Final

When Raining Comes

Chanyeol membenci hari hujan seperti ia membenci diri sendiri karena merasa sepi. Hujan menyedihkan, membawa kenangan buruk bernafas lagi. Dan karena hujan ia harus merelakan sebelah tangannya untuk membawa payung. Chanyeol tahu bahwa jengkel hanya karena membawa payung terdengar kekanak-kanakan, tapi inilah Chanyeol, pegawai biasa dengan kehidupan konstan tanpa tanjakan ataupun tikungan. Chanyeol tidak merasa bosan, ia merasa nyaman. Karena dengan begitu ia merasa mampu mengendalikan waktu, dan bukannya dikendalikan oleh waktu hingga harus membuatnya berlarian hanya untuk mengejar bus. Seperti pagi ini ketika ia berat membuka matanya karena udara dingin yang menyergap. Membuat Chanyeol bergumam dan menarik selimut ketika mendengar suara alarm.

Pagi ini Chanyeol benar-benar berlari, mengejar bus yang mengabaikan suara teriakannya. Ia mengumpat, menggerutu keras kepada hujan yang seakan mengejek. Ia mengedarkan pandangan, menatap halte kosong yang menjadi tempatnya berteduh. Ia benar-benar tidak bersemangat bekerja, hal pertama yang ingin dilakukannya adalah pulang dan kembali menyembunyikan tubuhnya di balik selimut. Jadi ia melakukan pilihan pertamanya itu. Chanyeol bukan seorang pegawai malas, tapi setiap orang selalu punya pengecualian bukan? Dan tentu saja ini saat pertama Chanyeol mengabaikan tugas dan justru dengan bahagia melangkahkan kaki pulang ke apartemen mungilnya. Ia meraih ponsel di saku jasnya dan mengetuk beberapa angka, menunggu suara yang tak asing di telinganya menjawab.

“Chanyeol?”

“Kris, boleh aku minta libur tahunanku hari ini?”
“Kau bercanda?”

“Kuanggap itu sebagai ya.”

Tanpa menunggu jawaban Chanyeol langsung memutus percakapan mereka. Dia tahu apa yang dia lakukan bisa disebut kasar tapi toh Kris bukan orang lain bagi Chanyeol. Mereka berteman bahkan sejak masih dalam kandungan. Chanyeol tak punya sahabat lain selain Kris meskipun Kris mempunyai begitu banyak sahabat selain Chanyeol. Mereka mirip satu sama lain, hanya saja aura mengintimidasi Kris justru terlihat menarik bagi orang lain, ketika Chanyeol hanya akan membuat orang lain menjauh. Karena Chanyeol tidak suka mengabiskan waktunya dengan orang yang tidak ia kenal. Seperti saat ini, ketika seorang pria berlari kearahnya dengan tubuh basah dan wajah tertutup topi.

“Hey!” Chanyeol berteriak sekuat tenaga, menunduk memandang bajunya yang mulai basah karena tetesan air yang jatuh dari topi pria itu. “Maaf, aku tidak menemukan tempat berteduh di sekitar sini.”

Suara pria itu lembut, bukan lembut seperti seorang wanita tapi menangkan, rendah dan halus.

“Baekhyun – Byun Baekhyun, kau?”

“Chanyeol.”

Menyadari matanya hanya sebatas dagu Chanyeol membuat Baekhyun menunduk karena ia bisa melihat leher jenjang dan ramping di hadapannya. Canggung Baekhyun memandang apapun kecuali Chanyeol. Berbeda dengan Chanyeol, Baekhyun sudah menyadari sosok tampan yang sedang ia tuju. Setelan hitam tegas, rambut yang tersisir rapi, rahang tegas dan bibir yang lembut. Baekhyun tahu ia tidak seharusnya menghentikan seseorang hanya untuk berteduh tapi ia benar-benar tak melihat tempat lain di sekitar mereka. Dan payung berukuran sedang ini sama sekali tak membantu ketika Chanyeol hanya menggunakannya untuk dirinya sendiri, jadi ia menggenggam tangan Chanyeol dan menariknya mendekat. Chanyeol mengerjap, merasakan tangan hangat yang menggenggam jemarinya.

Tanpa disadari sebelah tangan Chanyeol menarik topi yang menghalangi pandangan dari sosok di hadapannya. Rambut coklat perlahan terbebas, tersikap angin memperlihatkan bibir mungil yang sedikit gemetar karena kedinginan. Baekhyun meraih topi yang masih menggantung di udara, membebaskannya dari genggaman Chanyeol dan menunduk. Seperti yang kita ketahui, Chanyeol membenci hujan sepanjang umurnya. Tapi saat ini, ia bahkan tidak sadar dan tidak mnghiraukan tetes air yang membasahi bahunya. Hal pertama yang ia lakukan ketika melihat Baekhyun menunduk adalah menjatuhkan tangannya di pipi lembut Baekhyun dan menarik dagu pria itu hingga tatapan mereka bertemu.

Sunyi dan tenang, tak satu pun dari mereka bersuara. Baekhyun terpaku memandang mata jernih Chanyeol sedangkan Chanyeol sama sekali tak tahu apa yang sedang ia lakukan. Baekhyun seharusnya seorang pria biasa dengan pakaian santai dan topi konyol, tapi yang ia tatap adalah seorang pria manis, dengan hidung runcing lembut dan bibir mungil. Baekhyun mengerjap dan membasahi bibirnya gugup, tapi aktivitas ringan itu justru mendorong Chanyeol menundukkan wajahnya mengabaikan tatapan mata Baekhyun yang melebar. Bibir hangat Chanyeol menemukan bibir dingin Baekhyun yang gemetar. Menutup matanya merasakan sensasi dingin dan halus. Ciuman ini bukan ciuman seperti yang sering kita lihat dalam film romantis, ciuman ini hanya antara satu bibir yang menempel dengan bibir yang lain. Mengenal dan membiasakan, hingga Chanyeol merasakan genggaman Baekhyun yang menguat di sekitar jemarinya. Tanpa berpikir Chanyeol menutup jarak antara mereka dan melingkarkan lengan di pinggang Baekhyun, menariknya mendekat dan membelai punggung Baekhyun menenangkan. Chanyeol memangut pelan dan membuat Baekhyun tersedak, kasar melepaskan diri dari pelukan Chanyeol dan berlari tanpa memandangnya untuk kedua kali. Meninggalkan Chanyeol terpaku memandang siluetnya yang tehapus hujan.

“!”

Chanyeol menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan menunduk, memungut topi yang tergeletak disamping kakinya. Mengumpat pelan ketika menyadari hujan masih keras menghantam.  “Hari yang sempurna.” Ucap Chanyeol dengan nada menyindir sambil menatap langit.

Kali kedua Chanyeol dan Baekhyun bertemu, hujan masih menghiasi langit dan menghantam bumi dengan nyaring. Ketika Baekhyun duduk di sebuah café sambil meminum coffe latte yang mulai mendingin di tanganya, memperhatikan rintik hujan yang menghiasi kaca. Mengabaikan orang-orang yang lalu lalang dan kegaduhan lonceng pintu ketika seseorang mendorongnya terbuka.

“Dua coffe latte dan berikan aku kue itu.”

Kris santai bersandar di meja kasir dan memandang sahabatnya yang masih berdiri di pintu masuk, berusaha menyingkirkan rintik air yang membasahi bajunya. Melihat kebiasaan sahabatnya itu membuat Kris tertawa dan menggeleng. Ia tahu Chanyeol sangat membenci hujan tapi ia tidak pernah tahu apa alasannya begitu membenci hujan.

“Hentikan, kau membuatku ingin tertawa.”
“Diam, kau sudah melakukannya bodoh.”

Kris tergelak mendengar jawaban dari Chanyeol dan berbalik mengambil minumannya. Berjalan menjauh mencari tempat untuk mereka duduk. Sedangkan Chanyeol hanya menggeleng dan menyusulnya, mengedarkan pandangan hingga matanya menangkap sosok familiar di ujung ruangan. Sebelah tangannya menggenggam cangkir kopi ketika yang lain tergeletak tenang di meja, mencondongkan tubuhnya ke depan sambil menunduk, sesekali mengalihkan tatapannya ke jendela kaca. Chanyeol hanya berdiri terpaku memandang Baekhyun hingga Kris menarik lengannya dan memaksanya duduk.

“What the hell?”

Kris menatap Chanyeol penuh tanya dan mengikuti arah pandangan sahabatnya. Melihat seorang pria dengan kemeja putih dibalut blazer biru langit berambut coklat lembut. Hingga suara lonceng mengalihkan tatapan Kris ketika seorang pria berambut madu berjalan menuju meja pria berambut coklat.

“Kau mengenalnya?”
“Baekhyun – Byun Baekhyun.”

“Dia sangat indah, lihat rambutnya.”

Chanyeol mengernyit dan memandang sahabatnya dengan tatapan aneh seakan sahabatnya itu memiliki dua kepala.

“Kau bercanda Kris?” Chanyeol berusaha mengendalikan suaranya senormal mungkin. “Aku tidak pernah bercanda dengan apa yang kuucapkan.”

