Second Love

My Love, My Life, My Everything

Maaf klo ada banyak typo bertebaran di sana dan sini

 

-----------------------------------------------

 

                Wooyoung berjalan tertatih menghampiri Nichkhun yang tengah sibuk memasak untuknya. Perasaan bersalah menghinggapi benaknya melihat punggung namja yang begitu dicintainya itu. Sejenak Wooyoung berhenti. Berdiri mematung di tempat dimana kakinya menapak.

                ‘ Benarkah yang aku lakukan ini? ‘ bisiknya pada dirinya sendiri.

                Jelas tidak akan mudah bagi Wooyoung menjalani masa depannya kelak. Wooyoung tau betul itu. Wooyoung tau bahwa akan lebih banyak air mata lagi yang harus diteteskannya di kehidupannya yang akan datang.

                Mengetahui dirinya bisa mengandung pun sudah cukup membuat Wooyoung sangat pusing. Apalagi jika memikirkan apa yang akan menimpanya nanti jika Wooyoung tetap bersikukuh dengan pendiriannya, untuk tetap teguh tidak meminta pertanggung jawaban Nichkhun sedikit pun.

                Sanggupkah Wooyoung melawan semua penderitaan yang entah sampai berapa tahun ke depan akan terus menghantuinya? Membesarkan seorang anak tanpa pendamping, jelas tidak akan mudah. Sosok ayahnya yang single parents, membuat Wooyoung tau betul akan hal itu. Bagaimana sang ayah harus bangun pagi-pagi buta untuk membuatkan sarapan dan bekal untuk Wooyoung dan Jung Hwa, sebelum dirinya sendiri pergi berangkat bekerja. Bagaimana sang ayah harus mencuci, menyapu, mengepel dan menyetrika, langsung setelah pulang dari tempat kerjanya, tanpa sempat beristirahat sedetikpun. Juga bagaimana sang ayah harus mati-matian menahan kantuk saat harus menemani Wooyoung dan Jung Hwa belajar atau mengerjakan PR untuk esok hari.

                Tapi, apa yang dikatakan Wooyoung pada Taecyeon, juga bukanlah hal bohong. Wooyoung begitu menyayangi Nichkhun. Bagi Wooyoung, sosok Nichkhun bukan hanya sekedar orang yang dicintainya. Bagi Wooyoung Nichkhun adalah cintanya, hidupnya dan segalanya.

                Sehingga begitu tidak teganya Wooyoung, jika harus membiarkan Nichkhun menghabiskan waktunya yang berharga dengan hidup bersamanya. Apalagi, Wooyoung yakin, meski Nichkhun telah menghamilinya, tapi tidak ada sedikitpun cinta dari Nichkhun untuk Wooyoung. Cintanya bertepuk sebelah tangan.

                Sejak tau dirinya tengah mengandung, Wooyoung tidak pernah sedikitpun menyalahkan Nichkhun. Karena Wooyoung tau betul, karena dirinya sendirilah yang memancing kemarahan Nichkhun. Wooyoung tau betul bagaimana tertekannya Nichkhun dengan sikap Wooyoung selama ini. Tapi bukan tidak ingin berubah menjadi kembali normal. Hanya saja terlalu sulit untuk Wooyoung.

                Penyesalan mendalam setelah pernyataan cinta bodohnya pada Nichkhun, membuat Wooyoung benar-benar malu berhadapan dengan Nichkhun. Hubungan mereka yang dulu sangat eratpun kini menjadi rusak karena  tingkah polahnya sendiri. Wooyoung benar-benar kehilangan muka di hadapan Nichkhun.

                Mestinya, bisa menjadi teman dari seorang Nchkhun Buck Horvejkul saja, Wooyoung sudah sangat bersyukur.  Tapi memang, bermimpi pun Wooyoung tidak pernah, kalau semua akan berakhir dengan seperti ini. Wooyoung tidak menyangka, Nichkhun akan semarah itu kepadanya dan Wooyoung tidak menyangka Nichkhun akan melampiaskan amarahnya pada Wooyoung dengan cara memperkosa Wooyoung. Dan yang lebih kacau lagi adalah, Wooyoung tidak pernah menyangka jika dirinya yang dari kecil adalah seorang namja, bisa mengandung.

                Yah… Mungkin ini adalah ganjaran yang harus diterimanya karena telah begitu lancang berharap mendapat lebih dari seorang Nichkhun.

                “ Kau sudah bangun? “ sapa Nichkhun begitu menngkap sosok Wooyoung yang tengah mematung dibalik punggungnya.

                “ E-eh… Iya. “ Wooyoung yang baru tersadar dari lamunannya langsung menjawab Nichkhun dengan tergagap.

                “ Apa yang kau lamunkan sepagi ini? “ Nichkhun mencoba membuka obrolan paginya dengan Wooyoung.

                Konsentrasi Woyoung sempat kembali hilang saat matanya beredar ke sisi jendela besar di dekat ruang tamu. Benar… Sudah pagi.

