Chapter Three

Do You Remember?
✻ chapter three
i wanna love you but i don't know how...
 

 

 

 

 

Butuh waktu lama bagi Yifan untuk menemukan apa yang menarik dari seorang Kim Jongin. Ia melakukan analisis sekilas pada pemuda itu; remaja dengan kulit tan, rambut gelap berantakan, seragam yang tidak dimasukkan dengan rapi, wajah datar yang memberikan kesan nyolot—dan ada sesuatu entah apa di dirinya yang membuat Yifan ingin sekali menonjoknya tepat di wajah.

Yep, lupakan saja, ia sama sekali tidak menganggap Kim Jongin menarik. Dan menjadi pertanyaan besar baginya kenapa Kyungsoo bisa sampai tertarik. Coret, bukan sekadar tertarik, tapi jatuh cinta setengah mati. Cih, menggelikan sekali.

Pandangannya bergeser ke pemuda di sebelah Jongin. Lu Han, kalau tidak salah ingat. Dari penuturan Kyungsoo, pacar baru mantan pacarnya ini memiliki wajah lebih cantik dari Miss Korea, dan Yifan tidak bisa lebih setuju lagi dari pernyataan itu. Manis, memang, tapi tidak ada apa-apanya dibanding Kyungsoo.

Kyungsoo, menyebut nama itu membuatnya teringat kenapa ia bisa sampai pada situasi ini. Wu Yifan tidak tahu apa yang sebenarnya ia lakukan bersama remaja-remaja yang masih SMA di saat masa-masa sekolahnya sudah lewat bertahun-tahun lalu. Jika mengingat lagi umurnya tahun ini sudah seperempat abad hanya bisa membuat dirinya ingin tepok jidat. Ia tidak akan berada di sini kalau bukan karena Kyungsoo yang memintanya.

He’s too old for some high school drama.

“Dia siapa, Kyungsoo?” Jongin bertanya dengan wajah penasaran, dan jika diperhatikan, ada kerutan di keningnya ketika melihat kemunculan pemuda Cina itu. Oh, baguslah, rasa tidak suka yang kental sekali ditunjukkan Yifan juga ditangkap oleh Jongin.

“Wu Yifan.” Ia menjawab cepat mendahului Kyungsoo yang baru mau membuka mulut. Pandangan matanya lurus menatap Jongin, ia sudah siap mengatakan beberapa kalimat sarkastis atau sindiran untuk Jongin yang sudah dari kemarin ia persiapkan.

‘Oh, kau ternyata si mantan pacar tidak tahu diri itu’ atau ‘Wah, Kyungsoo, baguslah kau putus dari cowok jelek seperti ini’. Dan, percayalah, kalimat tajam menusuk lainnya masih banyak.

Tapi Luhan tiba-tiba bersuara, memotong apa pun yang ingin Yifan katakan. “Kau Wu Yifan?! Wu Yifan yang itu?!”

One and only.”

“Ya Tuhan, aku tidak percaya bisa bertemu dengan desainer Wolf! Aku suka sekali desainmu di Seoul Fashion Week kemarin!”

Wow, Yifan baru saja menemukan nilai plus lain dari pacarnya Jongin selain wajahnya yang manis. Taste-nya ternyata bagus. “Oh, terima kasih, Lu Han.” Ia memberikan senyuman terbaiknya seperti yang selalu ia lakukan tiap bertemu penggemar desainnya.

Luhan tercekat, ia memegang lengan Jongin kuat-kuat seakan sebagai pelampiasan perasaan excited-nya. Si objek pelampiasan keningnya makin berkerut, bukan berarti Yifan peduli. “Kau tahu namaku?!”

“Err...” Cinta sejati dalam hidupku sibuk memaki namamu dan pacarmu dari kemarin, wajar saja aku tahu. “Ya, Kyungsoo bercerita—ehem—agak banyak.”

Luhan otomatis memandang Kyungsoo penuh rasa berterima kasih, ia lalu melepas pegangannya pada Jongin dan mengeluarkan ponselnya dari saku. “Ini momen pentingku di Korea setelah bertemu Park Jisung! Kita harus berfoto, Yifan xiansheng!”

Just Yifan, please...”

