tak menyukainya.

 

 “=_=”

"Hei, ada apa denganmu?" tanya Sunggyu pada Woohyun yang memeluknya dari belakang.

Woohyun hanya menggelengkan kepalanya, membuat Sunggyu menghela napasnya pelan. Sejak mereka pulang dari supermarket Woohyun mulai bertingkah aneh dengan memeluknya seperti seekor koala yang sedang bergelantungan di pohon dan menolak bicara.

"Kau yakin tak terjadi sesuatu?"

Woohyun kembali menggeleng, meninggalkan Sunggyu dengan berjuta pertanyaan di kepalanya. Dengan langkah gontai Sunggyu melangkah memasuki rumahnya, berat belanjaan di kedua tangannya ditambah Woohyun yang tak mau melepaskan dirinya menambah penderitaan Sunggyu untuk berjalan, apalagi dia harus meletakkan belanjaannya di dapur yang jaraknya cukup jauh dengan tempat ia berdiri sekarang, ruang tamu.

“Saatnya kau melepau, aku tidak bisa memasak jika kauterus memelukku seperti ini,” ucap Sunggyu sesampainya mereka di dapur, menaruh belanjaannya di lantai untuk menyeka keringat di keningnya.

Woohyun tetap diam dan mempererat pelukannya yang membuat Sunggyu merengut kesal. “Jika kau tak mau bicara maka aku tak akan bicara denganmu juga.” ancamnya setengah serius.

Mendengar itu, Woohyun segera melepas pelukannya dan membalik tubuh Sunggyu agar menghadapnya. Pemuda berambut merah itu menatap Woohyun dengan matanya yang melebar, terkejut dengan aksi tiba-tiba yang ia lakukan.

“A-ada apa?” tanya Sunggyu gugup saat Woohyun menatapnya dengan tajam.

“Bukankah aku sudah melakukan tugas yang kau berikan?”Sunggyu hanya mengangguk menanggapi pertanyaannya.“Lalu mana hadiahku?”

“Eh?”

“Kau bilang akan memberikanku hadiah jika aku mau membantumu, lalu apa hadiahku?”

Cukup lama bagi Sunggyu untuk memahami ucapan Woohyun sebelum mata dan mulutnya membulat lucu. Sunggyu mengulurkan tangannya untuk menepuk kepala Woohyun dan tersenyum. “Aku akan membuatkan makanan kesukaanmu sebagai hadiahnya,”

Namun Woohyun memasang wajah kesal dan membuat Sunggyu agak kebingungan.“Hadiahku hanya makanan? Yang kuinginkan adalah sesuatu yang spesial,”

Sunggyu kembali terdiam dan kembali berpikir, pipinya sedikit merona ketika memikirkan apa yang harus ia lakukan. Dengan sedikit ragu ia mendekatkan wajahnya dan dengan cepat dia mencium pipi pemuda tampan itu.

“Apa?” tanya pemuda bermata sipit itu ketika Woohyun menggenggam tangan kanannya dan mencium satu per satu jemarinya.

“Aku ingin lebih. Sesuatu yang hanya untukku,”

Tangan Woohyun yang satunya bergerak untuk mendorong Sunggyu hingga punggungnya membentur kulkas di belakangnya. Tanpa persiapan apapun pemuda berambut hitam pekat itu mendaratkan bibirnya di bibir merah Sunggyu, membuat pemuda itu membelalakkan matanya kaget.

“Itulah yang kuinginkan,” ucap Woohyun dengan senyuman jahilnya.

.

.

.

.

“Tolong cuci piring itu juga,” ucap Sunggyu pada Woohyun yang berdiri di sampingnya.

Pemuda itu hanya mengangguk dan melakukan apa yang Sunggyu perintahkan. Mereka berdua terlarut dalam suasana hening, hanya sibuk dengan piring-piring yang sedang mereka cuci. Sunggyu menoleh sebentar untuk menatap wajah Woohyun yang dihiasi bekas kemerahan di pipinya.

