Heaven's

Heaven's

 

Heaven's
~1400 | bg © balloon 2013

 

***

Dia lagi. Aku selalu bertemu dia disini, di perpustakaan kota. Tugas yang sangat banyak membuatku pergi kesini. Semenjak guru di ganti, aku dan teman-teman sekelas selalu diberi tugas segunung, padahal dari dulu tidak ada guru yang seperti itu. Parahnya, setiap jumat dia selalu memberi tugas yang harus di kumpulkan hari seninnya.

Ups, maaf, kembali ke "dia".

Aku tidak tahu siapa namanya. Rambutnya berwarna hitam, kulitnya juga sedikit hitam, bibirnya mungil tapi tebal. Susah mendeskripsi penampilan fisiknya, dia nyaris sempurna. Apakah dia berasal dari surga? Karena dia sangat pantas berada disana.

 Dia selalu duduk di kursi yang sama, cara duduknya pun tidak berubah dari awal aku melihatnya, selalu sama. Dia suka membaca buku sambil mendengarkan lagu atau sambil makan (memang tidak boleh makan di perpustakaan ini tapi aku tidah tahu kenapa dia tidak pernah ketahuan). Kadang dia tertidur saat sedang membaca, dan kadang dia menyandarkan kepala di meja karena lelah mungkin.

Jujur aku suka memperhatikan dia, dan aku sangat penasaran siapa namanya. Apa aku harus tanya langsung siapa namanya, atau...?

 



Aku menoleh karena ada yang mencolek pundakku. Tunggu, dia...

"Um, permisi. Apa aku boleh membaca buku yang kau pegang?"

Aku menelan ludah.

Laki-laki-yang-nyaris-sempurna itu berbicara padaku.

Dia berbicara padaku.

"I-ini ambil saja," jawabku sambil memberi buku yang dia maksud.

Dia tersenyum, "terima kasih," katanya lalu pergi.

Aku memperhatikan langkahnya sampai dia sudah berjalan jauh. Setelah itu aku melanjutlan mengerjakan tugas matematikaku yang sangat sulit itu. Tiba-tiba ada yang mencolek pundak lagi. Aku menoleh dengan muka jutek karena di ganggu terus. Ternyata yang mencolekku dia! Ada apa lagi sekarang?

"Maaf mengganggumu lagi, kertas ini terselip dibuku tadi. Punyamu, kan?" tanyanya sambil memberiku secarik kertas.

Aku mengambil kertas itu dan itu adalah hasil ujian matematiku yang terjelek seumur hidup. Aku menahan malu karena dia pasti akan berpikir kalau aku tidak pintar. Apa yang harus aku lakukan?!

"Jadi namamu Oh Sehun? Tenang saja, Sehun-ssi, nilaimu aman. Hahaha," dia tertawa garing karena candaan garingnya. Aku hanya berpura-pura tertawa karena aku bingung harus berbuat apa.

Dia menarik kursi dan duduk di sebelahku. Apa yang akan dia lakukan kali ini...

"Namaku Kim Jongin. Aku sering melihatmu di perpustakaan ini, aku sedikit penasaran juga denganmu," katanya sambil tersenyum dan menatap mataku dalam-dalam.

Aku tidak mau melihat matanya. Dia aneh, aku takut di hipnotis atau semacamnya. "Seperti yang kau lihat di hasil ujian terjelekku seumur hidup tadi, namaku Oh Sehun," balasku.

Senyum Jongin semakin lebar dan sangat indah untuk dilihat. Tangan kananku yang sedang memegang pensil gemetar, tangan kiriku meremas celana panjangku erat. Dia sangat tampan. Sangat sangat tampan. Tapi kalau dia disini terus, aku tidak bisa mengerjakan tugas ini. Aku tidak bisa konstentrasi kalau dia berada di dekatku.

"Maaf, aku harus mengerjakan tugas," kataku dengan nada sok cool.

Jongin menaikkan alis kanannya, lalu dia menopang dagu. "Kerjakan saja. Aku nggak akan mengganggumu. Aku akan diam disini sampai kau selesai," balasnya lalu tersenyum (lagi dan lagi). "Kalau ada yang nggak mengerti, kau bisa bertanya padaku," lanjutnya.

Aku tersenyum dan mengangguk. Hanya itu jawabanku.

 


 

Bagus. Sekarang hujan deras. Bodohnya, aku lupa bawa payung. Aku harus menunggu sampai hujan reda di perpustakaan kota ini. Untung saja spaghetti yang kubeli tadi masih ada, aku bisa menunggu di dalam sambil makan diam-diam.