Selagi keduanya sibuk berfoto dan mengubah dialog mereka menjadi bahasa Cina, Kyungsoo dan Jongin hanya bisa saling berpandangan dengan perasaan aneh yang sama pada reaksi Luhan yang tidak disangka-sangka. Luhan sebelumnya terlihat malu-malu dan bahkan sedikit bersembunyi di balik punggung Jongin ketika tadi berbicara dengan Kyungsoo, tapi sekarang ia memandang Yifan dengan ekspresi berbinar tanpa rasa gugup sama sekali.

Kyungsoo agak mendekat ke arah Jongin, berbisik pelan sembari memperhatikan Luhan dan Yifan yang masih sibuk mengambil selca. “Aku baru tahu pacar barumu penggemar brand Wolf.”

Jongin membalas dengan wajah cemberut, jelas-jelas terlihat cemburu dengan kedekatan tiba-tiba Yifan dan Luhan. “Aku baru tahu pacar barumu desainer Wolf.”

Kyungsoo memberi pandangan syok pada pernyataan barusan. “Dia bukan pacarku!”

“Bukan?” Jongin kali ini untuk pertama kalinya melepas fokusnya dari Luhan dan beralih ke Kyungsoo. “Lalu dia siapamu?”

Kyungsoo belum sempat menjawab pertanyaan itu, Yifan—yang kelihatannya sudah selesai dengan fan meet dadakan barusan—tiba-tiba saja sudah meraih tangannya. “Baiklah, Lu Han, kami pergi dulu.” Ia memberikan senyuman karismatiknya—pada Luhan, bukan pada Jongin—sambil melambaikan tangan dan menggenggam tangan Kyungsoo erat.

Luhan balas melambai. “Sampai jumpa, Kyungsoo, Yifan ge!”

Jongin terlihat makin gondok dari tadi diabaikan, dan itu nilai plus yang lain bagi Yifan untuk Luhan.

Ia berjalan sambil menggandeng Kyungsoo yang masih agak linglung dengan suasana hati jauh lebih baik dari sebelumnya.

 

***

 

Kyungsoo sibuk melamun dan tidak secerewet biasanya sepanjang perjalanan di mobil. Yifan memutuskan untuk membawa mereka ke kantornya karena Kyungsoo terlalu blank untuk ditanya mau pergi ke mana. Ia blank karena kepalanya sibuk berpikir, memikirkan kembali pertanyaan Jongin. Pertanyaan paling umum dari orang-orang jika melihatnya dan Yifan bersama. Pertanyaan yang dari dulu paling sulit untuk dijawab.

Yifan itu siapamu, Kyungsoo?

Ia sudah mengenal Yifan nyaris seumur hidupnya. Tidak ada yang Yifan tidak tahu tentang dirinya, karena Kyungsoo selalu membagi semua keluh kesahnya pada pemuda itu. Tanpa ada rahasia sama sekali. Yifan bisa dibilang sebagai orang yang paling mengenalnya, orang yang selalu ada tiap kali dibutuhkan, orang yang menjadi tempatnya untuk bersandar jika sudah tidak mempunyai pegangan, orang yang selalu mengisi toples biskuit di kantornya tiap hari untuk Kyungsoo habiskan.

Bagaimana cara merangkum semua itu menjadi satu jawaban?

Dia hyung-ku, adalah jawaban standar yang sejak kecil selalu ia berikan. Karena Yifan terasa seperti itu, seperti sosok kakak laki-laki ideal yang semua orang ingin miliki—protektif, tapi selalu bisa memanjakannya. Ia sudah punya Seungsoo, tapi Yifan akan selalu menjadi favoritnya dari dulu sampai sekarang.

Makanya ia heran dengan tuduhan awal Jongin yang mengatakan bahwa Yifan adalah pacar barunya. Bagaimana bisa Jongin sampai pada kesimpulan itu? Well, Baekhyun dan Jongdae memang pernah iseng berkata ia dan Yifan akan menjadi pasangan yang cocok. Tapi yang benar saja...

Kyungsoo melirik diam-diam pemuda yang sedang menyetir di sebelahnya. Yifan terlihat tenang dan tidak banyak bicara dari tadi, mungkin karena semua percakapan yang coba ia mulai tidak ditanggapi oleh Kyungsoo yang sibuk melamun.

“Yifan hyung.”

“Hm?”

Kyungsoo membuka mulut, tapi lalu menutupnya lagi. Ia tidak yakin apa yang ingin ia tanyakan.

Yifan menoleh ke arahnya ketika menyadari ada yang aneh, ia kembali bertanya. “What is it, sweety? Something bothering you?”

Kyungsoo menggelengkan kepala sambil tetap memandang Yifan. “Terima kasih sudah mau menemaniku bolos sekolah.”

Pemuda yang lebih tua 8 tahun itu hanya terkekeh. “Don’t mention it, Soo. Asal jangan jadi kebiasaan, ibumu bisa melabrakku jika tahu hal ini.”

Kyungsoo ikut tertawa kecil. Ia menyukai perasaan ini, perasaan nyaman dan aman yang selalu ia rasakan saat bersama Yifan. Ia biasanya bukan tipe yang bergantung pada orang lain, Kyungsoo selama ini selalu independen dan tidak mau menyusahkan siapa pun. Tapi hanya saat bersama Yifan ia seakan bisa bersantai sejenak dan melepas semua bebannya, karena ia tahu ada Yifan yang akan membuat segalanya baik-baik saja.

“Dan terima kasih sudah menjadi hyung-ku selama ini. Kau yang terbaik, hyung!”

Tawa Yifan langsung lenyap.

Kyungsoo tidak menyadarinya.

 

***

 

Jongin adalah tipe pemuda yang tahu apa yang ia inginkan, tahu bagaimana mendapatkannya dan bagaimana mempertahankannya. Ketika ia menyadari orang yang ia cintai bukanlah pacarnya, ia tidak ragu untuk langsung memutuskan Kyungsoo. Mungkin terkesan kejam dan brengsek, apalagi mengingat ia langsung menyatakan cinta pada Luhan di hari yang sama setelah hubungan lima bulannya dengan Kyungsoo berakhir.

Sesungguhnya ia hanya terlalu straightforward dalam urusan perasaan.

Kalau sudah tidak cinta, bilang. Kalau ingin putus, bilang. Daripada malah hatinya bercabang dan terjadi perselingkuhan yang tidak diinginkan, langsung mengakhiri dan jujur pada mantannya adalah hal yang tepat menurutnya. Jongin juga tidak mengerti apa gunanya melanjutkan hubungan jika salah satu di antara mereka sudah merasa tidak nyaman lagi.

Sekali lagi, ini bukan kejam menurut kamusnya. Ia hanya bertindak praktis tanpa perlu berbelit-belit, membebaskan dirinya dari kegalauan yang biasanya dialami remaja labil masa kini.

“Bung, aku pun sependapat denganmu.” Sehun pernah berkata begitu suatu ketika, saat keduanya membicarakan topik serius mengenai prinsip masing-masing dalam menjalin hubungan. Mereka jarang mendiskusikan hal-hal berat, jadi ini sebenarnya sebuah momen langka.

Oh Sehun mendapat gelar kehormatan sebagai sahabat terbaiknya memang bukan tanpa alasan. Untuk beberapa hal, mereka terlampau mirip satu sama lain. Sehun memutuskan pacar on and off-nya sejak SMP, Zitao, dengan alasan yang hampir sama dengan Jongin. ‘Aku naksir senior kelas 3 yang imut itu’ adalah alasannya. Jongin tidak menghakimi, walaupun ia menyukai Zitao selama ini sebagai pacar sahabatnya, ia mengerti alasan Sehun.

Jika sudah menyangkut urusan hati, kejam adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari.

Dan kali ini gantian dirinya yang merasa menjadi korban dari kekejaman Luhan.

Ia sedang merasakan hal paling absurd yang ada di dunia: rasa cemburu.

Hyung, kau benar-benar suka orang itu, ya?” Jongin bertanya dengan nada terluka saat kegiatan klub hendak dimulai. Mereka sedang berada di ruang klub sepak bola berdua saja, anggota lain banyak yang belum datang. Jongin tengah duduk di salah satu kursi dan memberikan Luhan pandangan intens, sementara Luhan yang duduk di seberangnya sedang fokus memainkan ponselnya tanpa begitu memedulikan sang pacar.

Setelah kepergian Yifan dan Kyungsoo, Luhan berhasil mengusir Jongin untuk kembali ke kelasnya. Jongin tidak bisa melawan karena Luhan benar-benar imut ketika mengancam tidak mau bicara dengan Jongin sepanjang hari jika ia masih bolos. Dan yang menyebalkan, sepanjang di kelas konsentrasinya hanya tertuju pada Luhan. Ia cemburu luar biasa karena Luhan terlihat begitu memuja Wu Yifan whatever ini.

Hyuuung~” Ia merajuk ketika Luhan mengabaikannya.

Luhan akhirnya melepaskan pandangan dari ponselnya dan memandang Jongin yang dari raut mukanya terlihat sedang ngambek. Ia tertawa kecil sambil menyentuh telapak tangan Jongin yang ada di atas meja, menggenggamnya kemudian. “Kenapa, Jonginnie?”

Jongin masih cemberut, tapi genggaman tangan Luhan membuatnya lebih rileks. “Kau suka orang itu?”

“Orang itu siapa?”

“Wu Yifan.”

Luhan mengerjap, lalu mengangguk. “Ya, dia desainer favoritku.”

Kim Jongin langsung mengalami mental breakdown. Ia menarik tangannya dari genggaman Luhan dan bangkit dari kursi. Perasaan cemburu adalah hal yang baru baginya, Jongin tidak pernah merasa terancam sebelumnya ketika menjalin hubungan. Ia tidak pernah merasakan takut miliknya akan direbut orang lain. Tapi Luhan sungguh tahu caranya membuat hidupnya jungkir balik.

Luhan tertawa sambil ikut berdiri. “Jongin-ah, kau cemburu?”

“Ya.” Jawaban cepat langsung keluar selagi ia sibuk mencari jersey di lokernya, dengan sengaja menolak melakukan kontak mata dengan Luhan ketika mengatakannya.

Luhan tampak berusaha keras untuk tidak tertawa, karena menurutnya situasi ini sangat lucu. Bagi Luhan, Kim Jongin adalah sosok yang kuat dan terkesan dingin. Winger andal di klub sepak bola dan dancer luar biasa dari klub dance, siapa sangka pemuda itu bisa dengan lugas mengakui dirinya tengah cemburu?

“Jongin-aaah.” Pemuda Cina itu berdiri di belakangnya, menarik-narik ujung kaus Jongin untuk menarik perhatian.

Jongin masih mencoba cuek dan sibuk mengaduk-aduk loker untuk menemukan jersey-nya.

“Kenapa cemburu?”

“Kok masih nanya?” gerutunya sambil membanting pintu loker dan berbalik menghadap Luhan dengan jersey miliknya di tangan. “Kau begitu gembira hanya karena selca dengannya! Kau tersenyum begitu lebar, begitu manis, begitu menggemaskan—senyuman favoritku!—ketika memandangnya! Kelihatan jelas kau memujanya, hyung!”

Luhan kali ini tidak dapat menahannya, ia tertawa sambil memukul pelan bahu Jongin. “Astaga, kau membuatku terdengar seperti fanboy yang parah.”

Jongin hanya mendengus, ia mulai melepas kancing seragamnya.

“Tapi,” Tangan Luhan yang semula ada di bahu Jongin berganti menuju kancing-kancing yang belum terlepas, membuat gerakan Jongin tertahan. “itu dia intinya, kan? Aku hanya fanboy-nya Wu Yifan.”

Jongin tidak membalas. Bukan karena tidak mau, tapi karena tidak bisa. Tangan Luhan kini yang menggantikan gerakan tangannya untuk melepas kancing seragam, dan bagaimana Jongin mampu untuk berpikir dalam situasi seperti ini?

“Aku juga memuja Park Jisung dan Cristiano Ronaldo, kau harus tahan dengan itu.” Suara Luhan kini terdengar seperti bisikan di telinganya.

Jongin membayangkan hidup yang sangat berat untuk berkompetisi dengan sekian banyak idola Luhan demi memenangkan atensi pemuda Cina itu. Tapi jika itu artinya ia bisa memiliki Luhan setiap hari untuk melepas kancing bajunya seperti sekarang, ia mencoba tidak keberatan.

“Bagaimana bisa aku tahan dengan itu semua?”

“Karena yang sungguh-sungguh kucintai hanya kau.”

Jawaban itu memuaskan Jongin. Plus kecupan singkat Luhan di bibirnya untuk membungkam mulutnya yang awalnya sudah siap untuk perdebatan panjang.

 

***

 

Yifan merasa menjadi orang paling merana sedunia.