“Maafkan aku,” lirih Sunggyu dan menundukkan wajahnya, tak berani menatap pemuda satunya itu.

“Kau jahat. Padahal kau sendiri yang bilang kau akan memberiku hadiah, tapi sekarang kau bahkan tak mau memberiku sebuah ciuman”

Sunggyu semakin menundukkan wajahnya dengan pipi yang kembali merona.“Itu karena kau melakukannya dengan tiba-tiba,” jawabnya dengan bergumam.

“Jadi..aku boleh menciummu setelah meminta izin darimu?” tanya pemuda itu sambil menatapnya dengan penuh harap.

“Tidak boleh!” jawab Sunggyu cepat dan membuat Woohyun merengut. Pemuda bermata sipit itu terdiam lama dan sesekali melirik Woohyun sebelum menghela napasnya panjang. “Baiklah, tapi hanya sekali saja”

Woohyun kembali tersenyum dan memeluk Sunggyu dari belakang, membuat pemuda itu bergerak tak nyaman di dalam pelukannya.“Hei, hei, lepaskan aku. Tanganmu membuat bajuku basah,”

Pemuda tampan itu tampaknya tak mendengarkan ucapan Sunggyu dan semakin mengeratkan pelukannya. “Can I have a kiss now?

Pipi Sunggyu memerah sempurna dan mencipratkan air ke wajah Woohyun, membuat ia terbebas. Woohyun membalas Sunggyu dengan melakukan hal yang sama, membuat kedua pemuda itu saling perang air.

Sementara mereka berdua tengah larut dalam perang air mereka, sesosok pemuda melangkah masuk. Pemuda itu menggelengkan kepalanya melihat dua pemuda di depannya.

“Inikah sikap kalian jika ada tamu?” tanya pemuda itu, membuat Sunggyu dan Woohyun segera menoleh ke arah pemuda tadi.

“Kau selalu datang sambil mengagetkanku! Tak bisakah kau memencet bel terlebih dahulu?” oceh Sunggyu pada pemuda yang menginterupsi apa yang ia dan Woohyun lakukan.

Pemuda tadi, Myungsoo, hanya menyeringai sebelum mengambil kursi untuk duduk. “Tadi aku sudah melakukannya tapi sepertinya kau terlalu asyik dengan kekasihmu,”

Wajah Sunggyu memerah dan mendorong Woohyun yang berdiri di sampingnya, berusaha menjaga jarak dari pemuda itu. “Berhentilah menggodaku! Lagipula kenapa kau kemari?” tanya Sunggyu yang mengalihkan topik pembicaraan.

“Tak bisakah kau berhenti menanyakan alasanku kemari?” tanya Myungsoo balik dengan nada kesal. “Sudah lama aku tidak mengunjungimu, dan juga untuk memberitahumu untuk pulang ke rumah malam ini. Ibu mengajak kita untuk makan malam bersama ” ajak Myungsoo.

“Kenapa tak menelponku saja?”

“Aku juga ingin begitu, tapi Ibu menyuruhku untuk menyeretmu kesana jika kau tak mau” ucapan pemuda bermata elang itu membuat Sunggyu hanya dapat mendesah pasrah.

“Kurasa aku harus mandi dulu, bajuku basah terima kasih pada seseorang” ucap Sunggyu sambil memberikan tatapan tajamnya pada Woohyun dan menyuruhnya untuk tetap mencuci piring sebelum melenggang pergi menuju lantai atas.

Namun Woohyun berbalik dan menatap Myungsoo ragu, seperti ada yang ingin ia katakan."Myungsoo?"

"Ada apa?"

Woohyun berbalik menghadap wastafel dan melanjutkan kegiatan mencuci piringnya. "Yong Junhyung.. apa kau tahu siapa dia?" ia bertanya setelah cukup lama terdiam.

Myungsoo menatap Woohyun penasaran."Tentu saja, mereka bersahabat sejak SMP. Sebenarnya mereka kuliah di universitas yang sama tapi Junhyung-hyung pindah ke luar negeri mengikuti orang tuanya,"

"Benarkah? Apa mereka pernah... berpacaran?"

"Entahlah, aku tidak tahu tentang itu"

“Begitu, ya" balas Woohyun datar.

Myungsoo berdiri dan menghampiri Woohyun yang terlihat menegang. “Jangan khawatir soal itu,” ucapnya sambil menepuk pelan pundak pemuda yang lebih tinggi darinya itu. “Aku pulang dulu, tolong beritahu Sunggyu-hyung jangan sampai datang terlambat.” tambahnya sebelum pamit.

“Apapun itu.. Sunggyu hanya boleh mencintaiku,”

 

"=_="

Woohyun secara diam-diam mengirim tatapan tajamnya pada sosok pria yang duduk di samping Sunggyu saat tangan pria itu menyentuh dagu kekasihnya, membersihkan saus yang berada di dagunya.

Mereka kini sedang berada di rumah orang tua Sunggyu dan sedang menyantap makan malam bersama. Tapi Woohyun harus menelan kekecewaannya saat ibu Sunggyu menyuruh anaknya untuk duduk di samping Junhyung yang juga diundang, membuat dirinya terpaksa duduk di samping Myungsoo.

Pemuda bermata elang itu menyikut tangannya dan membuat Woohyun beralih menatapnya tajam. "Berhentilah memberikan tatapan itu, auramu sangat menyeramkan" bisiknya.

Woohyun kembali memperhatikan Sunggyu yang sama sekali tak mengajaknya bicara dan asyik berbincang dengan Junhyung. Tangannya mengepal kuat dengan pandangannya mengarah ke sebuah vas bunga berukuran besar yang berada di belakang Junhyung.

 

PRANG

Vas bunga tadi jatuh ke lantai dan menimbulkan suara yang keras, pecahan-pecahan beserta isinya berserakan di lantai.

Semua orang terkecuali Woohyun terperanjat kaget dan berjalan menghampiri vas yang sudah berbentuk pecahan-pecahan itu.

“Kenapa… vas ini bisa jatuh?” Nyonya Kim berucap di tengah keterkejutannya.

Sunggyu berniat untuk memungut pecahan-pecahan yang berukuran besar namun ditahan oleh Myungsoo. “Biar aku yang membersihkannya, lebih baik kau bicara dengan kekasihmu dulu” bisiknya sambil tersenyum, sebuah senyuman misterius.

Pemuda bermata sipit itu berpaling untuk menatap Woohyun yang memasang ekspresi datar.

‘What do you think you’re doing, Woohyun?’

 

Sunggyu bangkit dan meraih tangan Woohyun, berpamitan dengan orang tuanya sebelum menariknya keluar dari rumah kediaman keluarga Kim. Tak ada kata-kata yang terlontar darinya saat dia mengemudi menuju rumahnya.

“Woohyun, kau yang memecahkan vas itu, kan?” Sunggyu bertanya saat mereka sudah berada di rumah. “Kenapa kau melakukannya?”

“Aku tak mengerti dengan apa yang kau ucapkan,” jawab Woohyun datar.

“Jangan berbohong padaku! Aku tahu kau memiliki kemampuan untuk menggerakkan benda!” seru Sunggyu dan membuat pemuda satunya itu terdiam. “Kenapa kau melakukannya?”

Hening. Tak ada satupun dari mereka yang mau bicara, Sunggyu yang menunggu jawaban Woohyun sedangkan pemuda berambut hitam pekat itu masih terdiam.

“Aku… sudah tak tahan lagi.. semua yang kau lakukan hanyalah berbicara dengannya!”

“Sebenarnya apa yang membuatmu begitu kesal?” tanya Sunggyu yang tak mengerti.

“Kenapa kau sangat gembira saat bersama mereka?”

“Tentu saja aku akan gembira saat bersama keluarga dan temanku!”

