Chapter One

Do You Remember?
✻ chapter one
everybody's got to learn sometimes...
 

 

 

 

 

“Kita putus saja.”

 

Do Kyungsoo cukup yakin dengan kesehatan telinganya selama ini, tapi untuk pertama kalinya ia berharap bahwa pendengarannya kali ini salah. Ia mengerjap beberapa kali, matanya membulat, dan kata yang sanggup terucap hanyalah, “Mwo?”

 

“Aku mencintai orang lain, Kyungsoo. Aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini lagi.”

 

Orang di hadapannya ini, Kim Jongin, yang berstatus sebagai pacarnya—oh, sekarang mantan pacar, ya?—selama lima bulan terakhir memang memiliki kesan dingin pada awalnya. Tapi saat ini rasanya Kyungsoo seperti berhadapan dengan orang asing.

 

Mereka sekarang berada di halaman belakang sekolah, bel pulang baru saja berbunyi dan Jongin langsung mendatangi kelasnya untuk mengajaknya bicara. Saat itu Kyungsoo pikir pembicaraan yang dimaksud adalah ajakan kencan untuk malam minggu nanti, dan ia sudah langsung merasa girang.

 

Tapi yang terjadi malah begini. Ouch.

 

Jongin bukannya dingin atau kejam, Kyungsoo sudah mengenalnya untuk tahu bahwa pemuda itu memang memiliki mata yang sayu dan ekspresi datar. Tapi cara Jongin memandangnya sekarang terasa menyakitkan. Tidak ada rasa sesal atau sedih yang terpancar sama sekali, hanya wajah datarnya yang biasa.

 

Tidak bisakah ia setidaknya pura-pura bersedih?

 

Kyungsoo menyadari tubuhnya agak gemetar untuk alasan yang tidak ia ketahui pasti. Ia menggigit bibir, mencoba bereaksi sesuatu atas kata-kata Jongin barusan. Kyungsoo mencoba memancing emosi dalam dirinya, entah itu amarah atau tangisan atau bentakan. Apa pun. Tapi pikirannya saat ini kosong hingga emosinya rasanya mati. Suaranya bergetar ketika bertanya, “Siapa orang itu?”

 

Ia berhak untuk tahu. Kyungsoo bersikap kalem dari tadi, tapi ia berhak mendapat jawaban. Walau mungkin itu juga tidak penting lagi karena mengetahui siapa orang yang dicintai Jongin tidak akan mengubah fakta bahwa mereka kini sudah putus. Jongin lebih mencintai orang itu.

 

Apa Jongin bahkan pernah mencintainya selama lima bulan hubungan mereka terjalin?

 

Itu juga rasanya tidak penting lagi. Ia mungkin tidak akan suka jawabannya.

 

Jongin menghela napas sebelum menjawab, dan untuk pertama kalinya Kyungsoo melihat ada sinar cerah di matanya ketika ia menjawab. “Luhan hyung.”

 

Luhan? Luhan, Luhan, Luhan, Kyungsoo menyebut nama itu berulang kali dalam hati sambil membayangkan siswa kelas 3 pindahan dari Cina yang menjabat sebagai kapten klub sepak bola sekolah. Jadi itu orang yang dicintai Jongin dibanding pacarnya—mantan pacarnya—ini?

 

Luhan adalah pemuda yang memiliki wajah sangat manis, membayangkannya saja sudah membuat Kyungsoo sakit karena menyadari bahwa wajar saja Jongin jatuh hati pada pemuda itu. Kyungsoo tidak ada apa-apanya dibanding Luhan. Mencampakkan dirinya demi Luhan adalah keputusan yang sangat cerdas.

 

Sekali lagi, Kyungsoo mencoba memancing emosi dalam dirinya. Ia seharusnya menampar Jongin dan mengatakan ‘Dasar brengsek!’ seperti orang normal pada umumnya ketika diputuskan oleh pacar, atau mungkin menangis meraung-raung dan memohon agar Jongin tetap di sisinya. Tapi Kyungsoo tidak bisa melakukan itu. Ia tidak bisa menyalahkan Jongin karena lebih memilih Luhan.

 

Apa yang membuatmu jatuh cinta padanya? Sejak kapan kau mencintainya? Apa saat kencan kita ke Lotte World kemarin kau juga sudah menaruh perasaan padanya? Aku kurang apa? Apa masakanku selama ini tidak enak sampai kau berpaling ke yang lain?

 

Apa kau bahkan pernah mencintaiku?

 

Semua pertanyaan itu berputar di kepalanya, tapi tidak ada satu pun yang sanggup keluar dari mulut. Lidahnya terasa kelu dan dadanya terlalu sesak untuk berbicara. Maka sebagai pihak yang terbuang, Kyungsoo memandang Jongin dengan senyum dipaksakan sambil berkata. “Oh, semoga kau bahagia.”

 

Tanpaku.

 

Jongin ikut menarik bibirnya untuk membentuk senyuman tipis. Oh, dia baru tersenyum sekarang, ketika mereka akan benar-benar berpisah. Rasa sakit itu kembali menghujam Kyungsoo lebih dari yang ia akui. “Kemari, Kyungie.” Ia melebarkan tangannya, seperti yang biasa ia lakukan.

 

Dan biasanya, Kyungsoo akan dengan senang hati menjatuhkan diri ke pelukan Jongin. Tapi saat ini ia hanya terdiam kaku di tempatnya. Bahkan saat Jongin lah yang langsung memeluknya tanpa aba-aba, Kyungsoo masih tetap tidak bereaksi apa-apa.

 

Mianhae, Kyungsoo. Kau pasti bisa mendapatkan yang lebih baik dari aku.”

 

Pasti, ia menjawab dalam hati. Suatu saat nanti aku akan menemukan orang yang jauh lebih baik daripada kau.

 

Tapi untuk saat ini, ia hanya ingin menangis.

 

 ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ 

 

Kim Jongin adalah pacar pertamanya. Dia murid populer dari kelas sebelah yang aktif di klub dance dan sepak bola, yang seperti itu biasanya hanya bisa Kyungsoo pandang dari jauh karena pergaulan mereka terasa begitu berbeda. Dan ketika Jongin memintanya menjadi pacarnya lima bulan lalu, rasanya seperti mimpi di siang bolong.

 

Memang benar, yang terjadi lima bulan ini hanya mimpi. Karena sekarang ia sudah terbangun dengan begitu sakitnya.

 

Kyungsoo berjalan dengan langkah gontai tanpa tujuan. Ia baru pertama kali merasakan patah hati, dan yang merasa sakit bukan hanya hatinya. Seluruh tubuhnya juga kesakitan. Semua lagu-lagu mellow yang biasanya ia hujat kini terasa make sense, rasanya memang seperti kehilangan semangat hidup.

 

Seharusnya ia tahu mustahil seorang Kim Jongin benar-benar mencintainya dan mau membawa hubungan ini ke tahap yang serius. Bodohnya dirinya karena terbuai dengan khayalan bahwa sehabis lulus ia akan menikah dengan Jongin dan mengadopsi banyak anak. Jika diingat-ingat lagi, itu memang sangat bodoh.

 

Bersama Jongin, ia seperti orang bodoh.

 

Ponselnya tidak berhenti berdering dari tadi, teman-temannya pasti cemas karena ia meninggalkan sekolah begitu saja padahal mereka sudah ada janji untuk pergi karaoke. Kyungsoo bahkan baru teringat dengan janji itu, insiden di halaman belakang tadi membuatnya amnesia mendadak. Ia sebenarnya merasa tidak enak pada teman-temannya, tapi saat ini untuk sekadar mengangkat telepon saja ia tidak mood, apalagi karaoke.

 

To: Baekhyun
Maaf tadi aku pulang duluan, mendadak kepalaku pusing.
Have fun ya, jangan biarkan Jongdae memonopoli mic-nya lagi!

 

Balasannya langsung datang secepat kilat. Well, ini Byun Baekhyun, kemampuan mengetiknya memang luar biasa.

 

Sender: Baekhyun
Tadi Jongin mengajakmu bicara, kan? Jangan bilang kau sekarang sedang kencan diam-diam dengannya! Huuh, tapi terserah kalian deh, aku dan yang lain juga sudah ada di tempat karaoke. 

Oh tenang saja, berhubung tidak ada kau, sekarang aku yang memonopoli mic-nya kkk 

 

Rasa perih itu kembali ia rasakan ketika membaca balasan dari Baekhyun. Seandainya saja ia tahu yang sebenarnya. Mereka bukan sedang kencan diam-diam, tapi Jongin mungkin sedang kencan dengan pacar barunya. Bukan dengan Kyungsoo.

