Part 1

A Broken Doll

Di sebuah ruangan tampak seorang pemuda tengah sibuk memahat sebuah balok kayu berukuran sedang. Pemuda itu terlihat begitu serius dengan apa yang sedang dilakukannya, membuatnya tak menyadari kehadiran seseorang yang sejak tadi hanya diam mengamati pemuda itu.

Kim Sunggyu, nama dari pemuda yang sedang memahat kayu itu, adalah seorang pembuat boneka yang namanya cukup dikenal di kalangan pembuat boneka. Pemuda yang memiliki mata seperti garis itu memang menyukai boneka sejak dia masih kecil. Dirinya yang mempunyai hobi mengoleksi boneka membuat Sunggyu memilih profesi ini, a doll maker.

"Apa kau membuat sebuah boneka lagi, Gyu-hyung?"

Alat pahat yang ia pegang terjatuh ketika mendengar suara seseorang. Tangan kanannya ia letakkan di dadanya, tepat di mana jantungnya berdetak dengan sangat cepat sebelum berbalik untuk menghadap orang yang telah mengagetkannya.

"Kim Myungsoo" ucapnya sambil menatap orang yang dipanggilnya 'Myungsoo' tadi dengan tajam.

Myungsoo tak menunjukkan tanda-tanda terintimidasi akan tatapan yang ia terima, dia hanya melangkah santai mendekati Sunggyu dengan sebuah kotak besar yang ada di tangannya.

"Aku khawatir jika suatu saat nanti ada pencuri yang masuk dan kau tidak menyadarinya," ucap Myungsoo yang perhatiannya tertuju pada hasil pahatan Sunggyu yang masih belum selesai itu.

Sunggyu berdecak. "Itu tak akan terjadi. Rumahku punya sistem alarm, dan bagaimana kau bisa masuk kemari?"

"Apa karena kau terus-terusan membuat boneka menjadikanmu pikun? Kau memberiku kunci rumahmu, ingat?" jawabnya sambil menatap Sunggyu tak percaya.

Sunggyu memasang wajah bingung sebelum akhirnya dia dapat mengingatnya. Oh, that's right. Dia ingat jika pernah memberikan Myungsoo kunci cadangan rumahnya karena pemuda bermata elang itu khawatir jika Sunggyu akan lupa waktu dalam pekerjaannya dan melupakan kebutuhan utamanya, eating. 

“Lalu untuk ada apa kau kemari?” tanya Sunggyu dan berjongkok untuk mengambil alat pahatnya yang terjatuh tadi.

“Jangan terlalu kasar begitu, hyung. Aku kemari membawa sesuatu untukmu” jawab Myungsoo yang mencoba menyembunyikan senyum seringaiannya.

Sunggyu yang mendengar itu mencoba bersikap acuh, meskipun sebenarnya dia sangat penasaran. Dia meneruskan pekerjaannya memahat dan mengacuhkan keberadaan Myungsoo.

“Kau yakin tidak mau menerima apa yang ada di dalam kotak ini hyung?” goda Myungsoo ketika Sunggyu tak mau melihat ke arahnya.

Tak ada jawaban.

Pemuda bermata elang itu akhirnya mengeluarkan senyum jahilnya. “Jika kau tak ingin boneka ini, lebih baik aku membuangnya saja” ucap Myungsoo sebelum berbalik dan berusaha menjauhkan dari jangkauan Sunggyu yang mencoba merebut kotak yang ada di tangannya.

“Kau bilang ingin membuangnya, jadi serahkan saja padaku!” seru Sunggyu yang masih berusaha mengambil kotak itu dari tangan Myungsoo.

“Tenanglah hyung, aku akan memberikannya padamu tapi dengan satu syarat,”

Sunggyu menghentikan aksinya dan menatap Myungsoo dengan mata yang berbinar. Dia tetap diam sambil membiarkan Myungsoo untuk meneruskan ucapannya.