Woohyun menghampiri Sunggyu dengan aura menyeramkan di sekitarnya. “Kalian semua tertawa seperti itu, tepat di hadapanku! Kau menganggapku seolah tak ada padahal aku tepat berada di depan matamu!” Sunggyu tersentak saat mendengar suara Woohyun, karena sekarang, dia mulai ketakutan.

“Hei, Woohyun, tenanglah..” Sunggyu berusaha untuk memegang pundak Woohyun, berusaha menenangkannya.

“Diamlah!” tangan Woohyun segera mendorong tubuh Sunggyu.

Sunggyu terdorong mundur hingga tubuhnya membentur meja kopi di belakangnya. Hal itu membuat Woohyun diam membeku.

“Sakit… kenapa kau mendorongku?” tanya Sunggyu sambil berdiri disertai rintihan. “Sudahlah. Lakukan semaumu! Aku takkan memasak makanan kesukaanmu lagi!” ucap Sunggyu kesal dan berjalan melalui Woohyun yang masih terdiam.

Tangan Woohyun yang bergetar bergerak untuk menangkup wajahnya. “Apa yang sudah kulakukan?”

 

“=_=”

“Woohyun, ayo berbaikan” Sunggyu berucap frustrasi setelah lebih dari seminggu mereka tak berbicara satu sama lain, bahkan Woohyun tetap berada dalam bentuk bonekanya.

Boneka itu duduk di sebuah kursi yang Sunggyu buatkan untuknya saat Woohyun berubah menjadi boneka, yang ia tempatkan di atas meja di samping tempat tidurnya.

Mata sipit Sunggyu melebar saat Woohyun tak memberikan jawaban apapun dan mendekatkan wajahnya ke boneka itu. “…Woohyun!”

‘Kenapa dia sama sekali tak merespon? Tidak mungkin hanya karena kami berkelahi, perasaanku padanya berkurang, kan? Itu tidak mungkin. Aku tak merasakan perbedaan apapun terhadapnya… jadi, mungkin saja.. Woohyun sendiri yang menjauhiku?’

“Woohyun! Apakah yang aku lakukan kemarin benar-benar membuatmu marah sampai kau memilih untuk menjadi boneka lagi?”

Tak ada jawaban.

“Apa kau berniat untuk terus menjadi boneka setelah semua yang kau lakukan? Pergi tanpa mengatakan apapun? Jika kau memang ingin begitu, setidaknya biarkan aku mendengarkan alasanmu! Katakanlah sesuatu.. meskipun hanya satu kata..” tangan Sunggyu yang memegang kedua sisi kursi bergetar, air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya jatuh membasahi pipinya. “Kumohon padamu… bicaralah padaku” Sunggyu menutup matanya, berusaha menghentikan air matanya yang terus mengalir.

Tangan boneka itu bergerak untuk mengusap pipi Sunggyu, membuat pemuda berambut merah itu segera membuka matanya. “Maafkan aku.. Gyu”

Sunggyu yang masih terisak menampar pipi Woohyun lembut. “Apa kau sudah puas? Kenapa kau tak menjawabku saat aku bicara denganmu? Aku bahkan sudah bilang ingin berbaikan, jadi kenapa kau masih mengabaikanku?”

Woohyun menundukkan wajahnya. “Karena… karena aku memang seorang monster… aku bahkan menyerangmu..”

“Woohyun…”

“Setiap kali aku melihatmu tersenyum pada orang lain, aku mendapat perasaan aneh di hatiku, perasaan yang tak bisa kukendalikan hingga membuatku tidak bisa melihat apapun di sekitarku” potong Woohyun.

“Woo..”

”Akhirnya aku mengerti kenapa semua pemilikku yang sebelumnya menakutiku, dan kau, kau pasti membenciku juga”

Sunggyu tertawa pelan sesudah mendengarkan semua ucapan Woohyun, membuat pemuda yang berada dalam wujud boneka itu mengangkat wajahnya dan menatap Sunggyu bingung. Menurutnya hal ini tidak lucu untuk ditertawakan.

“Woohyun, yang kau lakukan itu tak ada hubungannya dengan menjadi monster. Kita hanya bertengkar, itu saja. Sejak kau datang kemari, sudah berapa kali aku memukul dan memarahimu? Jika kau memang seorang monster, berarti aku lebih buruk dari itu.” tangan Sunggyu mengusap air matanya yang sudah mengering. “Kau hanya sedang cemburu.” tambahnya dan memberikan Woohyun sebuah senyuman penuh arti.

“Aku.. cemburu?”

“Ya. Jika kau merasakan hal seperti ini lagi, katakan saja jika kau mencintaiku, maka semuanya akan baik-baik saja.” Sunggyu mengangkat tubuh boneka itu dan memeluknya. “Tapi aku senang. Itu berarti perasaanku terhadapmu tidak bertepuk sebelah tangan,”

Sunggyu lalu melepas pelukannya dan mengecup bibir Woohyun sekilas. Woohyun menatap Sunggyu dengan mata lebarnya sebelum tak sadarkan diri.

“Woohyun?!”

Selang beberapa menit kemudian, Woohyun yang terbaring di pangkuan Sunggyu membuka matanya dan berubah wujud kembali menjadi manusia. Mereka terdiam sebelum tawa Sunggyu mengisi keheningan di antara mereka.

“Bukankah kau selalu melakukan hal yang sama padaku? Lalu kenapa saat aku melakukannya kau malah pingsan?” Sunggyu tak bisa menahan tawanya dan tertawa dengan keras, membuat Woohyun berdecak kesal.

“Diamlah, Gyu!” sebelah tangannya bergerak untuk menutup matanya. “Jadilah kekasih yang baik dan biarkan aku istirahat.”

Sunggyu terkekeh pelan dan mengusap kepala Woohyun. “Baiklah, baiklah”

 

“=_=”

“Woohyun, aku pergi dulu!”

“Hati-hati di jalan!” balas Woohyun sebelum mengunci pintu.

Sunggyu baru saja berangkat untuk bertemu dengan teman-temannya dan meninggalkan Woohyun dengan tugas rumahnya.

“Sunggyu pasti lupa membawanya,” ucapnya saat menemukan ponsel milik Sunggyu tergeletak di atas meja kopi ruang tamu. Woohyun tersenyum ketika muncul sebuah ide untuk mengantarkan ponsel itu kepada pemiliknya.

Dia membuka lemari yang berisi pakaian miliknya dan mengambil sepotong kaos berwarna biru dengan motif polkadot dan cardigan abu-abu, serta celana panjang berwarna putih.

Woohyun lalu mengambil dompet berisi uang yang diberikan Sunggyu untuk ia pakai saat belanja dan ponsel pemuda bermata sipit itu. Memastikan dia sudah mengunci pintu rumah itu dengan benar sebelum mencari taksi untuk mengantarnya ke tempat Sunggyu berada.

Taksi itu berhenti di depan sebuah café dan Woohyun segera keluar dari taksi itu, membayar ongkos taksi sebelum berjalan memasuki café itu. Pemuda tampan itu mengedarkan pandangannya untuk mencari sosok berambut merah yang berada di antara banyaknya pengunjung café.

Senyumnya mengembang setelah menemukan Sunggyu dan segera berjalan menghampiri Sunggyu yang sedang asyik membicarakan sesuatu dengan teman-temannya, dia juga melihat Junhyung berada di antara teman-teman Sunggyu yang lain.

“Sunggyu,” panggilnya, membuat pemuda yang itu berbalik.

“Woohyun? Apa yang kau lakukan disini?”