 

Butuh berapa lama sampai akhirnya ia bisa memikirkan Jongin tanpa perlu merasa seperti ditusuk-tusuk sesuatu?

 

Kyungsoo menghela napas panjang, move on mungkin masih jauh, tapi setidaknya ia tidak bisa terus-terusan merasa seperti sampah tak berharga begini. Ia tidak mau jika saat bertemu dengan Jongin di sekolah besok Jongin melihatnya dalam keadaan buruk seperti ini. Sementara Kyungsoo harus melihat Jongin bersama gandengan barunya.

 

Menyedihkan sekali.

 

Ia harus secepatnya mengabari teman-temannya bahwa ia dan Jongin sudah putus agar mereka tidak perlu kaget jika besok menemukan Jongin dan Luhan mungkin sedang bermesraan di lapangan bola.

 

Selagi melamun, tanpa sadar ia sudah berada di depan gedung megah dengan tulisan ‘Wolf’ tercetak di depannya. Kyungsoo mengerutkan kening, kenapa langkah kakinya membawanya ke sini? Kenapa tiap kali ia memiliki masalah, selalu tempat ini destinasi pertama yang ia tuju?

 

▬ ▬ ▬ ▬ ▬

 

Ia tiduran di sofa sambil memain-mainkan bola baseball yang tadi ia asal ambil di meja. Tiap bagian dari ruangan kerja ini sangat familiar bagi Kyungsoo, ia sering menghabiskan waktu di sini sehabis pulang sekolah jika tidak ada janji dengan teman-temannya.

 

Sudah hampir lima belas menit berlalu, Kyungsoo bosan sendiri dan bangun dari posisinya sambil mendesah malas. Ia tahu asal datang tanpa membuat janji temu untuk orang sibuk macam itu pasti harus menunggu lama, tadi resepsionis di depan sudah bilang ada rapat bulanan yang masih berjalan dan Kyungsoo disuruh menunggu di atas saja. Bahkan dengan jajaran staf dan pegawai di kantor ini, ia juga sudah familiar.

 

Kyungsoo mengamati desain interior ruangan ini yang memiliki kesan modern, ia baru menyadari catnya sudah berubah warna dan karpet merah yang biasa juga sudah ganti. Apa sudah selama itu sejak terakhir kali ia datang ke sini sampai baru sadar? Beberapa mingu kemarin ia memang banyak tugas sehingga tidak bisa main-main sehabis pulang sekolah. Dan jika ada waktu senggang pun ia akan meluangkannya untuk Jongin.

 

Ukh, kenapa nama itu harus muncul lagi?

 

Kyungsoo berjalan ke arah meja kerja dan menemukan dua buah bingkai foto terpajang manis di sana. Foto pertama adalah dirinya yang tengah memandang kamera sambil tertawa lebar, Kyungsoo ingat foto itu diambil saat perayaan peresmian gedung kantor ini dua tahun lalu. Pandangannya beralih ke foto kedua, ia tersenyum melihatnya.

 

Di foto itu ada dirinya yang membentuk tanda peace bersama pemuda tinggi dengan rambut pirang yang tengah merangkulnya. Wajah mereka bersentuhan dan keduanya tampak benar-benar bahagia di situ. Kyungsoo memajang foto yang sama di samping tempat tidurnya, dan hampir sebagian temannya berkata itu seperti foto mesra bersama pacar.

 

Sebenarnya kalau dipikir-pikir mungkin ada benarnya, ia dan Jongin saja dulu tidak pernah berfoto seintim itu. Tapi tentunya mustahil ia berpacaran dengan orang yang ada di foto ini. Membayangkannya saja tidak pernah.

 

Kyungsoo menaruh hati-hati bingkai foto itu kembali ke tempatnya.

 

Pintu kemudian terbuka tiba-tiba sampai membuatnya terlonjak, untungnya bingkai foto itu sudah aman ia letakkan. Sosok yang berjalan masuk itu mengerutkan kening ketika menemukan Kyungsoo tengah berdiri di dekat meja kerjanya. “Kyungsoo?”

 

“Yifan hyuuuuuuung!” Kyungsoo berseru sambil langsung berlari menghampiri sosok itu. Peduli amat ia sudah 17 tahun dan sudah terlalu tua untuk bersikap kekanak-kanakan begini. Tiap bersama Wu Yifan, ia selalu memiliki dorongan aneh untuk bermanja-manjaan padanya.

 

Pemuda tinggi menjulang bernama Wu Yifan itu dengan mudah menangkap Kyungsoo ke dalam pelukannya. Kyungsoo memang biasanya tidak bisa ditebak, tapi tindakannya ini jujur saja membuat Yifan agak kaget. “Jika aku tahu kau datang ke sini, aku akan mengakhiri rapatnya lebih cepat.” Bisiknya di telinga Kyungsoo.

 

Mendengar itu membuat Kyungsoo mempererat pelukannya. Ini yang ia suka dari Yifan, pemuda itu selalu tahu cara untuk membuatnya merasa lebih baik. Berada di pelukannya seperti ini pun berhasil membuatnya sejenak melupakan rasa sakit akibat dicampakkan. Pelukan Yifan adalah tempat teraman bagi dirinya.

 

Dan tanpa sadar ia terisak jika mengingat lagi Jongin sudah mencampakkannya untuk pemuda lain.

 

Yifan langsung melepaskan pelukan itu ketika mendengar isak tangis Kyungsoo, ia memandang pemuda mungil itu dengan agak panik. “Apa yang terjadi, baby? Katakan padaku.”

 

Kyungsoo sudah begitu terbiasa dengan semua pet name yang Yifan berikan untuknya sampai-sampai terlalu malas untuk protes, dan alih-alih menjawab ia malah kembali membenamkan wajahnya ke dada Yifan dan menangis makin kerasa di sana.

 

Yifan jelas-jelas tidak mengantisipasi hal ini. Ia baru saja selesai rapat dan mendapati di ruang kerjanya harus menghadapi anak SMA yang sedang patah hati. Kyungsoo tahu Yifan tidak akan bertanya macam-macam sebelum dirinya tenang, terbukti dari elusan penuh sayang di punggungnya yang ia rasakan. Hal lain yang ia sukai dari pemuda ini, Yifan paling tahu cara membuatnya tenang tanpa perlu bicara apa-apa.

 

Kyungsoo akhirnya menghentikan tangisannya dan melepaskan dirinya dari Yifan. Ia memandang pemuda itu dengan mata basah, dan hal pertama yang terucap adalah, “Hyung, kau ganti gaya rambut lagi?”

 

Yifan yang terakhir kali ia ingat adalah pemuda dengan rambut pirang terang dengan model agak berantakan. Mengingat profesinya sebagai desainer yang sudah pasti sangat fashionable, melihatnya berganti model dan warna rambut seperti berganti pakaian sebenarnya wajar-wajar saja.

 

Yifan tertawa keras seraya otomatis menyentuh rambutnya yang kini berwarna hitam berpotongan pendek dengan highlight merah maroon di beberapa sisi. “Sudah berapa lama kau tidak melihatku, hm? Aku sudah menggantinya sekitar seminggu yang lalu.”

 

Kyungsoo agak tersipu karena itu juga terasa seperti sindiran baginya yang sudah jarang menemui Yifan. Ia sangat akrab dengan pemuda Cina kelahiran Kanada itu, mereka sudah bersama sejak kecil walau terpaut usia 8 tahun. Keluarga Wu pindah tepat di samping rumah Kyungsoo saat usianya 2 tahun. Ibu mereka berteman akrab, dan Yifan sering mengajak Kyungsoo main sekaligus menjaganya di hampir setiap kesempatan.

 

Dan sejak itu tercipta ikatan di antara keduanya yang membuat mereka tidak terpisahkan. Kyungsoo menganggap Yifan sebagai kakak laki-laki keduanya setelah Do Seungsoo, ia bahkan menghabiskan masa kecilnya lebih banyak dengan Yifan dibanding kakak kandungnya sendiri.

 

Bahkan walau setelah itu Yifan meninggalkan rumah untuk lanjut kuliah dan mulai membangun kariernya sebagai desainer pakaian—terlepas dari tekanannya sebagai pewaris perusahaan keluarga—mereka tidak pernah putus kontak.

 

Hanya saja lima bulan terakhir bersama Jongin bisa dibilang agak membuat intensitas pertemuan keduanya berkurang drastis.

 

“Terasa sudah lama sekali, Hyung.” Balas Kyungsoo dengan wajah menyesal. “Bogoshipo.” Aku merindukanmu, dan dia bersungguh-sungguh.

 

Yifan terkekeh sambil mengacak-acak rambut Kyungsoo penuh sayang. “Nado.”

 

Kyungsoo balas tersenyum cerah.

 

“Jadi, bisa ceritakan padaku kenapa kau tadi menangis?”

 

Senyumnya perlahan luntur.

 

 

 

▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬
▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬
 
✻ author's note
jadi di sini ada broken!kaisoo dan slight!kailu, masih banyak pair lain tapi direveal nanti lah :3
hubungan kris sama kyungsoo lebih diperjelas chap depan, yang jelas ada family zoned sangat parah di sini #pukpukKris (?)
yang udah baca, sub, dan komen, terima kasih :'D
ini spesial buat Ganish yang mau UTS >w<
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
keyhobbs
#1
Chapter 3: kai...gak punya rasa bersalah sedikitpun sama kyungsoo? Jahat...-_- terus dduizhang kesian bnget,,udah nunjukin rasa sayangnya sma kyungsoo,ehh taunya cuma di anggap hyung doang,tapi kayaknya kyungsoo bkalan punya perasaan jg sama dduizhang kan?kan?^_^
theworstisnotbehind
#2
Chapter 3: Firaaaa, akhirnya kamu update jugaaa ;;; aww, Kai is such a jerk. He could shove that "simple" reason up his nose :< *apacoba* Kris fighting! Kamu pasti bisa mendapatkan Kyungsoo ;w;

manis, lucu, dan seru seperti biasa, with all the right pinches of angst and drama in all the right places. Update soon, sweetie~
parknaya #3
Chapter 3: wow...kailunya kebangetan manisnya,,,,wkwkwkw bagus jg kai cmburu gt.. :v
yifan jd ga bsa ngejelekin kai,,orang ketemu pensnya... luhan kocak bgt dah trnyata.. hahaha..
Maudyo #4
Chapter 3: wah kece
tp kenapa kailu sweet banget seolah nggak ada salah ama kyungsoo
bukannya 8 tahun masih wajar thor?ceritain awal krisoo ketemu dong hehe
ckhdks #5
Chapter 3: Setelah lama nunggu.... sbnrnya skrgbga bgt respek sama duizang satu ini, tapi kalo dipasangin sama kyungsoo mah apapun jadi suka... :D. Butuh krisoo moment, not kailu moment. *nyesek tea bacanya*
Changchang #6
Chapter 3: Banyakin krisoo momentnya ya thor!!! Suka bgt sama ff ini. Suka sama gaya penulisanmu yg ringan dan buat ngakak! Kosakata bahasa inggrisnya keren! :D
kyungiiee #7
Chapter 3: Yaaa senengnya kmu update...q dah nunggu bgt..
DOut29 #8
Chapter 3: Saya sukaaaa~ >_<
tp kok berasa lbh ke KaiLu timbang ke KriSoo yak? -,-" kalo ga salah saya itu main pair nya KriSoo kan ya sist, please banyakin KriSoo nya ya sist~ (*.*) #puppyEyes

Serius ya, kalo nemu cowok setipe Jongong sama Sehun udah saya jadiin pupuk -____- #dipupukduluan lol

Aaah~ Authornim update Juseyooo~ \(^o^)/
BabyBuby #9
Chapter 3: Dsn sy kok merasa yifan yg g bergerak bkn kyungsoo yg lemot n g sadar... Yifan kan dah sm kyungsoo dr kecil makanya kyungsoo pasti susah ngartiin perasaan dia n kyungsoo jg masih mudah kiyis... bener g?? Kapan nih yifan nyampein perasaan ke kyungsoo..??
KikyKikuk #10
Chapter 2: Demi Gigi majunya Wu Yifan! Jongin kayak kampret!! Sok ganteng! Gak punya perasaan!!
KaiLu momentnya dibanyakin ya thor..
Aku emg sebel ama sikap songong'y Jongin ke Kyungsoo,tp aku ttep KaiLu shipper,jd aku ttep dukung hub mereka.. --v :P
Gimana klo si Yifan dijadiin ama Yixing aja?
Trus Sehun ama.. Baekhyun mungkin?
Nahhh..berhub kmren aku liat pict ChanSoo yg cute bgt di Nature Republic,gmna klo Chanyeol ditongolin dan dijadiin ama Kyungso??
Ini berasa aku yg nulis ff ya thor? Hahahaha..
Sorry,aku cm ngluarin unek-unek eneg aja..
Dilanjut yaa thooorrrrrr..
:*