“Bersihkan dirimu, kau terlihat sangat berantakan” ucap Myungsoo yang dihadiahi dengan tatapan tajam oleh pemuda bermata sipit itu.

Dengan desahan pasrah, Sunggyu melepas kacamata dan sarung tangan yang sejak tadi ia gunakan  sebelum  melangkah menuju tangga lantai dua rumahnya. Yah, rumah pemuda bermata sipit itu memiliki dua lantai yang lantai pertamanya ia gunakan untuk tempat dia membuat bonekanya. Sunggyu lebih suka menyebutnya dengan ‘ruang kerja’.

 

BLAM

Dapat Myungsoo dengar suara pintu yang dibanting dengan keras namun dia sudah terbiasa dengan itu. Dia meletakkan kotak yang ia bawa di atas meja kerja Sunggyu sebelum melangkah menuju dapur dan mengeluarkan beberapa bahan masakan. Kali ini ia berniat untuk membuatkan makanan untuk hyung-nya itu karena Myungsoo yakin jika Sunggyu belum makan dilihat dari keadaan dapur yang masih bersih.

 

"=_="

Sunggyu berjalan menuruni tangga dengan langkah yang cukup tergesa-gesa dan mendapati Myungsoo yang duduk menunggunya di meja makan, di hadapannya tersaji beberapa macam makanan. Pemuda bermata elang itu tersenyum dan menyuruh Sunggyu untuk duduk. Sunggyu bermata sipit itu hanya mengangguk dan duduk berseberangan dengan Myungsoo.

"Katakan padaku, apa kau benar-benar membawa boneka?" tanya Sunggyu antusias.

"Tentu saja,"

"Boleh aku melihatnya?" pinta Sunggyu sambil memberikan tatapan memelasnya.

"Tidak sebelum kau menghabiskan makananmu dulu" jawab Myungsoo yang membuat Sunggyu memanyunkan bibirnya dan mulai menghabiskan makanannya layaknya seperti anak kecil yang sedang merajuk pada ibunya.

Sunggyu yang sudah tak sabar akhirnya dengan cepat menghabiskan semua makanannya dan membuat Myungsoo menghela nafasnya pelan.

'Jika berurusan dengan boneka kau jadi sangat antusias,' batinnya.

.

.

.

.

"Apa kau tak menyukainya, hyung? Kenapa kau terlihat kecewa?" tanya Myungsoo ketika dia melihat wajah Sunggyu terlihat murung saat pemuda berambut merah kecokelatan itu mengamati boneka yang ia bawa.

"Bukan begitu.. aku hanya tak habis pikir jika ada orang yang tega membuang boneka sebagus ini.." jawab Sunggyu masih dengan wajah cemberutnya.

"Mungkin pemiliknya terdahulu sudah dewasa jadi dia tak perlu lagi bermain bersama boneka" ucap Myungsoo asal.

"Kau menyinggungku?" tanya pemuda bermata sipit itu sambil semakin menyipitkan matanya.

"Tidak, aku menyinggung pemilik sebelumnya boneka itu,"

Sunggyu membuang wajahnya, tanda merajuk. Namun tak lama sebelum dia kembali tersenyum sambil menatap boneka di tangannya. "Dengan beberapa perbaikan, dia akan kembali seperti baru"

"Baguslah jika kau menyukainya. Lebih baik aku pulang sekarang, Dongwoo-hyung menyuruhku untuk menjaga tokonya, berkunjunglah kapan-kapan ke sana" ucap Myungsoo seraya bangkit dari duduknya.

"Baiklah, aku akan mengunjunginya saat waktu senggang nanti"

Sunggyu mengantar Myungsoo hingga ke depan rumah dan melambaikan tangannya saat adiknya itu melajukan mobilnya. Dia kembali masuk dan menuju ruang kerjanya bersama boneka yang baru diterimanya.

"Nah, sekarang  saatnya memperbaikimu"

 

“=_=”

Sunggyu terbangun tidurnya ketika mendengar suara berisik, seperti benda jatuh. Dia  perlahan turun dari tempat tidurnya dan mengambil tongkat baseball kesayangannya yang ia letakkan di bawah tempat tidurnya. Sunggyu lalu membuka pintu kamarnya secara hati-hati, tak ingin menimbulkan suara.

Dia melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju lantai satu rumahnya dengan memegang erat tongkat baseball di tangannya. Semakin ia melangkah turun semakin terdengar suara ribut tadi.

'Sepertinya suara itu datang dari ruang kerjaku' batin Sunggyu.

Meskipun dia terlihat berani namun sebenarnya wajah Sunggyu sudah berubah putih pucat dan kakinya yang mulai gemetaran. 'Apa ada pencuri masuk ke dalam rumahku?'

Sunggyu membuka pintu ruang kerjanya dengan perlahan dan berusaha mencari tombol lampu ruangannya.

 

CLICK

Pemuda bermata sipit itu terdiam di posisinya ketika mendapati sesosok misterius tengah berdiri beberapa meter darinya. Sosok misterius itu mengenakan pakaian yang terlalu mewah untuk ukuran seorang pencuri.

'Apa sekarang ada modus pencurian baru?'

"K-kau siapa?" tanya Sunggyu sambil mengambil langkah waspada menghampiri sosok itu.

Sedangkan sosok tadi akhirnya berbalik menghadap Sunggyu namun pemuda itu tak dapat melihat wajahnya karena topi yang dikenakannya hampir menutupi seluruh wajahnya. Namun Sunggyu yakin jika sosok di depannya itu adalah seorang pria.

"Pergilah sebelum aku menelpon polisi" ancam Sunggyu, namun sosok misterius itu malah berjalan mendekat ke arahnya.

Secara refleks tangan Sunggyu mengacungkan tongkat baseball yang dipegangnya tepat ke wajah orang itu. "Jangan mendekat! Aku bisa saja memukulmu dengan tongkat ini jika kau mendekat!"

"Kau tak akan berani melakukannya" ucap pria misterius itu dan semakin melangkah mendekat.

Sunggyu berteriak sambil mengayunkan tongkat itu dan terkejut ketika merasa dia tak mengenai apa-apa. Dia membuka kedua matanya yang ia tak tahu sejak kapan tertutup saat mencoba memukul orang asing yang menerobos masuk rumahnya.

"E-eh?" Sunggyu tercengang ketika tak melihat siapa-siapa di depannya. Wajahnya menjadi semakin pucat. "Apa tadi... hantu?" gumamnya.

Jujur saja, Sunggyu sangat takut dengan yang namanya hantu. Karena teknik bela diri yang selama ini ia pelajari hanya akan menjadi sia-sia.

"Beraninya kau mengarahkan tongkat itu padaku! Lagipula aku ini bukan hantu" muncul sebuah suara yang membuat Sunggyu bergidik.

"Si-siapa di sana?" Sunggyu mulai panik, matanya mencari-cari sumber suara itu.

"Hei, di bawah sini!" pemuda manis itu akhirnya menengok ke bawah dan mendapati boneka yang baru saja ia perbaiki berdiri di tempat pria misterius tadi berdiri.

Boneka itu berdiri dan menatap ke arahnya dengan tangan yang dilipat di dadanya. "Bagaimana kalau sampai aku hancur lagi? Apa kau mau memperbaikiku lagi, huh?"

Tongkat baseball yang Sunggyu pegang terjatuh, mata sipitnya membulat sempurna dan semakin melebar jika memungkinkan dengan mulut yang menganga lebar. "K-kau... kenapa kau bisa bicara?"

"Aku dapat hidup dan berubah menjadi manusia tergantung pada cinta yang diberikan oleh pemilikku. Semakin besar cinta yang kuterima, maka akan semakin cepat waktu yang kubutuhkan untuk berubah wujud. Sepertinya kau benar-benar mencintaiku," jelasnya dan menggumamkan kalimat terakhirnya, membuat Sunggyu meminta untuk dia mengulangi ucapannya.

Sosok boneka di depannya merubah wujudnya lagi dan ini pertama kalinya Sunggyu memiliki rasa iri pada boneka. Dengan postur tubuh yang tinggi melebihi Sunggyu, wajah yang menurut pemuda berparas manis itu sempurna dan pakaian ala abad pertengahan itu, semakin menambah kesan sempurna pada boneka ini. Siapapun yang melihat wujud manusia dari boneka ini pasti tak akan pernah berpikir bahwa dia adalah sebuah boneka yang dapat hidup dan bicara layaknya manusia.

"Mula-mula para pemilikku terdahulu sangat senang ketika mendapatkanku. Tapi ketika aku menunjukkan wujud manusiaku.. pasti mereka akan memanggilku 'monster'. Ini salah satu luka yang kudapat ketika bekas pemilikku melemparku dengan sebilah pisau," ucapnya dan mengangkat bajunya, menunjukkan sebuah luka di bagian kiri perut bawahnya dan juga terdapat bekas luka lainnya.

"Lalu setelah itu mereka mengembalikanku ke tempat dimana aku dijual. Aku tak tahu kenapa mereka takut padaku, aku hanya ingin menunjukkan diriku pada mereka" ucapnya lagi. Meskipun terdengar biasa saja, namun Sunggyu dapat merasakan kesedihan di dalam nada bicaranya.

"Apa kau juga akan melakukan hal yang sama seperti mereka?"

Sunggyu terdiam lama, membuat sosok pemuda di depannya terlihat khawatir. Namun kekhawatirannya menghilang begitu saja ketika Sunggyu menggelengkan kepalanya dan tersenyum manis.

"Aku tak akan melakukan hal sekejam itu," jawabnya.

"Kalau begitu..." pemuda tadi menggantungkan ucapannya dan merubah wujudnya menjadi boneka sebelum mengulurkan tangannya ke arah Sunggyu. "Peluk aku"

Sunggyu dengan ragu-ragu berjongkok dan menarik boneka itu ke dalam pelukannya. Pemuda berambut merah kecokelatan itu membiarkan saja ketika boneka barunya itu memegang erat baju yang dipakainya, seakan tak mau melepasnya.

"Satu hal lagi, bertahu aku namamu. Aku tak pernah tahu nama para pemilikku karena aku kembali menjadi boneka sebelum sempat menanyakan nama mereka"

Sunggyu tersenyum kecil. "Sunggyu. Namaku Kim Sunggyu"

Boneka tadi tersenyum lebar. "Kim Sunggyu. Kim Sunggyu" dia mengucapkannya berkali-kali seperti sebuah mantra. Sunggyu agak terganggu namun dia membiarkannya ketika melihat senyum yang terkembang di wajah boneka hidupnya itu. Sunggyu tak ingin merusak suasana hatinya.

'This will be interesting'

 

"=_="

Keesokan harinya, Sunggyu beberapa kali mendengus kesal sambil mencoba menyingkirkan sosok pemuda bertubuh tegap di depannya. "Menyingkirlah, aku sedang menonton tv sekarang,"

"Berikan aku nama”

Pemuda berapars manis itu menghela nafasnya. 'Dasar keras kepala'

"Namu" ucap Sunggyu tanpa pikir panjang sambil menatap sosok permuda tampan yang duduk di depannya.

"Huh?"

"Kuputuskan untuk memberimu nama Namu"

"Namu. Namu. Namaku Namu" dia tersenyum sambil mengucapkan nama pemberian Sunggyu berulang kali namun setelah beberapa menit senyumnya langsung pudar dan menatap Sunggyu kesal. "Tapi bukankah artinya itu pohon? Apa kau menyamakanku dengan pohon, huh?!"

Sunggyu mengangkat pundaknya sambil memasang wajah tak bersalahnya. "Memang seperti itu kenyataannya, kau tinggi seperti pohon"

"Tak bisakah kau memberiku nama yang lebih keren? Setidaknya nama yang bagus untuk nama pertamaku,"  gumamnya dan membuat Sunggyu merasa bersalah.