Pemuda yang ia cintai hanya menganggapnya sebagai kakak, dan ia bahkan tidak mampu untuk protes. Karena setelah segala bentuk kasih sayang dan perhatian yang sudah ia berikan pada Kyungsoo selama 15 tahun—goddamnit, it’s 15 ing years! Siapa yang bisa mengalahkan itu?sampai kapan pun ia hanya akan dianggap sebagai kakak. Tidak lebih sebatas itu.

You’re so pathetic, Wu Yifan, you’re in love with a boy you can never have.

“Jadi, katakan padaku,” Suara berat Chanyeol terdengar di sebelahnya. “Ini masih mengenai Do Kyungsoo?”

Park Chanyeol adalah salah satu model terbaik milik perusahaannya, perbedaan usia yang tidak cukup jauh dan sifat pemuda itu yang easy going membuat mereka cepat akrab. Menjadi teman minum-minum dan memberinya beberapa ide untuk rancangan pakaian terbarunya. Atau bahkan sebagai teman curhat—seperti yang sekarang ini sedang ia lakukan.

Yifan bisa gila jika tidak menceritakan beban pikirannya pada siapa pun, dan kebetulan ia mempercayai Chanyeol untuk rahasia terbesarnya. Walau pemuda 23 tahun itu terkenal ceplas-ceplos dan mulutnya ember, ia adalah teman terbaik yang Yifan miliki—Chanyeol bahkan sangat akrab dengan Kyungsoo. Maka ia putuskan bahwa Chanyeol bisa ia percaya dalam masalah kisah romansanya yang tragis.

“Kapan ini tidak tentangnya?” Yifan tidak tahu sudah semenyedihkan apa nada suaranya barusan.

Hyung, kau benar-benar menyedihkan.”

Well, terima kasih banyak, Park Chanyeol, untuk mengatakan hal itu keras-keras.

Yifan berdecak sambil meletakkan tabletnya agak keras di meja. “Kau pikir aku tidak tahu itu?”

Mereka berdua kini sedang berada di ruang kerjanya, membicarakan proyek fashion show bulan depan dan pakaian apa yang akan dikenakan Chanyeol nanti. Melihat pemuda Cina itu kelihatan mulai emosi membuat Chanyeol merasa harus berhati-hati dalam berbicara, ia menegakkan tubuhnya yang awalnya bersandar nyaman di kursi. Yifan mungkin temannya, tapi bagaimanapun dia tetap bosnya.

Newsflash, manusia di dunia ini bukan hanya Kyungsoo. Kau selalu bisa mencari yang lain, hyung.”

“Aku hanya ingin dia, Chanyeol. Bukan yang lain.”

Chanyeol geleng-geleng kepala, benar-benar keras kepala seperti biasa. Itu dulu adalah trait Yifan yang ia kagumi, pemuda itu begitu ambisius di usia yang terbilang muda. Lihat saja pencapaiannya saat ini yang belum tentu bisa disaingi oleh rival-rivalnya yang jauh lebih senior. Tapi sekarang terasa menyebalkan sekali berdebat dengannya.

“Aku mengerti kenapa kau bisa merasakan seperti itu pada Kyungsoo. Aku akui, dia memang pemuda yang sangat luar biasa. Aku bahkan mungkin akan mengejarnya kalau bukan karena tahu kau pasti langsung membunuhku jika aku melakukan itu.” Chanyeol melirik sekilas ke arah Yifan yang sudah melotot ke arahnya. Ia menelan ludah, “Tapi, Yifan hyung, ini tidak baik untukmu. Karena, kau tahu, kau bisa dipenjara.”

Yifan kembali berdecak, kali ini memutar matanya bosan pada kalimat itu. “Karena menurutmu aku pedofil?”

“Umm, yeah, itu salah satunya...”

Yifan selalu beranggapan hal itu konyol sekali, memangnya dia ini penjahat kelamin? Walau tentunya ia tidak menyalahkan jika Chanyeol sampai berasumsi seekstrem itu, karena dilihat dari manapun perbedaan usia 8 tahun ditambah lagi Kyungsoo masih di bawah umur membuat rasa cintanya terlihat seperti nafsu belaka. Chanyeol yang sahabatnya saja masih beranggapan begitu, bagaimana dengan reaksi orang-orang jika tahu? Yifan hanya bisa meringis.