Tiba-tiba aku teringat kejadian minggu lalu. Dia, Kim Jongin, duduk disebelahku dan membantuku mengerjakan tugas. Dia sangat pintar dan baik, itu membuatnya tambah keren.

Flashback
"Apa? Kau sudah selesai semuanya? Semua nomor?"

Aku mengangguk sambil merapikan buku.

Jongin tertawa. Aku mengerutkan dahi dan saat aku beranjak dari tempat, dia menahanku. "Kau bohong. Aku melihat nomor 14 belum kau kerjakan."

"Aku tidak mengerti, aku bisa mengerjakan itu dirumah," jawabku sambil menahan malu. Dia berdiri dan mendorong pundakku agar aku kembali duduk di kursi. Lalu dia mendekatkan mukanya.

Muka kami hanya berjarak setengah jengkal sekarang. Aku menelan ludah karena grogi.

"Aku sudah membuang-buang waktu menunggumu mengerjakan tugas, dan kau tidak mengerti satu nomor tapi tidak bertanya padaku? Tch, hargailah aku," katanya.

Glek...

"M-maaf, Jongin-ssi."



Dan akhirnya dia membantuku mengerjakan soal nomor 14. Berkat bantuannya, soal yang sulit bisa selesai. By the way aku tidak melihatnya hari ini, mungkin dia sudah bosan dengan suasana perpustakaan? Hahaha.

Tunggu...

Kalau kata-kataku tadi benar...berarti aku tidak bisa melihatnya lagi? Ugh, hapus pikiran negatif itu, Sehun! Jangan berpikiran seperti itu lagi!

Aku mulai kesal dengan diriku dan saat itu juga hujan turun semakin deras dan petir menggelegar. Bagaimana kalau hujannya awet? Harusnya aku nerobos saja tadi! Tidak mungkin ada "pangeran" yang bela-belain dirinya kehujanan hanya untuk menjemputku. Ini dunia nyata bukan dongeng, Sehun. Argh! Aku ingin pulang sekarang juga.

Sudah satu jam dan hujannya belum reda, tapi tidak ada petir lagi. Spaghetti-ku juga sudah habis. Aku sangat lapar dan haus. Oh, untuk yang bertanya-tanya kenapa aku tidak naik bus saja, jawabanku adalah: aku tidak punya uang. Dan aku punya pengalaman buruk saat berada di bus.

Sepertinya aku harus menerobos hujan sekarang, kalau tidak aku akan terjebak disini sampai malam. Aku mengangguk yakin untuk nerobos hujan, semoga tidak ada masalah dan aku sampai dirumah dengan selamat.

Aku berjalan ke pintu depan perpustakaan, dan aku terdiam sebentar. Aku tidak pernah menerobos hujan lebat, kalau gerimis sih sering, jadi aku agak takut soal ini.

Baiklah, aku harus lari saat hitungan ketiga.

"Satu..." ujarku pelan.

"Dua.."


 




Aku membuka mataku perlahan. Aku berada di....mobil? Bukannya tadi aku duduk di terminal bus menunggu hujan reda?

"Ah, kau sudah bangun."

Suara ini....Jongin?

"Jongin-ssi? Ada apa-"

"Kau tertidur di terminal bus. Aku melihatmu dan menggendongmu ke mobilku. Selama kau tidur aku dengar perutmu bunyi jadi aku belikan ini," dia memotong pembicaraanku lalu memberiku roti dan segelas teh. "Maaf hanya itu, aku tidak bawa uang lebih. Aku baru saja membeli itu, makanya kita berhenti disini."

Aku tersenyum lalu memakan roti itu. "Terima kasih, Jongin-ssi," kataku sambil mengunyah. "Aku tidak melihatmu di perpustakaan tadi, kau kemana?"

Ia menghela nafas sebelum menjawab pertanyaanku. "Aku menemani pacarku belanja."

Pacar...?

"Kau punya pacar?" tanyaku lagi, kali ini gugup. Dia mengangguk. "Laki-laki atau perempuan?"

"Menurutmu?" jawabnya sambil nyengir. Aku melihat gantungan di kaca spion-nya, ada foto Jongin bersama seorang perempuan. Mungkin itu pacarnya?

Kami sama-sama diam, yang terdengar hanya suara radio dan suara hujan. Tiba-tiba dia tertawa, kencang sekali. Seperti orang gila. Aku hanya diam memperhatikan tingkah lakunya yang aneh itu.