'Nama pertama, huh?'

Sunggyu terdiam lama begitu juga dengan pemuda di depannya, hanya suara tv yang menyala mengisi keheningan di antara keduanya. Namun Sunggyu mendapatkan sebuah ide ketika mendengar lagu dari boyband kesukaannya, Infinite dan menemukan sebuah nama yang cocok untuk boneka barunya.

"Nam Woohyun"

"Eh?"

"Namamu Nam Woohyun dan kali ini kau tak boleh protes lagi." Sunggyu berucap dan sambil terus memperhatikan reaksi yang diperlihatkan pemuda di depannya. "Kau menyukainya, Woohyun?"

Woohyun menundukkan wajahnya sambil mengepalkan kedua tangannya. Dapat Sunggyu lihat pundak Woohyun tampak bergetar dan segera menghampirinya.

"H-hei... kau menangis? Apa kau tak suka dengan nama itu? Jika kau tak menyukainya, aku akan mencari nama lain untukmu" ucap Sunggyu yang tak tahu harus melakukan apa.

Namun detik berikutnya Sunggyu malah berada di pelukan Woohyun. "Bukan begitu! Aku menyukainya, aku sangat menyukai nama itu. Thank you"

Sunggyu tersenyum. Tangannya tergerak untuk mengusap lembut punggung Woohyun. "Kau tak perlu berterima kasih padaku"

Namaku Kim Sunggyu, yang berprofesi sebagai pembuat boneka. Banyak yang bilang jika profesi ini hanya bisa dilakukan oleh wanita, tapi aku berusaha untuk membuktikan bahwa perkataan mereka salah besar. Dan disinilah aku sekarang, membuat boneka dengan tujuan untuk membuat anak-anak senang dengan hasil karyaku.

Biasanya aku membuatnya sendiri, namun sekarang ada seseorang yang membantuku melakukannya. Dia Nam Woohyun, yah, nama yang kuberikan pada sebuah boneka ajaib yang dapat berubah wujud menjadi manusia. Awalnya aku agak takut dengannya, tapi setelah mengenalnya lebih jauh, rasa takut itu berubah menjadi iba. Entah apa yang dipikirkan pemiliknya terdahulu hingga menyakitinya sebelum membuangnya. 

Sudah hampir 2 tahun kami hidup bersama. Keseharian kami dihabiskan dengan membuat boneka, berjalan-jalan ke taman di dekat rumah ataupun membuka kursus untuk yang ingin belajar tentang cara pembuatan boneka. Aku berpikir jika hidupku sudah sempurna setelah Woohyun muncul, tak ada yang dapat mengganggu kami. Namun ternyata aku salah. Sebuah badai besar yang mengganggu kebersamaan kami datang tanpa aku dapat menghentikannya. Itu datang sebelum aku dapat menyadarinya.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
keyhobbs
#1
Chapter 2: uwwah nge bayangin namoo yang jadi boneka pasti dia lucu banget deh^^ well i like this story:)
strawberryshades
#2
hmm.. ceritany kaya manga lovers doll y..
mowmow33 #3
AKH ceritanya rame banget suka 100x!! Memang cinta WooGyu itu tidak bisa dipisahkan<3 love for WpoGyu tercintaa!^^
garichan #4
Chapter 1: hmm ini bagus, gak dilanjut thor?
garichan #5
Chapter 1: hmm ini bagus, gak dilanjut thor?
INSPIRIT-KYUramel
#6
Chapter 1: wow keren!! lanjut cepat ya thor.. penasaran nih, badai apa yang menerpa kehidupan woogyu #ceileh
phicha #7
Chapter 1: Aah~ Namoo jadi boneka??? Apa WooGyu bisa bersatu!!! Pensaran ama next storynya!!! Badai apa yg bakal terjadi!!! Iiih, author!! Palli next chaptee yah???