                “ Obat tidur yang Taecyeon berikan padamu, nampaknya bereaksi dengan sangat baik. Kau tidur dari kemarin. Dari sekitar jam 3sore tanpa bangun sedikitpun. Aku sampai khawatir dibuatnya. Bahkan berkali-kali aku menelphone Taecyeon hanya untuk mengabarkan kalau kau belum juga bangun dari tidurmu. “ ujar Nichkhun yang nampaknya mengerti bahwa Wooyoung tengah kebingungan melihat cahaya matahari pagi yang begitu terang.

                “ Benarkah? Selama itukah aku tidur? “ Wooyoung membulatkan matanya, tidak percaya.

                “ Kau benar-benar tidak ingat rupanya…. “ sahut Nichkhun yang masih sibuk berkutat dengan perkakas dapurnya.

                “ Iya, hyung. Aku bahkan lupa kapan aku tertidur. Hal terakhir yang aku ingat adalah ketika Taecyeon hyung berpamitan pulang kepadaku. “ ujar Wooyoung seraya kembali melangkah untuk mendekati Nichkhun. “ Adakah yang bisa aq bantu? “ tanyanya ketika sudah berhasil mencapai ruang kosong tepat di samping Nichkhun.

                “ Oh… “ Nichkhun sedikit kaget menyadari Wooyoung tiba-tiba sudah berada di dekatnya. Mata Nichkhun nampak terlalu fokus kepada seonggok daging sapi segar yang berbaring manis di atas alas potong. Siap menunggu pisau yang sedang Nichkhun pegang, membelahnya menjadi banyak bagian. “ Tidak perlu, Woo. Istirahatlah saja. Aku bisa mengerjakannya sendiri. “

                “ Ayolah, hyung. Aku sudah terlalu banyak beristirahat kemarin. Badanku sekarang sudah sangat baikkan. Aku bisa gila kalau kau suruh aku eristirahat lagi. Aku juga ingin beraktivitas, hyung. “ rengek Wooyoung tanpa sadar kepada Nichkhun.

                Nichkhun jelas terperangah. Sangat sulit baginya menutup kembali mulutnya yang terlanjur mengaga lebar. Bagaimana tidak? Ini pertama kalinya Nichkhun mendengar Wooyoung merengek manja lagi padanya setelah hampir setahun Wooyoung bersikap begitu dingin kepada Nichkhun.

                “ Hyung… “ panggil Wooyoung heran melihat ekspresi Nichkhun yang sangat jauh dari kata keren.

                “ Y-ya? “ akhirnya pikiran Nichkhun yang sempat melayang entah kemana, bisa kembali lagi memenuhi kepalanya.

                “ Ada yang salah denganku? Kenapa kau memasang tampang seperti itu? “ tanya Wooyoung dengan wajah bingungnya.

                “ Eh.. t-tdak. “ dengan kecepatan penuh, Nichkhun segera mengalihkan pandangannya dari wajah Wooyoung ke arah darang sapi yang terkulai lemah di hadapannya.

                “ Jadi aku bisa bantu apa? “ tanya Wooyoung lagi, yang nampaknya sudah tidak tertarik lagi dengan keanehan Nichkhun.

                “ Kau yakin mau membantu? “ meski pertanyaan Nichkhun ini seolah membuang-buang nafasnya, tapi entah kenapa Nichkhun ingin melontarkan itu kepada Wooyoung untuk sekedar memastikan keyakinan Wooyoung.

                Anggukan pasti menjadi jawaban Wooyoung untuk Nichkhun.

                “ Baiklah. Bantu aku memotong daging sapi ini. “ ujar Nichkhun sambil menyerahkan pisau yang ada di genggamannya kepada Wooyoung.

                Wooyoung pun menerimanya dengan senang hati dan segera memposisikan dirinya di tempat awal dimana Nichkhun berdiri tadi.

                Setelah menyerahkan tugas dan kewajibannya memotong daging sapi itu kepada Wooyoung, Nichkhun bukannya segera meng-handle pekerjaan dapur lainnya, tapi justru malah langsung melesat pergi meninggalkan dapur entah kemana.

                Wooyoung sempat menoleh untuk mengecek keberadaan Nichkhun, tapi ketika sosok namja bule itu tidak ditemukan di setiap penjuru dapur, Wooyoung tampak tidak mau terlalu ambil pusing dan kembali fokus kepada kegiatannya yang semula.

                “ Duduklah. “ tiba-tiba suara Nichkhun memecah keheningan yang sempat sejenak menemani Wooyoung.

                “ Oh, hyung. Terima kasih. “ gumam Wooyoung sambil menatap wajah Nichkhun dengan senyum yang mengembang.

                Ternyata Nichkhun menghilang karena ingin mengambil kursi dari ruang makan untuk Wooyoung. Alangkah tersentuhnya Wooyoung dengan segenap perhatian yang Nichkhun berikan untuknya. Tapi seiring dengan kebahagiaannya, sebersit rasa perih juga menggelitik sebuah sudut di relung hati Wooyoung.

                ‘ Ini dilakukan Khun hyung karena dia merasa perlu bertanggung jawab atasku. Bukan karena dia mencintaiku. Jadi, Jang Wooyoung, jangan pernah sedikitpun terbesit di pikiranmu, kalau Khun hyung melakukan ini karena mencintaimu. Jangan pernah!!!! ‘ oceh Wooyoung di dalam hatinya.

                “ Hyung… “ panggil Wooyoung kepada Nichkhun yang sekarang tengah sibuk mengaduk air kaldu yang sudah mulai mendidih.

                “ Hm… “ sahut Nichkhun seadanya.

                Jelas Nichkhun tidak bisa menjawab dengan kata-kata, karena nampaknya dia tengah repot menyeruput sesendok kuah kaldu yang sangat panas, untuk memastikan kelezatan rasanya.

                “ Kenapa kau hari ini tidak masuk kerja? “

                “ Oh… Aku bangun kesiangan. Kemarin aku mengobrol dengan Taecyeon sampai lewat tengah malam. “ jawab Nichkhun seraya meletakkan sendok yang tadi dipakainya untuk mencicipi kuah kaldu di atas sebuah piring kecil. “ Terlalu asyik. “ imbuhnya sambil menggapai toples garam di rak bumbu dapur yang menempel di salah satu sudut tembok ruang dapur.

                “ Kurang asin kah? “ tanya Wooyoung sedikit penasaran dengan apa yang dilakukan Nichkhun.

                “ Sedikit. “

                “ Oh. “

                Sunyi………..

                “ Hyung…. “ panggil Wooyoung yang nampaknya berusaha membuka kegiatan ngobrol season 2 nya dengan Nichkhun.

                “ Ya? “ sahut Nichkhun lagi.

                “ Kenapa kau begitu hobby membuat masakan sendiri? Bukankah kau punya Bibi Im dan Min Jung noona? “ tanya Wooyoung sambil menyebutkan kedua juru masak yang bekerja di rumah Nichkhun.

                “ Mungkin…. Hobby? “ Nichkhun tampak serius memikirkan jawabannya atas pertanyaan Wooyoung. “ Entahlah. Aku suka saja. “

                “ Bukankah repot? “ tanya Wooyoung lagi, sering dengan terbelahnya potongan terakhir daging sapi yang ada di hadapannya. “ Aku selesai, hyung. “ lanjutnya.

                “ Sudah? “ Nichkhun melongok potongan-potongan daging sapi yang sudah berpindah sempurna ke dalam sebuah mangkuk kaca besar.

                “ Sudah. “ sahut Wooyoung. “ Apa lagi yang bisa kubantu? “ Wooyoung nampak bersemangat melakukan kegiatan memasaknya.

                Tapi nampaknya, Tuhan memang tidak mengijinkan Wooyoung terlalu banyak berkegiatan hari ini. “ Sudah tidak ada lagi, Woo. Semua sudah selesai. Tinggal memasukkan potongan daging sapi itu, dan menunggunya sampai empuk, maka kita sudah langsung bisa makan. “

                “ Yah… Padahal aku masih ingin melakukan sesuatu lagi. “ Wooyoung nampak sangat kecewa.

                Tapi kekecewaan Wooyoung harus terhenti saat seseorang menekan doorbel rumah Nichkhun. Maka percakapan mereka terhenti saat itu juga.

                “ Aku buka pintu dulu. “ ujar Nichkhun seraya beranjak menuju pintu depan rumahnya.

                “ Ah… Hyung… Hyung…!!! Biar aku yang buka. “ seru Nichkhun kepada Changmin, salah seorang pelayan di rumahnya, yang juga nampak melesat menuju pintu utama dari arah halaman belakang rumah.

                “ Oh… Baiklah, Tuan Muda. “ ujar Changmin yang kemudian kembalik berbalik ke halaman belakang untuk mengerjakan kembali tugasnya.

                Melihat itu, Wooyoung yang sedari tadi berjalan perlahan keluar dari dapur, tersenyum penuh arti.

                Tidak heran, Wooyoung bisa benar-benar jatuh hati kepada Nichkhun. Karena bukan hanya tampangnya, tapi sikap Nichkhun yang sangat baik dan sopan pun menjadi alasannya.

                Sejak mengenal Nichkhun, tidak pernah sekalipun Wooyoung mendapati Nichkhun berbuat atau berkata kasar kepada salah seorang pelayannya. Nichkhun, sejak kecil sampai sekarang terkenal sebagai tuan muda yang ramah. Dia tidak pernah membedakan status pembantu dan majikan. Dia juga tidak pernah meremehkan pelayan-pelayannya. Nichkhun memperlakukan mereka sama hormatnya dengan rekan-rekan bisnis ayahnya.

                Bahkan tidak jarang, Nichkhun bermain dengan anak-anak dari pelayan-pelayannya, jika pada suatu ketika, mereka ikut orang tua mereka untuk bekerja.

                Itulah sebabnya, kenapa seorang Jang Wooyoung, yang hanya seorang anak pelayan, bisa dengan mudahnya masuk ke dalam kehidupan Nichkhun, bahkan menyandang status sebagai teman dekat dan sahabat Nichkhun.

                Selain itu, meski memiliki puluhan pelayan di rumahnya, Nichkhun juga tidak lantas menggantungkan seluruh hidupnya kepada pelayan-pelayannya. Tidak jarang Nichkhun membersihkan sendiri kamar tidurnya, memasak sendiri seperti hari ini, atau bahkan mencuci sendiri mobil dan motornya.

                “ Woo… “ suara nyaring Nichkhun dari pintu depan yang memanggil namanya, jelas menyadarkan Wooyoung dari kegiatan melamunnya.

                “ Ya, hyung… “ sahut Wooyoung sama nyaringnya.

                “ Ada tamu untukmu. Kemarilah… “

                “ Untukku? Siapa? “ gumam Wooyoung pada dirinya sendiri. “ Baiklah, hyung. “ meski bingung, Wooyoung tetap bergegas menghampiri Nichkhun dan orang yang menamuinya tersebut.

 

-------------------------------------

 

                “ Woodong!! Aku merindukanmu!!! “ seru Hwang Chansung, namja y dari kompleks sebelah itu, begitu melihat sosok Wooyoung berjalan dengan wajah bingung menuju ke arah pintu.

                “ Channie? “ ujar Wooyoung terkejut, begitu menangkap sosok namja tinggi kekar yang berdiri di bagian luar pintu depan rumah Nichkhun.

                “ Woodong!!!! Aku sangat merindukanmu!!!!!!!! “ kembali pria y dari kompleks sebelah itu berseru kepada Wooyoung, bahkan untuk kali ini diiringi dengan menerobos masuk ke dalam rumah Nichkhun dengan hebohnya.

                Hwang Chansung berlari ke arah Wooyoung yang mematung seketika sagking kagetnya dengan apa yang dilakukan Chansung.

                “ Oh Woodong!! Bagaimana keadanmu dan bayi kita?? 2minggu di Amerika membuatku merindukanmu setengah mati!!! “ oceh Chansung seraya memberikan pelukan terhangatnya untuk Wooyoung.

                “ Bayi kalian? “ suara Nichkhun, si namja yang terabaikan, sontak mengusik acara lepas rindu di antara Chansung dan Wooyoung.

                Menyadari bahwa masih ada kehidupan lain di sekitar mereka, Chansung dengan rusuh melepaskan Wooyoung dari pelukannya, dan langsung menoleh ke arah sumber suara.

                Seorang namja dengan celemek menutupi bagian depan pakaian yang dikenakannya, nampak tengah menatap mereka dengan pandangan penuh tanya dan kebingungan dari dekat daun pintu. Seketika rasa bersalah dan malu melingkupi tubuh y Hwang Chansung. Seraya membungkuk canggung pada Nichkhun untuk meminta maaf, Chansung juga merutuki dirinya sendiri di dalam hati. Bagaimana bisa dia sampai melupakan eksistensi Nichkhun sebagai tuan rumah di rumah yang ditamuinya?

                “ Hyung… Maaf. Ku terlalu senang bisa bertemu lagi dengan Woodong. Maaf… Aku tidak bermaksud tidak sopan di rumahmu. Apalagi sampai mengabaikanmu. “ ujar Chansung kepada Nichkhun sambil terus menerus membungkukkan badannya.

                Nichkhun yang juga sempat terbius oleh tingkah rusuh Chansung, hanya bisa tersenyum canggung kepada Chansung, sebagai tanda kalau dia tidak mempermasalahkan apa yang dilakukan Chansung barusan.

                “ Sudah tidak apa. Aku tau kau pasti sangat rindu pada Woodong-mu. “ mendengar namanya disebut-sebut oleh Nichkhun, Wooyoung yang sedari tadi tiba-tiba mematung, langsung sadar sepenuhnya. “ Woo, ajaklah Chansung duduk. Aku akan membuatkan kalian minum. “ lanjut Nichkhun sambil beranjak ke arah dapur.

                Tapi saat hendak melewati Wooyoung, Wooyoung buru-buru mencegah Nichkhun. “ Biar aku saja yang membuatkan minum, hyung. “ ujar Wooyoung.

                “ Sudahlah. Kau temani saja Chansung. Lagipula kau tidak boleh terlalu banyak bergerak. “ dengan lembut Nichkhun berusaha menolak tawaran Wooyoung dan membujuknya untuk segera duduk di sofa ruang tamu.

 

-----------------------------------

 

                “ Bagaimana keadaanmu, Woo? “ tanya Chansung kepada Wooyoung setelah pergi meninggalkan mereka berdua.

               “ Aku tidak bisa bilang baik, Chan. Tubuhku rasanya benar-benar tidak karuan. Mencium ini mual, melihat itu pusing, banyak bergerak sakit, tapi berbaring terus juga bosan. Belum lagi rasa aneh ketika bayi di dalam perutku bergerak-gerak. Aku benar-benar stres dengan kondisi tubuhku sekarang. “ jawab Wooyoung seraya menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa tempatnya duduk.

                “ Begitukah? “ tanya Chansung dengan wajah prihatin. “ Kau memang tampak kurus dan pucat. “

                “ Setiap malam aku akan bolak-balik ke kamar kecil sampai ribuan kali. Tidurku juga benar-benar tidak bisa nyenyak. Dan ketika pagi datang, perutku tidak pernah lupa untuk minta dikosongkan. Mual gila-gilaan selalu berhasil membuatku nyaris pingsan tiap paginya. “ curhat Wooyoung lagi.

                “ Noona-ku bilang, 3 bulan pertama usia kandungan memang bagaikan sebuah neraka bagi sang ibu. Tapi jika kau berhasil melewati ini, maka selanjutnya akan terasa menyenangkan. “ hibur Chansung sambil membelai lembut rambut Wooyoung.

                Wooyoung memejamkan kedua matanya, menikmati sentuhan lembut Chansung yang terasa begitu nyaman dan menenangkan.

                Tidak dapat dipungkiri, kehadiran Chansung seperti oase kasih sayang bagi Wooyoung. Meski namja dengan tampang dan tubuh yang sangat y ini, memang tergolong orang baru dalam kehidupan Wooyoung, tapi semua itu bukanlah masalah.

 

 

                *FLASHBACK

 

                Wooyoung baru mengenal Chansung setelah dirinya pindah ke rumah Nichkhun. Itu berarti sekitar 10 atau 11 bulan yang lalu.

                Perkenalan mereka terjadi secara tidak sengaja di sebuah mini market yang terletak di sekitar kompleks tempat mereka tinggal. Saat itu Chansung tiba-tiba memeluk Wooyoung dari belakang, ketika Wooyoung tengah asyik memilih makanan ringan yang hendak dibelinya.

                Wooyoung yang saat itu kaget setengah mati, nyaris berteriak meminta pertolongan karena mengira Chansung sebagai orang yang berniat jahat kepadanya. Namun untunglah, sebelum Wooyoung sempat berteriak, Chansung segera membungkam sepasang bibir tipis Wooyoung dengan sebelah tangannya.

                Setelah Chansung memastikan Wooyoung sudah tenang dan tidak akan mengeluarkan suara apapun ketika Chansung melepaskan tangannya yang menutupi mulut Wooyoung, kembali Chansung membuat Wooyoung kaget setengah mati dengan ulahnya.

                Kali ini, namja yang berperawakan jauh lebih tinggi dan berotot dari Wooyoung tersebut tiba-tiba bersujud di bawah kaki Wooyoung sambil mengucapkan kata maaf berulang-ulang kali.

                Meski sempat bingung dan tidak mengerti, tapi pada akhirnya Wooyoung mengetahui alasan kenapa Chansung tiba-tiba memeluknya. Hal itu dikarenakan, Chansung salah mengira bahwa Wooyoung adalah sahabatnya semasa tinggal di California dulu. Menurut Chansung, dari belakang, Wooyoung sama persis dengan Jaebom. Seorang Korea yang menjadi housemate-nya saat tengah menuntut ilmu di luar negri dulu.

                Chansung memang sempat kehilangan kontak dengan Jaebom, sehingga Chansung mengira kalau Jaebom sudah pulang ke Korea dan tanpa sengaja bertemu dengannya di minimarket tersebut. Tapi siapa yang mengira, justru pertemuan yang berawal konyol itu, malah membawa Chansung dan Wooyoung jadi begitu dekat sekarang.

                Penyebabnya adalah Lee Junho.

                Setelah kejadian konyol di minimarket tersebut, Chansung mentraktir Wooyoung di sebuah café terdekat untuk sekedar minum the dan mengobrol. Dan setelah obrolan panjang yang tersebar ke berbagai topik, sampailah mereka pada topik dimana Wooyoung tinggal sebelum pindah ke rumah Nichkhun.

                Hebatnya, saat menjawab kota Ilsan, Chansung mulai menceritakan kalau dia juga dulu pernah punya teman yang berasal dari kota Ilsan. Chansung menceritakan cir-ciri orang tersebut dan sedikit bernostalgia tentang masa-masa indah mereka di bangku sekolah mengengah atas dulu. Dan terekspos-lah nama Lee Junho. Yang jelas sudah tidak asing lagi bagi Wooyoung.

                Tempat tinggal yang berdekatan sikap yang sama-sama suka bercanda dan mudah akrab, pertemuan pertama yang memalukan, juga memiliki teman yang sama, membuat hubungan mereka tidak terputus sampai di situ.

                Chansung dan Wooyoung bahkan memulai babak baru di kehidupan mereka sebagai sepasang sahabat yang sangat dekat.

                Meski Chansung lebih muda dari Wooyoung, namun tubuh Wooyoung yang jauh lebih mungil darinya, membuat Chansung sering merasa bahwa dialah hyung-nya. Dan tugas seorang hyung adalah menjaga donsaeng-nya. Yang tidak lain dan tidak bukan adalah Wooyoung.

                Banyak masalah mereka sharing kan satu sama lain. Mereka pecahkan dan cari jalan keluarnya bersama-sama. Mereka sering pergi bersama dan sesekali, Chansung juga mengajak Wooyoung untuk menginap di rumahnya.

                Bahkan, Wooyoung pun sudah sangat baik mengenal orang tua dan kakak perempuan Chansung.

                Chansung jugalah tempat Wooyoung menangis setelah kejadian malam gilanya dengan Nichkhun. Dan Chansung jugalah orang pertama yang diberi tau oleh Woooung soal masalah kandungannya.

                Bagi Wooyoung, Chansung adalah malaikat penjaganya. Chansung selalu ada bagi Wooyoung di saat Wooyoung sedang dirundung masalah . Juga di saat seperti, sekarang, dimana Wooyoung jadi begitu sensitif dan haus kasih sayang, Chansunglah jawaban atas masalahnya.

                Karena hanya ketika bersama Chansunglah, Wooyoung bisa menjadi dirinya yang sesungguhnya.

               

* END OF FLASHBACK

 

                “ Kau nampak lelah, Woo. “ gumam Chansung sambil terus membelai lembut rambut Wooyoung.

                “ Hm… “ sahut Wooyoung tanpa membuka matanya sedikitpun.

                “ Kau masih tidur di kamar Khun hyung? “ tanya Chansung lagi.

                Kali ini tidak ada sedikitpun suara yang terdengar. Hanya anggukan kecil dari Wooyoung yang menjadi jawaban bagi Chansung.

                Melihat Wooyoung nampak tidak terlalu ingin mengobrol, Chansung pun memilih untuk diam. Bagaimana pun juga, chansung tidak tega harus memaksa Wooyoung untuk mengobrol dengannya. Meski jujur di dalam hatinya, Chansung punya begitu banyak pertanyaan untuk Wooyoung.

                “ Kenapa, Chan? “ namun suara parau Wooyoung memecah keheningan yang sempat tersaji di antara mereka.

                “ Kau nampak begitu lelah, tadinya aku pikir lebih baik kita mengobrol sambil di kamarmu saja. Jadi kau bisa sambil beristirahat, Woo. Aku tidak mau kau memaksakan diri. “ jawab Chansung sambil menatap Wooyoung yang kini sudah membuka matanya dengan khawatir.

                “ Tidak apa di sini, Chan. Lagipula aku bosan terus menerus di kamar. Kepalaku akan tambah pusing kalau aku berbaring terus. “ ujar Wooyoung meyakinkan Chansung.

                “ Oh… Baiklah. “ angguk Chansung menuruti keinginan Wooyoung.  “ Woodong… “ panggil Chansung kemudian.

                “ Ya? “

                “ Aku benar-benar selalu memikirkanmu saat sedang di Amerika. Entah kenapa aku sangat menyesal telah meninggalkanmu selama 2 minggu ini. “ ujar Chansung sedikit merajuk pada Wooyoung.

                “ Oh… Manisnya… “ goda Wooyoung seraya mencubit kedua pipi Chansung.

                “ Aku serius, Woo. Aku nyaris gila karena mengkhawatirkanmu. “ Chansung makin merajuk karena Wooyoung tidak menganggap serius ucapannya.

                “ Iya… Iya… Aku tau. Berhentilah merajuk, Chan. Dengan tampang dan body seperti itu, kau tampak sangat mengerikan jika merajuk. “ canda Wooyoung.

                Seperti biasanya, bersama Chansung, seberat apapun masalah Wooyoung, akan selalu ada tawa untuk menghapus lara itu, walau hanya sejenak.

                “ Woo… “ panggil Chansung lagi. Namun kali ini dengan nada dan ekspresi yang lebih serius.

                “ Ya? “

                “ Kau sudah memberi tau Khun hyung? “ tanya Chansung yang langsung disambut oleh wajah panik Wooyoung.

                “ Ssstttt!!! Pelankan suaramu, Chan!! “ bisik Wooyoung seraya menempelkan jari telunjuknya tepat di bibir mungil merah jambunya. “ Aku akan menghajarmu kalau sampai Khun hyung mengetahui hal ini. “

                Chansung hanya menatap Wooyoung sambil tersenyum kecut.

                “ Menghajarku? Bahkan untuk berjalan saja kau kesulitan, Woo… “ meski tidak berbisik seperti Wooyoung, tapi kali ini Chansung lebih menurunkan volume suaranya. “ Kenapa kau begitu keras kepala, Woo. Aku rasa, tanpa kau memberi taunya pun dia sudah menyadari dengan sendirinya kalau anak di dalam perutmu itu adalah hasil karyanya. Dan toh sepertinya dia tidak keberatan jika memang itu anaknya. Dia juga tampaknya menjagamu dengan baik selama ini. Aku rasa dia pantas menjadi seorang ayah, Woo. “

                “ Dia tidak mencintaiku, Chan. Kau ingat? Dia melakukan itu denganku dalam keadaan mabuk. Lagipula, selama tidak ada yang memberi taukan pada Khun hyung kalau anak ini adalah anaknya, dia juga tidak akan tau. Biarkan dia dengan perkiraannya sendiri sekarang. Dan biarkan dia tetap tidak tau apa-apa seperti sekarang ini. “ bisik Wooyoung lagi.

                “ Aku rasa dia bukan hanya mengira-ngira, Woo. Aku rasa dia yakin kalau bayi ini adalah anaknya. Dia kan satu-satunya orang yang pernah tidur denganmu. “ ujar Chansung ngeyel.

                “ Dia tidak tau soal itu. Bahkan selama bertahun-tahun kita berteman, Khun hyung tidak pernah tau siapa orang yang kusukai atau siapa orang yang menjadi kekasihku. Biarkan dia mengira aku pernah tidur dengan namja lain. Biarkan juga dia mengira anak ini adalah anakku dengan orang lain. “

                “ Tapi aku yakin, serapat apapun kau menyembunyikan ini, dia pasti tetap akan tau, Woo. “

                “ Yang tau siapa ayah biologis anakku yang sesungguhnya, hanya kau seorang, Chan. Jadi kalau sampai suatu saat Khun hyung tau, aku pasti akan langsung menuduhmu. “ ancam ooyoung pada Chansung.

                “ Eitt… Mana bisa begitu!!! Bagaimana kalau ternyata kelak, wajah anak itu sangat mirip dengan Khun hyung? Bukankah dengan begitu dia pasti akan tetap mengetahui identitas ayah dari anakmu? “

                “ Aku tidak berencana melahirkan di sini. Aku akan pergi jika sudah mendekati waktu melahirkan. Aku akan membesarkan dan mengurus anak ini sendiri. Jauh dari Khun hyung. “ ucap Wooyoung lirih.

                “ Kau sinting, Woo… “ gumam Chansung tidak percaya dengan jalan pikiran Wooyoung. “ Jutaan ibu di luar sana, yang hamil karena kecelakaan, mati-matian berjuang untuk mencari pengakuan dari ayah biologis bayi di dlam kandungannya. Tapi kau? Kau malah mati-matian berusaha supaya ayah biologis bayimu tidak memberikan pengakuannya pada bayimu. “ Chansung yang menggeleng-geleng simpatk, hanya mendapat sebuah senyuman getir dari Wooyoung, sebagai tanggapan dari ucapannya.

                “ Meskipun aku gila, kau tetap harus membantuku, Chan. Apapun yang terjadi. “ ucap Wooyoung pada akhirnya sembari mengacak-acak rambut kecoklatan Chansung.

-----------------------------------

 

 

                “ Woo… “ panggil Nichkhun kepada sosok namja yang tengah berbaring di sampingnya.

                “ Ya, hyung? “ sahut Wooyoung seraya menolehkan kepalanya ke arah Nichkhun.

                “ Boleh aku bertanya sesuatu? “ tanya Nichkhun yang kemudian berusaha bangkit dari posisinya dan duduk bersandar pada sandaran tempat tidurnya.

                “ Bertanya apa? “ karena merasa tidak nyaman mengobrol dengan posisi berbaring, Wooyoung pun perlahan mulai merubah posisi tubuhnya menjadi sama seperti Nichkhun.

                “ Aku…. Aku tadi mendengar Chansung… Mengatakan…. Dia mengatakan bahwa bayi di kandunganmu itu adalah anaknya dan anakmu… Uhm… Aku… “ banyak jeda disisipkan oleh Nichkhun dalam rangkaian perkataannya. Jelas menandakan bahwa Nichkhun kebingungan memilih kosakata yang tepat untuk bertanya.

                “ Oh… Chansung memang begitu, hyung. Dia sudah menganggap bayi ini seperti anaknya sendiri. Bahkan sejak pertama aku memberitahukan kehamilanku padanya, Chansung sudah langsung heboh memilihkan nama untuk bayi ini. “

                Bibir Nichkhun maju sedikit membentuk huruf ‘o’, tanda bahwa dia mengerti apa yang diucapkan Wooyoung.

                “ Tapi… satu lagi, Woo. Ehm… Hubunganmu dengan Chansung? “

                “ Kami…. Kami teman, hyung. Hanya teman. Tidak lebih. “

                Sejenak sepi menari-nari di antara mereka.

                “ Woo… “

                “ Hm? “

                “ Kau… Bagimu, apa Chansung punya arti tersendiri? Maksudku… kau tampak sangat bahagia jika dekat denganya… “

                “ Eh? “ Wooyoung nampak bingung mencerna ucapan Nichkhun.