Kris berdiri dan merapikan jasnya yang sama sekali tidak kusut.

“Kau mau kemana?”

“Menyapanya.”

“Tidak! Jangan pernah lakukan.”

Tanpa berpikir Chanyeol berjalan menuju meja Baekhyun hingga ia berdiri disampingnya. Meletakkan sebelah tangannya di bahu Baekhyun. Membuat Baekhyun mengangkat wajah dan melebarkan mata ketika melihat Chanyeol sedang berdiri di hadapannya. Seketika Baekhyun berdiri, meletakkan cangkir ditangannya dengan gugup dan mendorong Chanyeol menjauh. Sekali lagi berlari meninggalkan Chanyeol tanpa melihat ke arahnya. Mengabaikan hujan yang mengguyur.

“Apa yang kau lakukan?” Chanyeol akhirnya menyadari Baekhyun tidak duduk sendiri, dan sekarang ia tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan pria disampingnya itu ketika otaknya juga bertanya hal yang sama pada dirinya sendiri.

“Chanyeol, kau baik-baik saja?”

“Kris. Owh Kris! Jangan pernah berpikir mendekatinya lagi!”
“Hey! Bukan dia, tapi dia.”

Kris mengangkat tanganya menunjuk seseorang yang sedang berdiri di antara mereka dengan wajah bingung.

“Kris – Kris Wu.” Kris mengulurkan tangannya yang dibalas genggaman ragu dari pria dihadapannya. “Lu han.”

Hari ini tepat seminggu setelah pertemuan kacau mereka di café, ketika Kris menghabiskan hampir semua waktunya bersama Luhan, Chanyeol masih terpaku menatap kursi tempat Baekhyun duduk dengan tatapan bingung. Atau sekadar berjalan melewati trotoar tempat mereka berdiri dalam hujan. Chanyeol tahu cara termudah bagaimana menemukan Baekhyun, tapi apakah ini yang ia inginkan? Ketika Baekhyun hanya akan berlari meninggalkannya setiap mereka bertemu?

Dan disinilah Chanyeol, berdiri dalam hujan, memandang di kejauhan. Setengah berharap ia dapat bertemu baekhyun atau sekadar melihatnya melintas. Ia tahu ada yang aneh dengan dirinya sejak ia bertemu Baekhyun. Karena jantungnya akan berdetak kencang ketika ia melangkahkan kaki memasuki café tempat mereka bertemu, berharap menangkap sosoknya. Atau ketika berdiri di halte, berharap menemukan Baekhyun dalam kerumunan. Chanyeol masih membenci hujan, tapi tidak pernah ia menantikan berjalan dalam hujan seperti saat ini, berharap Baekhyun akan berlari dan berteduh di payungnya.

Chanyeol menghembuskan nafas pelan, sedikit menyalahkan hujan karena memberi harapan kebahagiaan yang tak kunjung datang. Ia mencengkeram erat payungnya ketika seseorang memeluknya dari belakang, atau lebih tepatnya melemparkan tubuhnya ke punggung Chanyeol. Senyum menghiasi bibir Chanyeol, ia tahu punggungnya basah dan ia bisa merasakan dingin mulai merobek kain yang membalut tubuhnya tapi tidak ada hal yang paling menyenangkan daripada menggenggam tangan yang kini melingkar di perutnya. Mungkin aneh, meski hanya sekali ia merasakan tangan itu tapi ia merasa tidak asing dengan kehangatannya. Chanyeol lega, bahagia, dan setidaknya Baekhyun tidak lari darinya untuk saat ini.

“Kenapa kau sangat lama?”

“Kau membuatku takut.”

“Dan sekarang kau tidak takut?”

“Sekarang tidak.”

“Kenapa kau takut?”

“Kau menciumku di hari pertama kita bertemu.” Chanyeol tersenyum mendengar nada memprotes dari balik punggungnya. Suara lembut itu, Chanyeol rela menghabiskan harinya di tengah guyuran hujan jika itu artinya ia bisa mendengarkan suara Baekhyun lebih lama.

“Dan aku masih bisa menciummu di hari ketiga kita bertemu.”

Baekhyun memukul pelan perut Chanyeol, yang dibalas dengan tawa rendah. Sama sekali tidak mempedulikan beberapa orang yang menatap mereka dengan penuh tanya.

“Kau tidak dingin?” Chanyeol bertanya pelan, nada khawatir terdengar dari suaranya. “Tidak.”

“Dari mana kau tahu aku disini?”

“Hampir setiap hari Kris memenuhi kotak pesanku.”

“Pria itu-- .”