"Aku tidak ke perpustakaan karena harus mengurus sesuatu yang penting. Dan perempuan itu," dia menunjuk kegantungan di kaca spionnya, "dia adalah noona-ku."

Aku mengerutkan dahi, "apa kau bisa membaca pikiran?" Dia menggeleng. "Lalu?"

"Insting," jawabnya sambil nyengir (lagi). Aku tidak mengerti apa maksudnya tapi yasudahlah, yang penting dia tidak punya pacar. Saat dia bilang "pacar", aku merasa hatiku seperti keripik yang diinjak. Tapi setelah dia bilang yang sebenarnya, itu kembali seperti hati yang sempurna.

"Sampai kapan kita mau berhenti disini? Dimana rumahmu?" tanyanya. Aku memberitahu alamat rumahku dan sepertinya dia tahu itu dimana.


Kami sampai dirumahku. Saat aku mau membuka pintu, dia mengunci pintunya lalu menarikku. "Apa..."

Greb...

Dia memelukku. Kim Jongin, laki-laki yang nyaris sempurna itu memelukku. Aku diam tidak bergerak atau bicara sama sekali.

"Maaf mengagetkanmu," katanya lalu melepas pelukan. Dia membuka kunci mobil dan mengucapkan selamat malam untukku. "Semoga kau datang ke perpustakaan itu lagi. Goodnight," lanjutnya sambil tersenyum.

Aku membuka pintu mobil, tanpa sengaja mata kami bertemu, aku langsung melihat kearah lain. "Terima kasih sudah mengantarku."

Dia hanya tersenyum lalu aku menutup pintu mobil. Setelah itu mobilnya melaju kencang.

Jongin sering tersenyum. Setiap dia tersenyum atau tertawa, aku merasa seperti ice cream yang di jemur di padang pasir. Ya, meleleh tapi tetap manis. Hahaha.


 




Satu tahun kemudian

"Sehunnie, apa kau sudah mengembalikan bajuku yang kau pinjam minggu lalu?"

Aku mengeluh, "aku sudah mengembalikannya tiga hari yang lalu!"

"Masa?" jawabnya. Aku membalasnya dengan muka jutek. Lalu dia menggangguku yang sedang bermain game di laptop. Dia memang jahil dan ribut. Walaupun begitu, aku tetap menyayanginya.

"Yah, jadi kalah gara-gara kau, Jongin!" aku menggerutu dan mematikan laptop. Dia mentertawaiku, dia senang sekali kalau aku sudah ngambek.

"Maaf Sehunnie, ayo tiduran di sampingku," katanya sambil menepuk-nepuk kasur. Aku merangkak ke sampingnya.

Kami sedang berlibur. Kamar yang kami pesan menghadap ke pantai, pemandangannya sangat indah. Tapi tidak seindah Jongin. Kim Jongin; pacarku, aku tetap menganggap dia datang dari surga. Dia hampir sempurna, dan aku bangga dia adalah milikku. Saat dia memberitahu perasaannya padaku, aku merasa seperti orang paling bahagia di dunia. Bagaimana tidak, orang yang kucintai, orang yang nyaris sempurna, dia mencintaiku. Dan aku juga mencintainya.

"Sehunnie, aku ingin memberitahu sesuatu," kata Jongin sambil mendekatkan bibirnya ke kupingku.

"Apa itu?" tanyaku.

"Saranghae," bisiknya. Aku tersenyum dan mencubit pipinya. Lalu kami berpelukan dalam posisi tiduran.

***

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Yoyu1211 #1
Chapter 1: Yuhuu.. sweet, karakternya kai keren!!
khyrawr #2
Chapter 1: Romantis bangett halaah
lightseeker
#3
Chapter 1: Sekai! Fluff! Gakuat! Manis banget!; keep writing authornim
jongkray
#4
Chapter 1: seru ini seru... sehun yang ngebet ke kai... tapi kai juga sih... lanjut dong~~~
ayanesakura #5
Chapter 1: ahhhhh ya Alloh... sumpret demi s line sehun yang lebih w-o-w dari kembaran ane - re: yoona - ceritanya unyu bngt!!! ahhh buat lagi dong...
guylian #6
Chapter 1: Wahhhh, sekai is cuttteeee~
diaheka #7
Chapter 1: ada sedquel g?
bagus..kan sayang kalo udah tamat..huwaaaa
flowerfly #8
Chapter 1: Not fond at reading in bahasa but the ending is so cute, they're cuddling cx