Final

{INDONESIAN} Goodbye chanyeol

Mengenakan sepatu berhak lima senti membuat Summer kesulitan untuk berlari, belum lagi gaun selutut yang dikenakannya berkibar-kibar tertiup angin. Dinginnya malam tak membuat peluh yang hendak menetes didahinya tertahan. Rambutnya yang digulung ke atas bahkan ada beberapa yang menjuntai menutup sebagian penglihatannya. Summer menghela nafas lega saat melihat siluet seorang pemuda yang tengah bersandar pada dinding. Dia berhenti sejenak untuk mengatur nafas dan membenahi penampilannya.

“Kau sudah lama?” tanya Summer saat dia tiba. Pemuda itu membuka matanya, Summer bahkan tak menyadari jika sedari tadi mata Chanyeol tertutup Summer bersyukur karena lampu temaram yang menerangi sedikit menyamarkan sosok pemuda itu sehingga dia tak perlu melihat pesonanya. Karena saat ini, dia yakin pemuda itu pasti terlihat sangat tampan

“Ck. Kenapa lampu disini gelap sekali? Aku tidak bisa melihat wajahmu dengan jelas, ayo ikut aku,” katanya seraya menggandeng tangan Summer. Gadis itu hanya bisa melongo mendapati kejadian tiba-tiba itu. Darah disekujur tubuhnya berdesir saat tangan kokoh itu menggenggam tangannya dengan erat. Kembali rasa nyaman itu menyinggahinya..

“Are you okay? Kau tampak tidak baik-baik saja,” tanya Chanyeol seraya tersenyum meremehkan. Summer segera menyentakkan tangannya hingga terlepas dari genggaman tangan Chanyeol, membuat pemuda itu tersentak kaget.

Summer mendongak menatap pemuda itu yang juga tengah menatapnya. Glek. Dia menelan ludah saat melihat wajah tampan pemuda itu tepat di depannya, hanya berjarak tiga puluh senti dan itu cukup membuatnya menahan nafas. Chanyeol bahkan terlihat jauh lebih tampan dari apa yang dibayangkannya. Dalam balutan jas hitam serta kemeja putih yang membalutnya, rambut pendek pemuda itu—yang dia sendiri tidak tahu sejak kapan dia memotongnya—terlihat sangat sesuai dengannya.

Summer mengerjap dan menolehkan kepalanya ke samping saat tangan Chanyeol menggenggam tangannya erat. Chanyeol tak mengindahkan tatapan gadis disampingnya, dia hanya memandang lurus ke depan. Mata teduh yang biasanya berbinar itu kini tampak layu, membuat Summer merasakan sesak.

“Jangan dilepaskan! Kau sudah menyakitiku sejauh ini, apa ini belum cukup untukmu?”

Chanyeol mengucapkannya entah sebagai gumaman atau memang sengaja menyindir Summer. Dan telak, perkataan pemuda itu menancap ke ulu hati Summer. Gadis itu meringis menahan sakit yang dirasakannya. Apakah dirinya sekejam itu?

“Bagaimana perasaanmu sekarang?” tanya chanyeol ketus

“Im really happy” gumam summer. Chanyeol semakin mengeratkan genggaman tangannya.

“Lepaskan tanganku, kau menyakitiku Chanyeol,” lirih Summer.

Chanyeol tersentak kaget mendengar lirihan gadis itu. Segera dia melepaskan tangan Summer. nafasnya tak teratur menahan emosinya. Pemuda itu kini berjalan ke depan Summer sehingga kini keduanya berhadapan. Tangan kanannya menarik dagu Summer, membuat gadis itu kini terpaksa mendongak dan menatapnya.

“Maafkan aku….”

Summer memalingkah wajahnya yang terasa panas. Berhadapan dengan pemuda itu setelah dua tahun menjalin hubungan nyatanya tetap membuatnya gugup dan berdebar tak karuan. Mata teduh itu, seperti kata Dara, benar-benar menenangkan dan seolah memiliki kemampuan untuk menghipnotis orang.

“kau tau alasanku kenapa menerima pernikahan tidak jelas ini?? Karena Lebih baik aku menikah dengan kakakmu dan bisa melihatmu dari pada aku harus melihat kau membenciku”

Chanyeol mengucapkannya dengan pelan namun tegas, terdengar begitu jelas—sangat jelas ditelinga Summer

“Thanks for everything…”

Canyeol tersenyum tulus. Dadanya sesak saat kembali mendapati air mata Summer mengalir lagi. Dia tidak menyukai gadis itu menangis. Sebisa mungkin, dia akan menghindari matanya untuk melihat Chanyeol menangis.

“Ini terakhir kalinya aku melihatmu menangis, berjanjilah padaku,” pinta Chanyeol. Summer mengangguk. Sebisa mungkin dia tersenyum saat melihat punggung chanyeol yang semakin menjauh. Seiring langkah kaki yang menggema itu, bertambah pula paku yang ditancapkan ke jantungnya, satu persatu.

“aku harus pergi sekarang”

Incheon Airport

Sepuluh menit lagi pesawat tujuan Jepang akan segera take off. Gadis berkacamata itu memandang langit biru dari balik jendela kaca. Kelas bisnis yang dipilihnya memang sesuai dengan jutaan won yang dikeluarkannya.

Sedari tadi dia tampak tak bersemangat. Wajahnya kuyu, kantung mata tergambar jelas di bawah mata beningnya. Tas tangan dalam pangkuannya tergeletak begitu saja. Sapaan sang pramugara-pramugari tak digubrisnya.

“selamat tinggal chanyeol, selamat tinggal kebahagiaan dan harapan yang tak akan pernah bisa aku gapai, selamat jalan korea”

Deru pesawatpun menandai keberangkatan pesawat summer ke jepang. Meninggalkan segala kenangan di korea bersama chanyeol

“Goodbye Chanyeol”

END

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet