Si pemain

Touch of Fear: Indonesian Translation

Hyejin tersentak kaget ketika gelas tersebut menyentuh lantai dan pecah. “Unnie,” ia berbisik, terintimidasi.

“Kau jatuh cinta?” Ara bertanya pelan-pelan, mengambil nafas yang dalam untuk menenangkan dirinya, dan jongkok untuk mengambil pecahan gelas yang besar. Melihatnya, Hyejin mengikuti Ara dan mengeluarkan tangannya untuk mengambil satu pecahan, tetapi Ara mendorongnya pergi. “Jangan.”

“Kau akan melukai dirimu sendiri. Ambilkan pelnya saja.” ia berkata. Hyejin melihatnya, tak yakin apa yang harus dilakukan, baru mengambil pelnya. Sambil memegang kayunya dengan kuat, ia mengambil nafas yang dalam. Tanpa berkata apa-apa, ia mengepel air yang jatuh di lantai. Kakaknya telah mengambil semua pecahannya dan dalam sekejap, lantai itu terlihat indah lagi.

“Siapa itu?” Ara bertanya, suaranya sangat rendah, hampir saja tak terdengar. Hyejin menggigit bibir bawahnya dengan tegang sambil menaruh pelnya di sebelah meja. Ia mengusap tangannya di atas pahanya dan melihat ke samping. Kegembiraan tadi sudah hilang; digantikan dengan kecemasan. Sudah bisa dilihat dari reaksi Ara tentang kabar ini, bisa-bisa ia menyobek bantal ketika mengetahui siapa orangnya.

“Kai.”

Mereka berdua diam sejenak hingga akhirnya mulut Ara terbuka. “Kai?! Kai itu?! Salah satu dari para Raja?!” Ia separuh berteriak.

Hyejin menutup matanya dan mengangguk pelan.

“Aku sudah takut itu akan menjadi orang dari sekolah kita. Tetapi untuk berpikir itu salah satu para Raja! Mereka adalah orang paling kaya dan sombong dan jahat --“

“Unnie!” Hyejin berteriak dan memegang tangan kakaknya.

“Kau bahkan tak mengenalnya secara personal. Bagaimana bisa kau berkata mereka sombong?” Ia melengking, terluka melihat kakanya mempunyai gambaran buruk tentang orang yang dicintainya. Ia tidak terlihat sombong sama sekali di matanya.

“Jadi? Kau mengenalnya secara personal?” Ara memberi adiknya tatapan yang tajam. Hyejin menelan ludahnya. Sebenarnya, ia juga tidak mengenalnya secara personal; mereka hanya berbicara sekitar dua kali, namun ada rasa ting di hatinya, dan itu terasa sangat, sangat indah.

“Aku mengenalnya lebih baik daripada kau,” Hyejin berkata dengan pelan.

“Berapa lama kau berada di sekolah ini? Satu minggu? Tidak mungkin kau jatuh cinta dalam satu minggu!”

“Tetapi aku jatuh cinta!” Hyejin berteriak, dan kakak perempuannya menelan ludah ketika melihat air mata Hyejin. Oh boy. Hyejin adalah seorang crybaby dari dulu ..

Ara melihat adiknya menggoyangkan kakinya dengan takut. Lagi dan lagi. “Aku mau menembaknya,” dia berkata pelan, bermain dengan tangannya. Ara menatap Hyejin lagi dengan kata itu. “Tidak. Kau mau patah hati?” Ia bertanya dengan polos, mengingat-ingat kejadian gadis yang ditolak salah satu raja -Chanyeol- tadi.

“Unnie. Tolong jangan terlalu pesimis, aku mohon,” Hyejin berbisik pelan dan mencibir sedikit. “Aku tau reputasi Kai sebagai playboy kelihatan jelek, tetapi aku sangat meyukainya -”

“PLAYBOY?!” Ara hampir berteriak dan gadis itu menyalahkan mulutnya yang terlalu polos. Ara bahkan tak mengetahui reputasinya ... tetapi dia baru saja menambah garam di luka (peribahasa bahasa inggris). Hyejin melangkah mundur dengan takut.

“Aish. Playboy atau bukan, aku tak peduli,” Ara tiba-tiba bergumam lalu menarik bahu adiknya. “Hye, kau tak boleh jatuh cinta sekarang. Kau baru saja masuk sekolah ini. Nilaimu harus bagus. Dan bukankah kau baru mulai bekerja paruh waktu?” Ia berkata, sesaat setelah ia telah menenangkan dirinya.

“Unnie, aku rasa aku benar-benar jatuh cinta. Tingling itu. Kau tahu, perasaan senang dan gugup itu. Sangatlah ... kyaaah,” Hyejin berkata, bagaikan dalam mimpi. Mata Ara berkedut ketika mendengar suara adiknya yang seperti sedang bermimpi. Cinta. Ugh.

Tiba-tiba Hyejin menarik tangan kakaknya. “Unnie, tolong biarkan aku mencoba. Aku berjanji aku akan tetap serius di bidang pelajaran dan pekerjaanku!” Ia memberi kakanya wajah yang sangat memohon, sehingga Ara tak tahu apa yang perlu ia jawab.

Pekerjaan dan sekolah. Itu semua hanya alasan buta. Alasan yang sebenarnya adalah Ara takut Hyejin akan patah hati. Ia tidak mau melihat adiknya yang manis dan polos, dipatahkan hatinya.

Ia melihat tatapan adiknya yang sangat tulus. Mata yang sangat besar, kaya dengan coklat. Mata yang menunjukan bahwa ia masih seperti anak kecil. Ia tidak bisa bertengkar dengan adiknya. Tentu saja, adiknya sudah jatuh cinta dengan lelaki Kai itu.

The more you do, the harder you try, the more painful, it’ll be.

Ara mendesah dengan kesal. “Oke.” Ara melepaskan tangannya dari pegangan Hyejin. Sesaat kemudian gadis itu pun melonjak kegirangan, “Yay! Terimakasih, Unnie!” dan memeluk kakaknya. Ara melepaskan pelukan itu dan kembali duduk di kursinya.

“Jangan .. jangan membiarkan dirimu patah hati,” Ara berkata dengan suara yang sangat kecil, siap untuk pergi. Hyejin memiringkan kepalanya karena tidak mendapat apa yang dikatakan kakaknya. “Apa?” Ia bertanya dengan senyuman yang lebar. Ara yang membuka mulutnya untuk menjawab, melihat senyuman lebar itu dan menggelengkan kepala. “Tidak ada apa-apa.”

-

Hari-hari pun berlalu. Berangkat ke sekolah, kerja, tidur. Iniilah rutinitas Ara dan tidak ada yang berubah, kecuali bagian dimana ia menyalakan telinganya untuk gosip-gosip yang menyangkut Kai. Yang ia ketahui: Kai adalah anak dari CEO yang sukses, mempunyai adik perempuan, murid biasa dalam pelajaran, pintar dalam olahraga, dan tentunya, ia adalah seorang playboy.

Berbicara tentang iblis, Ara berpikir, mengerutkan keningnya ketika ia melewati halaman dan melihat Kai. Seperti biasa, dikerumuni para perempuan. Dari pojok matanya, ia dapat melihat Kai mengambil saputangan seorang gadis dan memberinya balik dengan senyuman.

Ia membuat muka melihatnya. Sungguh cliché. Ketika pandangannya bertemu pandangan Kai, ia menyadari bahwa ia telah melihatnya dengan wajah yang tidak menyenangkan. Lelaki itu memberinya salah satu senyuman sinisnya, namun tidak mendapatkan reaksi seperti biasanya. Yang membuatnya kaget adalah: Ara memberinya muka yang menandakan ia jijik.

Ara berbalik badan dan meninggalkan tempat itu.

Kai yang masih dikerumuni para perempuan memiringkan kepalanya. Gadis yang aneh.

Ketika Ara mulai jalan pergi, ia hampir saja menabrak seseorang, namun karena refleksnya yang cepat ia segera  minggir. Tanpa melihat orang itu ataupun meminta maaf.

Orang itu, seorang lelaki, memutar kepalanya dan melihat Ara dengan wajah bosan. “Sehun, apa yang kau lakukan?” Ia mendengar Kai memanggilnya dan berbalik badan. Angin yang kencang meniup rambutnya, membuat gadis-gadis di sekitar Kai berteriak.

“Apa yang sedang kau lakukan? Melihat udara?” Kai menggodanya, senyuman nakalnya mulai keluar. Para perempuan itupun tertawa. Sehun memiringkan kepalanya dan melihat arah kemana gadis itu pergi, mukanya tetap blank. “Bukan apa-apa.”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
oohhada #1
Boleh ku repost ke wattpad ga? Aku ga bakal ngaku2 itu karya ku kok. Janji
namnamira #2
Chapter 3: chapter 4nya dong... jebal..
anabil #3
Siiplah siip!!! !!!!
anabil #4
Siiplah siip!!! !!!!
herlianana #5
Chapter 3: Next dong '3'
riima_park #6
Chapter 3: lanjut dong thoooooooooooooooooooooooooooooooooooooor ..huhue
udah bgus ,sayang klo gx d lnjoot ..
Lilya-Lilac #7
Chapter 3: menunggu chapter 4 lagi, semoga eonni bisa ngepost lanjutan ff ini lagi..
nelaeppo #8
Chapter 1: ijin baca yaa :3
deeo95 #9
Chapter 3: Unnie chapt 4 juseyo~ :"
sunggaeul #10
Chapter 3: chap 3 udh,,
tpi chap 4 nya kapaaaan..?????
Lanjuuuuuttt.. Jebaaaalll.. ( ; _ ; )..