“Kau tidak ingin memelukku?”

“Kau memelukku terlalu erat.” Chanyeol tergelak dan melepas pelukan Baekhyun, membalik tubuhnya hingga akhirnya mata mereka bertemu. Menatap Baekhyun yang sedang mengerutkan dahi dan menatapnya curiga.

“Hmm?”

Chanyeol menaikkan alisnya penuh tanya ketika senyum mengulas di bibirnya.

“Jangan lagi berpikir menciumku di depan umum.”

Senyum Chanyeol melebar dan memeluk erat tubuh Baekhyun, melupakan payung yang kini tergeletak di sisi mereka. Hujan masih menyebalkan, karena mendung yang membuatnya terlihat suram. Tapi Chanyeol tahu kini ia tak akan pernah bisa membenci hujan, karena hujan sama artinya dengan Baekhyun. Hujan yang mempertemukan mereka. Dan hujan yang menyatukan mereka.

“Kita harus membeli payung yang lebih besar.”

Baekhyun mulai menggerutu ketika air terus membasahi sisi bahunya. Menyeka air yang konstan menetes di bahunya dengan gerutu lemah meski akhirnya ia akan tertawa ketika Chanyeol melingkarkan lengan di bahunya. Chanyeol masih tersenyum, sibuk memandang sosok dihadapannya dengan lengan yang begitu menyenangkan di genggamannya. Memandang mata yang sedikit menyipit ketika hujan tertiup angin dan menerpa wajahnya. Sesekali Baekhyun mengulurkan tangannya ragu menyentuh hujan sebelum menariknya kembali. Memandang bibirnya yang tertarik dan tertawa dengan suara dalam ketika tak sengaja menginjak genangan air.

“Aku tidak suka.”

“Kenapa?”

“Hanya menambah ruang diantara kita”

Dalam hati Chanyeol selalu berterimakasih kedapa hujan yang selalu turun dan memberikannya kebahagiaan. Meski masih, hujan sangat menyebalkan.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
northerndownpour
#1
Chapter 1: Kalo aku sampai sakit gigi, aku nyalahin fic ini ya. Manis banget soalnya ><
Nisa_Park
#2
Chapter 1: aih.. Setelah tadi baca ff BaekYeol yg angst, sekarang baca yg fluff.. Ini bisa jadi penawar kegaloanku tadi! Wkwkwk

BAEKYEOL SWEET BANGET!
JADI PENGEN GIGIT
lightseeker
#3
Chapter 1: Baekyeol omg sweet banget scenee terakhirnya;) keep writing!
BaeKyu8892 #4
Chapter 1: iseng nemu FF ini...
manis sampai perlu insulin *plakk*
keep writing author-nim
tinggal perlu diperhatiin aja penulisan dan penggunaan tanda bacanya
kkamJUN #5
Chapter 1: so sweet !!
(´⌣`ʃƪ)
i love this story ..ringan tp manis.nya ngena bgt..
Bkn gegulingan ..
Aaakk.. /pingsan di pelukan chanyeol/
Changsha #6
Chapter 1: ceritanya manis banget kak Author dan hujan membuatnya menjadi romantis. Terima kasih dan tetap semangat dalam memproduksi cerita manis lainnya ya :D
dragonxdeer
#7
Chapter 1: Cuyuuuuuuuuuung, boleh aku nabok kamu? >_< This is too sweet, really really sweet. Pagi-pagi baca ini perutku mules bahagia (?) #abaikan. Boleh kritik juga, kan? Perhatikan tanda bacanya. Aku tadi bacanya agak bingung di beberapa kalimat. Ada satu atau dua typos juga. But overall, AMAZING! >_<
Dan maaf juga ga bisa translate-in. Aku minim vocab. Tahu sendirilah ff english-ku ancur syalala =.=v tapi kalo ada waktu luang boleh aku coba, ya?
jaexyong9597
#8
Chapter 1: AAAAAAAA demi apaaaa!!! You did it, sweetheart! You did it! YOu really wrote this 'romance in the rain' story and you wrote just like what I imagined it to be!!! sobs sobs sobs
for translating, I really want to help, but unfortunately I;m not confident enough with my English because if you translate this fic in English, it'll need advance level English. and those Indonesian-like idoms and phrases you use will be rather difficult to translate. hiks hiks so sorry...that my English isn't that good~ :(
diaheka #9
Chapter 1: speechles...sumpah demi Chanyeol yang rela ngelamar gueh..ini cerita bagus banget. setelah sekian lama tak menemukan chanbaek story yang bikin perut dikerumuni kupu-kupu
mrpickles #10
good story.