“Chanyeol, pedofil adalah ketertarikan seksual pada bocah di bawah umur. Dan kau tahu ketertarikanku hanya pada Kyungsoo, aku benar-benar tulus menyanyanginya. Bocah-bocah yang lain hanya membuatku ingin mendorong mereka ke jurang.” Ia memberikan jawaban dengan nada tenang.

Chanyeol mendesah, tapi tidak berniat untuk protes. “You’re so whipped, hyung.”

I am.”

 

 

▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬
▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬
 
✻ author's note
sori untuk update yang lama ;__;
yang udah baca, sub, dan komen, terima kasih :'D
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
keyhobbs
#1
Chapter 3: kai...gak punya rasa bersalah sedikitpun sama kyungsoo? Jahat...-_- terus dduizhang kesian bnget,,udah nunjukin rasa sayangnya sma kyungsoo,ehh taunya cuma di anggap hyung doang,tapi kayaknya kyungsoo bkalan punya perasaan jg sama dduizhang kan?kan?^_^
theworstisnotbehind
#2
Chapter 3: Firaaaa, akhirnya kamu update jugaaa ;;; aww, Kai is such a jerk. He could shove that "simple" reason up his nose :< *apacoba* Kris fighting! Kamu pasti bisa mendapatkan Kyungsoo ;w;

manis, lucu, dan seru seperti biasa, with all the right pinches of angst and drama in all the right places. Update soon, sweetie~
parknaya #3
Chapter 3: wow...kailunya kebangetan manisnya,,,,wkwkwkw bagus jg kai cmburu gt.. :v
yifan jd ga bsa ngejelekin kai,,orang ketemu pensnya... luhan kocak bgt dah trnyata.. hahaha..
Maudyo #4
Chapter 3: wah kece
tp kenapa kailu sweet banget seolah nggak ada salah ama kyungsoo
bukannya 8 tahun masih wajar thor?ceritain awal krisoo ketemu dong hehe
ckhdks #5
Chapter 3: Setelah lama nunggu.... sbnrnya skrgbga bgt respek sama duizang satu ini, tapi kalo dipasangin sama kyungsoo mah apapun jadi suka... :D. Butuh krisoo moment, not kailu moment. *nyesek tea bacanya*
Changchang #6
Chapter 3: Banyakin krisoo momentnya ya thor!!! Suka bgt sama ff ini. Suka sama gaya penulisanmu yg ringan dan buat ngakak! Kosakata bahasa inggrisnya keren! :D
kyungiiee #7
Chapter 3: Yaaa senengnya kmu update...q dah nunggu bgt..
DOut29 #8
Chapter 3: Saya sukaaaa~ >_<
tp kok berasa lbh ke KaiLu timbang ke KriSoo yak? -,-" kalo ga salah saya itu main pair nya KriSoo kan ya sist, please banyakin KriSoo nya ya sist~ (*.*) #puppyEyes

Serius ya, kalo nemu cowok setipe Jongong sama Sehun udah saya jadiin pupuk -____- #dipupukduluan lol

Aaah~ Authornim update Juseyooo~ \(^o^)/
BabyBuby #9
Chapter 3: Dsn sy kok merasa yifan yg g bergerak bkn kyungsoo yg lemot n g sadar... Yifan kan dah sm kyungsoo dr kecil makanya kyungsoo pasti susah ngartiin perasaan dia n kyungsoo jg masih mudah kiyis... bener g?? Kapan nih yifan nyampein perasaan ke kyungsoo..??
KikyKikuk #10
Chapter 2: Demi Gigi majunya Wu Yifan! Jongin kayak kampret!! Sok ganteng! Gak punya perasaan!!
KaiLu momentnya dibanyakin ya thor..
Aku emg sebel ama sikap songong'y Jongin ke Kyungsoo,tp aku ttep KaiLu shipper,jd aku ttep dukung hub mereka.. --v :P
Gimana klo si Yifan dijadiin ama Yixing aja?
Trus Sehun ama.. Baekhyun mungkin?
Nahhh..berhub kmren aku liat pict ChanSoo yg cute bgt di Nature Republic,gmna klo Chanyeol ditongolin dan dijadiin ama Kyungso??
Ini berasa aku yg nulis ff ya thor? Hahahaha..
Sorry,aku cm ngluarin unek-unek eneg aja..
Dilanjut yaa thooorrrrrr..
:*