Bersamaan dengan matahari yang perlahan menghilang tergantikan malam, lampu kerlap kerlip yang mulai memancarkan sinarnya satu persatu. Ditemani secercah harapan yang menjadi pegangan, gadis bersurai hitam legam itu berlari. Giginya bergemeletuk menahan dinginnya angin malam. Sorak sorai yang dirasanya hampir menulikan telinga membuatnya ingin berbalik tanpa sadar. Hingga kesadaran menghempasnya pada mimpi siang bolongnya. Mimpi tentang masa depan. Mimpi yang tak berani direngkuhnya.

“hai” seorang menepuknya dari belakang. Summer mendongak. Matanya terbelalak barang sejenak senyum sumringah jelas terukir di bibirnya “happy birthday summer” kata lelaki itu sambil memberi bingkisan berwarna pink.

“apa ini, dan bagaimana kau bisa tau aku ada disini??”

“radarku selalu bisa menemukanmu summer”

Gadis itu tertawa lepas. Tawa yang berartikan sebuah kebahagiaan untuknya, untuk semuanya. Dua anak manusia, sebagaimana layaknya laki-laki dan perempuan pada umumnya. Menikmati keindahan yang diciptakan manusia. Seperti senyum manis pemuda bermarga Park di samping Summer, seperti mata bulat gadis dalam genggaman Park Chanyeol.

“sebentar lagi aku akan pergi” kata summer

Matanya menerawang. Dia diliputi perasaan bersalah. Memori memori masa indahnya bersama chanyeolpun menyeruak. Chanyeol terus mengeratkan genggaman tangannya digadisnya mengungkapkan makna tersirat tak mau kehilangan summer.

“maafkan aku” Chanyeol merunduk. ada nada penyesalan di perkataan chanyeol

Summer menghela napas panjang sambil melepaskan eratan jari jemari chanyeol, dia berjalan menjauhi chanyeol

“Sudahlah, segalanya telah terjadi Chanyeol, mungkin ini yang terbaik untukmu dan untukku tentunya” dia tersenyum, senyuman antara kebahagiaan dan penyesalan yang diyakini akan menjadi penyesalan terbesar dalam hidupnya. Merelakan pria yang dicintainya menikah dengan gadis lain dan parahnya gadis lain itu adalah, kakak kandungnya sendiri. Entahlah membayangkannya saja sudah membuat perut mual