Woohyun mengeluarkan ponsel Sunggyu dan menyerahkannya. “Ponselmu tertinggal. Kupikir kau akan memerlukannya jadi aku mengantarkannya padamu,”

Sunggyu tertawa  sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. “Pantas saja aku tak menemukannya dimanapun, aku kira ponselku hilang”

“Sifatmu memang tak berubah sejak dulu, kau orang yang pelupa” salah satu teman wanita Sunggyu berucap. “Sunggyu, apa dia temanmu? Seharusnya kau mengenalkannya pada kami,”

Sunggyu bangkit dari kursinya dan berdiri di samping Woohyun. “Kami sekarang tinggal bersama. Namanya Nam Woohyun,” teman-teman wanita Sunggyu berseru senang saat mendengar nama Woohyun. “Maafkan aku, tapi aku tak akan menyerahkannya pada kalian” Sunggyu menggenggam tangan Woohyun, hal itu cukup membuat wanita-wanita tadi mendesah kecewa.

Pemuda bermata sipit itu memberikan senyum terbaiknya pada Woohyun. “Sekarang kau memiliki banyak teman,”

.

.

.

.

Woohyun bergegas memasuki rumah mereka sebelum segera pergi menuju ruang cuci dan mematikan mesin cuci yang masih menyala. Syukurlah dia tak terlalu lama pergi, jika tidak, seluruh rumah ini pasti akan banjir oleh busa.

“Sunggyu bisa marah besar jika tahu hal ini” gumamnya.

 

TING TONG

Pemuda berambut hitam itu melangkah menuju pintu depan dan membukanya. Matanya menatap tak percaya pada tamu di depannya.

“Sedang apa kau disini?” Woohyun mundur beberapa langkah untuk menjaga jarak dengan sosok pria di depannya. “Bukankah Sunggyu bersama dengan kalian di cafe? Kenapa kau kemari?”

“Bisakah kita bicara sebentar?”

“Katakan disini saja,”

“Bukankah lebih baik jika kau menyuruhku masuk dulu?” pinta orang itu lagi.

Woohyun terdiam lama sebelum akhirnya membiarkan pria tadi masuk.

“Aku hanya ingin bicara berdua denganmu dan menunggu kesempatan saat Sunggyu tak bersamamu”

“Apa yang sebenarnya ingin kau katakan?” tanya Woohyun yang tak sabaran, dia benar-benar merasa tak nyaman bersama orang yang dianggapnya rival itu.

“Waktu kita bertemu untuk pertama kalinya, aku tidak meninggalkan kesan yang baik. Aku hanya ingin memperbaiki hal itu”

Woohyun hanya mengangguk menanggapi hal itu. “Tak apa, aku tak begitu memikirkannya”

“Tapi ada satu hal yang perlu kau ketahui,” pria tadi perlahan menghampiri Woohyun. “Aku sudah mengenal Sunggyu sejak SMP dan selama ini aku berusaha untuk membuatnya menyukaiku, bahkan bertahun-tahun. Tapi kemudian aku bertemu dengan Sunggyu dan memberitahuku jika dia sudah memiliki kekasih, kau tak akan tahu perasaanku saat mendengar itu”

“Hei, ada apa denganmu?” Woohyun mulai kelihatan panik dan melangkah mundur.

“Satu hal yang dapat kupikirkan sekarang,” pria itu kini tepat berada di hadapan Woohyun. “Kau harus kulenyapkan.”

Woohyun membulatkan matanya saat melihat pria itu mengangkat tangannya yang sedang memegang sebuah palu yang biasa Sunggyu pakai untuk membuat boneka.

‘Ah.. maafkan aku, Gyu. Sepertinya aku tidak mungkin bisa makan malam denganmu…’

.

.

.

.

“Kenapa dia tak menjawabnya?” Sunggyu bergumam sendiri.

Pemuda berambut merah itu sudah berkali-kali mencoba menghubungi Woohyun namun pemuda itu sama sekali tak mengangkat panggilannya. Hal itu membuat Sunggyu cemas dan memilih untuk pulang lebih awal.

“Ini aneh, tidak mungkin dia belum pulang”

Sunggyu menambah kecepatan mobilnya, dia ingin segera sampai sekarang. Entah kenapa perasaannya menjadi tak enak.

Sesampainya di rumah, Sunggyu memarkir mobilnya di garasi dan berlari menuju pintu rumahnya. Dia semakin cemas ketika pintu itu tak terkunci dan terbuka lebar. Dengan jantung yang berdetak cepat, Sunggyu melangkah masuk dan menemukan sosok pria berambut blonde berdiri sambil memegang palu.

“Junhyung…?”

Pemuda itu menoleh, wajahnya terlihat pucat. “Oh… Sunggyu”

Sunggyu berjalan mendekati Junhyung dan melihat seseorang tergeletak di lantai. Dia berlari menghampiri sosok itu. Lidahnya kelu, matanya memanas sebelum pandangannya menjadi kabur.

Disana, Woohyun dalam bentuk bonekanya, terbaring di lantai dengan separuh wajah dan tangan kanannya hancur tak berbentuk. Sunggyu terduduk lemas di samping tubuh Woohyun, tangannya memukul-mukul dadanya yang terasa sesak.

“Woohyun…” Sunggyu mengangkat tubuh Woohyun perlahan, tak ingin merusaknya lebih parah lagi, sebelum memeluknya. Isakan tangisnya semakin keras ketika Woohyun tak menjawabnya.

 

Waktu itu, seharusnya aku pulang bersama Woohyun. Aku tak begitu banyak berpikir ketika aku mengenalkan Woohyun pada teman-temanku. Tapi itu adalah hal yang membuatku menyesal seumur hidupku.

 

“=_=”

Woohyun perlahan membuka matanya yang masih terasa berat sebelum mengedarkan pandangannya pada ruangan tempat ia berada.

‘Apa yang terjadi?’ Woohyun membawa tangannya untuk menyentuh wajahnya. ‘Aku tak ingat apa-apa lagi setelah Junhyung menyerangku..’

Pemuda itu berdiri dan menyadari dirinya kembali dalam wujud boneka. “Tempat apa ini? Ini bukan rumah Sunggyu..” ucapnya saat menyadari ruangan itu terlihat asing baginya.

Woohyun lalu mencoba berubah bentuk menjadi manusia dan berhasil. ‘Aku yang dapat bergerak dan berubah wujud.. ini berarti aku memiliki pemilik baru’ Woohyun tersenyum getir.

“Tentu saja, Sunggyu pasti membuangku karena aku sudah rusak. Karena aku cukup tak berhati-hati, aku diserang dan hancur berkeping-keping sebelum akhirnya dibuang”

Dia berjalan menuju pintu dan menghabiskan waktu cukup lama berdiri disana, memikirkan apakah ia harus pergi keluar atau tetap berada disana. Woohyun menarik napasnya dalam saat ia menyentuh kenop pintu sebelum memutarnya.

“Apakah pemilikku yang baru akan membenciku juga?”

Woohyun membuka pintu itu perlahan, takut pintu itu akan menimbulkan suara. Saat di luar, Woohyun disambut dengan aroma sedap makanan yang menuntunnya menuju ke sebuah ruangan yang menurutnya sebuah dapur.

Disana Woohyun melihat seorang pemuda bertubuh jangkung sedang memasak sesuatu. Pemuda itu terlihat tak menyadari keberadaan Wooyun dan mencoba masakannya. Pemuda jangkung tadi mengangguk puas dengan masakannya sebelum membalikkan badannya.

Pemuda itu terkejut saat melihat Woohyun yang berdiri tak jauh darinya. Woohyun pun sama terkejutnya, dia tak tahu harus melakukan apa dan hanya diam di sana menunggu reaksi pemuda di depannya itu. Woohyun hanya berharap pemuda jangkung itu tak melempar sendok sup yang dipegangnya ke arah dirinya.

Namun pemuda jangkung tadi meletakkan sendok sup itu dan tersenyum, suatu reaksi yang sangat berbeda dari apa yang Woohyun pikirkan. “Kau sudah bangun rupanya,” ucapnya dan membuat Woohyun bingung. “Ikuti aku, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu”

Pemuda itu menyuruh Woohyun untuk mengikutinya. Mereka berjalan menuju ruangan lainnya dan terlihat dua orang pria sedang duduk dan berbincang.

‘Ayolah, Woohyun. Kau sudah terbiasa dengan hal ini’

“Hyung”

Kedua pria tadi menoleh dan tampak terkejut saat melihat Woohyun. Salah satu pria itu segera berdiri dan menghampiri Woohyun dengan tatapan tak percaya.

“Sunggyu? Apakah itu kau?”

Pria tadi mengangguk, membuat Woohyun harus memperhatikan penampilan pria itu mulai kepala hingga kaki. Sunggyu yang berada di depannya sekarang terlihat berbeda dengan Sunggyu yang ia kenal. Pria di depannya itu memiliki rambut berwarna hitam pekat seperti dirinya, dengan wajah tirus dan putih pucat serta memakai kacamata.

“Apa yang terjadi? Kau terlihat berbeda dari Sunggyu yang aku ingat,” tangan Woohyun bergerak untuk menangkup wajah Sunggyu.

Sunggyu terkekeh pelan. “Tentu saja aku terlihat berbeda,” jawab Sunggyu ”Setiap kali aku mencoba untuk memperbaikimu tapi cukup sulit untuk mengembalikan keadaanmu seperti semula dan hal itu membuatku selalu belajar dari kesalahanku. Tapi begitu aku sudah selesai, ternyata sudah hampir 4 tahun lamanya”

Pemuda itu terkejut. “Kenapa kau harus menghabiskan waktumu hanya untuk memperbaiki boneka sepertiku? Jika saja kau-”

Sunggyu segera memotong ucapan Woohyun dengan menautkan bibir mereka. “Tak perduli berapa banyak waktuku yang terbuang, aku rela melakukannya hanya untuk dapat bertemu denganmu lagi. Sekarang diamlah dan cium aku.” Woohyun dengan senang mengabulkan permintaan Sunggyu dan menautkan bibir mereka kembali.

“Kalian tak lupa dengan kami, kan?” suara seseorang segera membuat kedua pemuda itu berpisah.

Sunggyu menatap kesal ke arah dua orang pemuda yang memiliki perbedaan tinggi yang berada satu ruangan dengan mereka. “Lee Sungyeol, jaga kekasihmu itu!” omel Sunggyu pada pria jangkung yang ditemui Woohyun tadi.

Woohyun tertawa saat mendengar ucapan Sunggyu. ‘Setidaknya sifatnya tidak berubah,’

 

Once upon a time, there was a doll that only needed his master’s love to develop a soul. But because he was so unique, he was feared by the people around him, and became very lonely. Then one day, he met someone who would accept all of him for who he was, a master who gave him many new experiences and emotions.

After many trials, the two discovered their mutual love for one another, and swore to remain together forever. Many long years later, the master’s life was finally nearing its end… and even then, the doll remained at his master’s side.

…And when his master finally passed away, the doll never moved again.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
keyhobbs
#1
Chapter 2: uwwah nge bayangin namoo yang jadi boneka pasti dia lucu banget deh^^ well i like this story:)
strawberryshades
#2
hmm.. ceritany kaya manga lovers doll y..
mowmow33 #3
AKH ceritanya rame banget suka 100x!! Memang cinta WooGyu itu tidak bisa dipisahkan<3 love for WpoGyu tercintaa!^^
garichan #4
Chapter 1: hmm ini bagus, gak dilanjut thor?
garichan #5
Chapter 1: hmm ini bagus, gak dilanjut thor?
INSPIRIT-KYUramel
#6
Chapter 1: wow keren!! lanjut cepat ya thor.. penasaran nih, badai apa yang menerpa kehidupan woogyu #ceileh
phicha #7
Chapter 1: Aah~ Namoo jadi boneka??? Apa WooGyu bisa bersatu!!! Pensaran ama next storynya!!! Badai apa yg bakal terjadi!!! Iiih, author!! Palli next chaptee yah???