                “ Ketika dengannya, kau nampak begitu lepas. Tertawa begitu bebas dan begtu ceria. Chansung pun begitu. Caranya memelukmu, memandangmu, dan meperhatikanmu, semuanya… Begitu berbeda. “

                “ Berbeda apanya, hyung? Aku tidak pernah merasa ada yang berbeda? “

                “ Kau menutupi sesuatu dariku, Woo… “ melihat Wooyoung yang tidak mengerti ucapannya yang bertele-tele, Nichkhun kali ini lebih to the point.

                Seketika air muka Wooyoung berubah drastis. Kata ‘menyembunyikan sesuatu’ yang dipakai Nichkhun seolah tepat menghunus jantungnya. Dan perubahan itu, tidak lepas dari pandangan mata Nichkhun.

                “ A-apa maksudmu? “ Wooyoung benar-benar menyumpahi dirinya sendiri karena suaranya tedengar begitu tidak normal.

                Nichkhun diam. Sejenk melemparkan pandangan curiga pada Wooyoung. Mengeksplorasi setiap inchi kulit wajah Wooyoung tanpa ampun. Membuat Wooyoung membeku seketika.

                “ Chansung… Apakah dia ayah biologis bayi itu yang sesungguhnya? Bukan aku? “ interogasi Nichkhun dimulai.

                Wooyoung pun hanya mematung sambil menahan nafasnya menghadapi pertanyaan tersebut.

 

--------------------------------------

 

 

                TO BE CONTINUE…

 

 

 

Hallo ^^…!!!! Seneng bgt deh ternyata ff pertama aku sambutannya memuaskan…. Makasih bgt yah semuanya!!!! Makasih buat saran dan kritiknya. Juga buat pujian-pujiannya yg sll bikin idung aq terbang-terbang…. Makasih juga buat yg udh bersedia berlangganan dan memberikan vote-nya. Aq bnran terharu dh…

 

Tapi aq jg mo blg maaf karena blom sempet bls komen2 yg masuk… menjelang natal, di rumah q lg repot bgt. Bnyk saudara yg dtg n kdg bikin ga bs berlama-lama di depan laptop. Tp aq bersyukur bgt chapter 2 ini bs aq slesaikan dgn kilat… yah, moga aja bisa memuaskan semua yg baca.

 

Ok sekian aja dh kata penutupnya… selamat baca!!!!! ^^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
oryzae12 #1
Chapter 4: Auhh. Tidak ada lanjutannya...
suyoungie #2
Chapter 4: Please update....huhu....
Mrs_jang89yes #3
Chapter 4: Update soon authornim.. :D
Like it
ELFlisa #4
Chapter 4: best la cerita ni!!!..update soon..thanks for the story..
ReLif_53 #5
Chapter 4: Wooww.. Ceritanya dramatis banget authornim.. Aku kasian sekaligus kesel ma nickhun.. Gak peka banget ma perasaan sendiri.. Ckckck.. Kan kasian woo, dia pasti kesiksa banget.. Lanjut authornim..
mannuel_khunyoung
#6
Chapter 4: Sory thor lngsung koment di chap4 hehe

Ceritanya kereena kyak drama gitu

tpi sedikit kecewa,atau bahkan sangaaaaaat,setelah tau ternyata chansung sama junho,aku pikir chan bakalan ma wooyoung :'( dan nanti bakalan rebutan saama nichkhun

thor buat masalahnya semakin rumit?mungkin buat pertengkaran antara chan ma junho krena trnyata diam2 chan ska sma wo setelah anak itu lahir hihihihi :D

fighting thor?jgn lpa klo setuju dgn ide akuuu kasih tau aku thor wkwk
teru_neko
#7
Chapter 4: susul Woo! susul Woo!!
kasian Woo..walaupun Chan udah bersikap kayak daddy-nya si bayi..tetepa aja cintanya kan buat Junho T^T
sebenarnya sedikit berharap ada taeckay jg di sini..tp ya karena mereka bersaudara, kan g mungkin lovey dovey..jd ya cukup pembawa komedi aja hahaha
thanks for the fast update ^^
jangwooyoung0730
#8
Chapter 4: update soon :-)

thanks authornim :-)
antares_alph
#9
Chapter 4: Wee, update-nya ekspress banget nih, keren~~ XD
Aaaa Kinara, mau tanya dong. Dari kemarin aku penasaran banget, Chansung kerjanya apa e?
Aku terus bertanya-tanya.. hehe
Akhirnya Khun menyadari perasaannya juga. Semoga segera ada tindakan ya, dan Woo juga semoga nggak terus2an egois, kabur terus dari Khun dengan alasan pengen Khun bahagia (padahal cuma takut buat tahu perasaan Khun aja kan? XP) Hahaha..
Semangat! Kalau kamu takut typo, kamu bisa minta tolong temenmu buat jadi proof-reader, jadi soal typo ama kata-kata yanga neh bisa dibenerin juga~ C: