Unpredictable Life with Jinki part 3

Unpredictable Life with Jinki

@seoul

Aku berjalan gontai menuju kelasku namun seseorang menghentikan langkahku.

Nayeong: apa yang kau fikirkan sampai kau tidak mendengar aku berteriak-teriak memanggil namamu?

Hyejin: mianhae nayeong…

Nayeong: wae???

Hyejin: anyio…

Nayeong: kemarin kau ke mana? Aku ke rumahmu tapi tidak ada siapapun…

Hyejin: aku pergi ke daegu…

Nayeong: mwo? jauh sekali…. Ada urusan apa kau ke daegu?

Hyejin: aku mencari hana…

Nayeong: hana yang sering kau ceritakan?

Hyejin: ne…

Nayeong: bagaimana keadaannya??

Hyejin: aku tidak berhasil menemukannya.

Nayeong: jeongmal, lalu bagaimana?

Hyejin: molla, aku tidak tahu harus mencarinya kemana…

Nayeong: jangan patah semangat seperti itu, aku akan membantumu yaksok…

Ia tersenyum sambil memamerkan jari kelingkingnya padaku. aku hanya tersenyum membalas perkataannya. Kemudian ia merangkulku dan kami berjalan menuju kelas sambil bercerita banyak hal.

 

Aku sibuk menggoreskan pensilku di kertas gambar yang selalu aku bawa kemanapun. Aku duduk di taman sekolah dan sibuk menggambar sekolah ini.

Jinki: igo…

Saat aku masih sibuk dengan gambarku tiba-tiba saja jinki oppa datang dan menyerahkan sekotak bekal padaku.

Jinki: jika kau tidak makan, immo akan memarahiku.

Hyejin: nanti akan kumakan.

Aku meletakkan bekal itu disampingku dan melanjutkan aktivitas menggambarku.

Jinki: apa kau menggambar sekolah kita.

Hyejin: ne… tapi sepertinya tidak sebagus yang aku harapkan.

Aku mendesah kecil, malas melanjutkan gambarku sendiri.

Jinki: kau bisa menggambarnya lagi dilain waktu.

Hyejin : aku tidak pernah menggambar apapun lebih dari satu kali.

Jinki: lalu kau juga tidak akan pernah lagi menggambar hana sejak kalian berpisah? Kekekekekekeke

Hyejin: ya begitulah…

Ia masih sibuk tertawa dengan leluconnya yang tidak lucu itu sementara aku tetap melanjutkan aktivitasku. Aku tidak mempedulikan dia yang duduk disampingku. Aku tau dia akan kesal karena aku hanya diam. Tapi sampai gambarku selesai ia masih saja di sana, sekolahpun sudah kosong namun ia masih duduk disebelahku.

Hyejin; kau tidak bosan seperti itu?

Aku menatapnya, seketika saat aku menatapnya aku mengetahui ia sudah menatapku sedari tadi. Dengan cepat aku mengalihkan pandanganku.

Hyejin: apa terus menatapku seperti itu sedari tadi? Apa aktivitas melihatku lebih menarik bagimu dari pada melakukan kesenanganmu sendiri?

Jinki:  melihatmu adalah kesenanganku…. Aku senang bisa melihat setiap ekspresimu, baik itu sedang marah, sedih, menangis, tersenyum, tertawa, bahkan sedang kesal atau imut seperti sekarang.

Hyejin: mwo? imut?

Jinki: ne, kau itu sangat imut…

Ia mencubit kedua pipiku.

Hyejin: YA! kau bisa membuat pipiku melebar!

Ia melepaskan tangannya dan tertawa terbahak-bahak. Kemudian mengambil gambarku.

Jinki: bagus! Bisakah kau menggambarku?

Hyejin: memangnya kau mau menunggu lebih lama lagi? aku jamin akan selesai saat malam.

Jinki: tidak apa-apa, aku akan menunggu sampai selesai.

Hyejin: baiklah.

Aku duduk menghadapnya memperhatikan wajahnya yang akan jadi objek gambarku. Semakin aku memperhatikan wajahnya, semakin keras pula debaran jantungku. Haruskah aku menggambarnya? Aku tidak mau ia bisa membaca perasaanku dari ekpresiku sekarang yang aku yakin sudah sangat aneh.

Jinki: ada apa denganmu? Wajahmu memerah, kau sakit?

Ia menyentuh dahiku.

Jderrrr……. Ketahuan T.T

Hyejin: anyio…

Aku mengalihkan pandanganku pada gambarku dan mulai sibuk memvisualkan wajah jinki oppa melalui gambarku.

Hyejin: selesai….

Aku berdiri girang setelah berhasil menyelesaikan gambarku. Kemudian jinki oppa mengambil gambar itu.

Jinki: kenapa gigiku seperti ini?

Hyejin: bukankah gigimu memang seperti itu?

Jinki: mana mataku?

Hyejin: aigoo… oppa matamu memang selalu hilang jika kau tersenyum.

Jinki; cih…. Jelek sekali.

Hyejin: kalau tidak suka sini biar aku buang saja!
aku bersiap menarik gambar itu tapi jinki oppa malah menyembunyikannya di balik punggungnya.

Jinki: kau bilang tidak akan menggambar apapun dua kali, jadi ini akan menjadi gambarku satu-satunya, bagaimana bisa kau membuangnya?  Biar aku simpan. Sudahlah , sekarang sudah malam, sebaiknya kita pulang. Sebentar lagi immo akan sampai di rumah.

Hyejin: -_-

                                                                        ***********

2012

Hyejin: oppa, aku lelah tidak bisakah kita istirahat sebentar?

Jinki: tidak bisa, kalau kau tidak rajin belajar bagaimana bisa kau lulus ujian universitas? Aku sudah berhasil membantu minho dan taemin, aku tidak akan biarkan kau gagal.

Hyejin: tapi oppa, kita sudah belajar dari pagi, sekarang sudah malam aku bosan oppa T.T

Jinki: ckckckckckckck dasar anak pemalas!

Aku merapatkan dua tanganku memohon padanya.

Jinki: aish…. Baiklah, kita istirahat sebentar. Nanti jam 11 kita lanjut lagi.

Hyejin: MWO??? 11? Kau sudah gila? Aku sudah seharusnya tidur oppa….

Jinki: tidak banyak waktu yang tersisa menuju ujian, kau bahkan masih sering salah menentukan mana yang harus dikali dan dibagi.

Hyejin: kau sangat kejam oppa! Aku akan menelfon oemma….

Aku mengambil ponselku dan menelfon oemma seperti yang aku ancamkan padanya.

Hyejin: oemma… oppa benar-benar keterlaluan. Masa dia terus menyuruhku belajar sampai tengah malam? Oemma aku ingin pulang T.T

Oemma: kau berlebihan sayang, sudahlah belajar yang rajin ya, apartemen jinki sangat sepi, sangat bagus untuk belajar. Hyejin hwaiting!!!

Bipppppppppppp,……..

T_________T

Aku melihat ekspresi bahagia jinki oppa sekarang. sudahlah tak ada gunanya aku melawan.

Hyejin: baiklah, pinjam laptopmu, aku ingin main. Nanti jam 11 kita lanjut lagi.

Ia meminjamkan laptopnya dan aku mulai sibuk dengan game yang ada di sana. Saat aku masih asik bermain tiba-tiba berdering alarm yang sengaja jinki oppa pasang agar aku tidak terledor.

Dengan segera ia menutup laptop yang sedari tadi sibuk aku mainkan.

Hyejin: oppa sebentar lagi…

Jinki: tidak bisa, kau harus belajar hyejin. Jika kau tidak lulus universitas bagaimana bisa kau melanjutkan cita-citamu menjadi pelukis? Jurusan seni juga harus punya nilai yang bagus. Kalau kau tidak lulus bagaimana nanti kata hana?

Aku terdiam mendengarkan ucapan jinki oppa, ya dia benar. Jika aku gagal maka aku tidak hanya mengecewakan keluargaku tapi juga hana. Aku segera menarik buku yang sedari tadi kutelantarkan dan mulai membedahnya satu-persatu.

Saat aku masih sibuk dengan soal aritmatikaku jinki oppa datang dengan sebuah kue dan beberapa botol soju. Aku hanya diam menatapnya heran.

Jinki: saengil chukkae hyejin…

Omo aku lupa besok aku ulang tahun, anyi tidak besok, sekarang sudah jam 12. Ia meletakkan kue di atas meja dan menyingkirkan semua buku yang terletak begitu saja, mengumpulkannya dan meletakkannya di sofa. Kami duduk di lantai saling berhadapan.

Hyejin: bagaimana oppa tahu aku berulang tahun?

Jinki: jangan meremehkanku, aku tahu banyak hal tentangmu. Sudah cepat buat permohonan dan tiup lilinya.

Aku menutup mataku

“semoga aku bisa menghabiskan lebih banyak waktu lagi bersama jinki oppa, aku ingin dia selalu seperti ini, selalu disisiku dan selalu ada untukku, biarkan aku memilikinya walau tak seutuhnya”

Piuhhhh……..

Aku meniup lilin berangka 19 tersebut dan jinki oppa bertepuk tangan dengan semangat.

Jinki; ssekarang kau sudah dewasa kekekekekekeke rasanya baru kemarin kita bertemu.

Hyejin: waktu berlalu begitu cepat.

Jinki: sudah, aku punya ini.

Hyejin; soju??

Jinki: bukankah kita sudah berjanji untuk menikmati soju pertamamu bersama? Igo….

Hyejin: ia menyerahkan soju itu padaku dengan segera aku meminumnya…

Hyejin: moya ige???? Kenapa rasanya aneh?

Jinki: kekekekekeke dasar bodoh!

Hyejin: kau bilang aku bodoh?

Jinki; ckckckckckck kau tidak akan pernah dewasa. Aku biasa menghabiskan semuanya sendirian.

Jinki oppa mulai menegak sojunya. Aku tidak mau kalah dan mulai meminum minuman rasa aneh ini. kami berlomba-lomba menghabiskannya sampai aku benar-benar tidak bisa melihat apapun.

                                                            *********************

Aku mengerjap-ngerjapkan mataku, kepalaku sangat pusing. Aku merasa sangat sesak. Aku mencoba mengumpulkan segenap kesadaranku sampai akhirnya aku mengetahui sebuah kenyataan, jinki oppa masih tertidur, dan aku? aku berada dalam pelukannya. Sangat erat, ia memelukku sangat erat. Aku mengumpulkan sisa tenagaku melepaskan tubuhku darinya tapi ia malah terus menarikku.

Hyejin: OPPA!!!!!! Lepaskan aku!!!!!!!!!!!!!!!!

Jangankan bisa lepas, ia malah semakin menarikku. Ia bergumam pelan dalam keadaan setengah sadar dan menarikku lagi

Chu~

Aku terkejut tiba-tiba dia menciumku, ommona… apa ini??????????? aku menegang seutuhnya tidak bisa bergerak. Tubuhku terasa kaku, jantungku berdebar sangat keras dan cepat.

Plaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkk….

Aku menampar jinki oppa membuatnya benar-benar terbangun. Ia duduk sempurna menatapku dengan ekspresi yang tidak bisa kudeskripsikan. Aku masih menahan emosiku padanya berdiri di sisi ranjangnya, aku bersiap-siap mengeluarkan semua kemarahanku tapi semuanya tiba-tiba lenyap, aku tidak bisa marah padanya.

Aku berlari keluar apartemennya segera mencari taksi menuju rumahku. Selama di taksi aku terus menangis, aku tidak menyangka jinki oppa akan menjadi seperti itu. bagaimana bisa kami tidur diranjang yang sama dan ia memelukku, tidak hanya itu ia juga menciumku. Meskipun pakaianku masih utuh, tapi semua ini benar-benar keterlaluan. Aku sangat mengaggumi jinki oppa yang sangat baik, dewasa dan sangat menghormatiku tapi kenapa dia jadi seperti itu.

Hiks… jinki oppa….

Setibanya di rumah aku langsung berlari ke kamarku, rumah masih sepi, sepertinya semua orang masih tertidur. Aku memasuki kamar mandi duduk di dalam bathup mencoba menenangkan hatiku. Aku marah, kecewa tapi ada bagian dari hatiku yang meletup-letup seolah aku sangat menyukai hal tersebut. Tapi semua ini tidak benar, dia saudaraku, meskipun kami tidak punya hubungan darah, ia tetap saudaraku. Aku tidak bisa membiarkan perasaanku tumbuh begitupun dia, seharusnya dia bisa lebih bijaksana dibandingkan aku.

Tok…tok…tok…

Seseorang mengetuk pintu kamarku, perasaanku sudah mulai tenang sekarang. aku sudah kembali focus pada kenyataan dan berusaha bersikap seolah tidak terjadi apapun.

Oemma, appa: SURPRISE!!!!!!!!!

Aku menutup mulutku terkejut, ya aku terkejut mendapati oemma dan appaku di depan pintu dengan sebuah cake besar dan lilin 19 diatasnya.

Aku meniup lilin tersebut dan memeluk kedua orang tuaku. Terima kasih tuhan kau kirimkan mereka untukku.

Appa: aigo… putri appa sudah dewasa sekarang

Oemma: semoga kau bisa jadi gadis yang baik dan selalu melakukan hal yang benar. Meskipun itu berat, kau harus tetap pada kebenaran arra…

Hyejin: ne oemma… sudah, aku akan buatkan teh hangat untuk kalian….

Aku berlari ke dapur dan kedua orang tuaku langsung menuju ruang keluarga.

Hyejin: ahjuma…. Dimana nampannya?

Ahjuma: ada di lemari belakang.

Aku berjalan menuju ruangan yang ada dibalik dapur tempat dimana semua peralatan dapur tersimpan. Saat aku kembali aku melihat ahjuma tersebut masih berdiri di dekat teh yang aku buat.

Ahjuma: semoga acara minum teh kalian menyenangkan.

Hyejin: gumawo ahjumma…

Aku berjalan hati-hati membawa nampan tersebut sampai di ruang tengah dan menghidangkannya untuk orang tuaku.

Pagi ini dihari pertama usia 19ku, aku menikmati teh bersama orang tuaku. Sangat menyenangkan, jarang sekali appa bisa menghabiskan waktu bersama seperti ini, ia sangat sibuk.

                                                *******************************

Hyejin: eomma…………..eomma……….

Aku terus memanggil oemma yang tak menyahut satupun panggilanku. Aku berjalan ke kamar oemma dan memasukinya, kulihat oemma terbaring di lantai, tanpa fikir panjang aku menghampiri oemma, wajahnya pucat pasi. Aku berteriak histeris sehingga semua orang di rumah ini menghampiriku. Kami membawa oemma ke rumah sakit terdekat. Beruntung appa belum pergi. Aku berjalan mondar mandir di depan ER, sedangkan appa duduk gelisah dan ia terus berkeringat, aku tahu ia sangat mencemaskan oemma. Tak lama kemudian taemin, minho, dan jinki oppa datang berserta anggota keluarga lain.

Saat sang dokter keluar dari ruangan ER kami mengerubunginya, ekpressinya benar-benar membuatku khawatir.

Dokter: livernya sudah tidak berfungsi dan jantungnya sudah berhenti, kami tidak bisa lakukan apapun lagi. kalian harus mengikhlaskannya.

Bagaikan batu besar menimpaku rasanya begitu berat dan sulit untuk bernafas. Aku terjatuh kelantai, air mataku terus berderai. Oemma, baru pagi ini kau tersenyum untukku, kenapa sudah berakhir saja? Kenapa aku tidak bisa lagi melihat senyummu di masa yang akan datang?  Oemma, kenapa pergi begitu cepat? Aku baru saja merasakan memiliki seorang ibu, aku masih ingin merasakannya lebih lama lagi. oemma kenapa kau meninggalkanku?????

Aku menangis dan terus menangis hingga aku yakin sisa air mata yang aku miliki tidak akan cukup lagi jika aku menangis nanti.

Minho: hyejina….

Minho oppa menghampiriku dan memelukku,

Hyejin; oppa…. Aku tidak mau oemma pergi….

Minho: arrayo… bertahanlah, semua ini sudah takdir tuhan.

                                                                        **********

Jinki pov

Aku terkejut bukan main saat sang dokter secara tidak langsung menyatakan immo telah tiada, immoku  yang malang. Aku melihat hyejin begitu terpukul, saat aku akan menghampirinya minho telah lebih dulu memeluk hyejin. Well, dia kan juga sepupu hyejin, tapi rasanya aku lebih baik dari pada minho, rasanya akulah yang seharusnya memeluk hyejin sekarang, seperti saat-saat sebelumnya.

Aku melihat ayah hyejin berjalan mengikuti sang dokter, entahlah rasanya ada yang aneh dengan sikap dokter itu. aku mengikuti mereka berdua menuju ruangan sang dokter. Aku hanya berdiri di luar, aku bisa mendengarkan percakapan mereka dengan cukup jelas.

Hyejin appa: apa yang menyebabkan istriku meninggal? Kenapa ia bisa tiba-tiba sakit padahal selama ini ia baik-baik saja.

Dokter: apa aku boleh tahu apa yang terakhir di konsumsi istrimu?

Hyejin appa: kami merayakan ultah putri kami, putriku membuatkan kami teh hangat dan kami menikmatinya bersama.

Dokter: apa tehnya sudah dituang atau masih di dalam ceret?

Hyejin appa: hyejin sudah membaginya satu persatu untuk kami, ia tidak suka menuang teh karena ia tidak bisa melakukannya, memangnya apa hubungannya?

Dokter: istrimu keracunan, sepertinya dari teh tersebut.

Hyejin appa: mwo? maksudmu hyejin yang melakukannya? Anyio… ia sangat menyayangi istriku tidak mungkin dia melakukannya. Meskipun dia bukan anak kandung kami, tapi ia sudah seperti putri kami sendiri.

Dokter: aku juga tidak ingin menuduh putrimu, tapi ini adalah kenyataan, istrimu mengalami keracunan karena teh yang dia berikan.

Aku terkejut bukan main mendapati kenyataan yang baru saja aku dengar, tidak, tidak mungkin hyejin melakukan hal seperti itu. aku sangat mengenal hyejin, mengenalnya sangat baik, meskipun hyejin tidak menyayangi immo seperti hana, tapi aku tahu ia sangat  menghormati dan menghargai immo, ia tidak pernah berfikir jahat, apa lagi melakukan hal semacam itu pada immo. Lagi pula ia juga begitu terpukul saat mengetahui immo meninggal. Hyejin tidak mungkin melakukan hal itu, tidak mungkin, aku percaya itu. tapi bagaimana dengan orang-orang? Mereka pasti tetap akan menyalahkan hyejin, biar bagaimanapun hyejin bukanlah anak kandung immo, tidak tertutup kemungkinan ia melakukan hal tersebut. Aku tidak bisa membiarkan hyejin dihakimi atas kesalahan yang aku yakin tidak dia lakukan.

Aku berlari meninggalkan ruangan tersebut, aku berlari ke ruang tempat immo berada, tapi hyejin tidak ada di sana.

Jinki: taemin, dimana hyejin?

Taemin: minho hyung membawanya keluar, ia terlalu terpukul hyung, minho hyung membawanya, Jika ia terus di sini dia akan terus histeris.

Setelah mendengarkan penjelasan taemin aku berlari keluar rumah sakit mencari keberadaan hyejin. Aku memutari rumah sakit ini, mereka pasti masih di sekitar sini. Dan syukurlah aku menemukan mereka di taman belakang rumah sakit. Kulihat hyejin masih menangis sesegukan dipelukan minho. Oh ayolah jinki, kenapa aku harus merasakan hal seperti ini sekarang? bukan saatnya aku cemburu, dia itu minho, sepupuku sendiri, dan aku juga sepupu hyejin.

Aku berjalan menghampiri mereka, berusaha menstabilkan nafasku yang sesak karena tadi terus berlari.

Jinki: minho…. Halmoni mencarimu…

Minho: ne? tadi aku sudah bilang padanya aku pergi dengan hyejin

Jinki: dia menyuruhku mencarimu dan menggantikanmu menjaga hyejin.

Minho: baiklah hyung…

Minho pov

Hyejin, ia terus berteriak histeris di dekat tubuh immo yang sudah dingin dan tak bergerak lagi. sampai kapan ia akan terus begitu? Aigooo hyejin, jangan buat aku juga meratap bersamamu.

Aku menghampiri hyejin memegang bahunya dan membantunya bangun.

Minho: oemma, aku akan membawa hyejin keluar…

Aku membawa hyejin, awalnya ia menolak, tapi kemudian ia menyerah karena aku terus memaksanya. Aku membawa hyejin di taman belakang rumah sakit yang sepi. Kami duduk di sebuah bangku panjang, hyejin masih menangis. Aku membelai lembut rambut hyejin dan menariknya dalam pelukanku.

Anak ini, aku selalu suka saat ia tersenyum dan tertawa, melihatnya seperti sekarang membuatku sangat sedih.

Jinki: minho…. Halmoni mencarimu…

Jinki hyung datang menghampiri kami, ia berkeringat meskipun nafasnya terlihat stabil, aku tahu dia pasti berlari. Dasar jinki hyung, tidak pernah berubah, apa dia menyembunyikan sesuatu?

Minho: ne? tadi aku sudah bilang padanya aku pergi dengan hyejin

Jinki: dia menyuruhku mencarimu dan menggantikanmu menjaga hyejin.

Minho: baiklah hyung…

Dengan berat hati aku berdiri dan meninggalkan hyejin bersama jinki hyung. aku tidak sepenuhnya pergi, aku tahu jinki hyung sedang menyembunyikan sesuatu, jadi aku putuskan untuk berdiri disini, di balik sebuah pohon. Aku yakin jinki hyung tidak akan melihatku meski aku bisa mendengarnya dengan jelas.

Jinki: hyejin, kau harus pergi…

Hyejin: oppa, bisakah tidak mengatakan hal yang tidak berguna sekarang?

Jinki: kau harus pergi hyejin, selamatkan dirimu, jangan sampai mereka menemukanmu.

Hyejin: oppa, jhebal jangan buat fikiranku tambah rumit.

Jinki: hyejin. Apa pagi ini kau menyiapkan teh untuk immo?

Hyejin: ne, itu teh pertamaku di usia 19ku dan teh terakhirku bersama oemma.

Jinki: immo meninggal karena keracunan, mereka menuduhmu yang melakukannya karena teh itulah yang terakhir immo konsumsi.

Hyejin: apa kau gila? Mana mungkin aku melakukannya?

Jinki: aku juga tahu kau tidak mungkin melakukannya, aku sangat mengenalmu, kau bukan orang yang seperti itu. tapi orang lain? Mereka tidak sama denganku hyejin. Pergilah hyejin, jika kau tetap di sini kau akan menderita.

Hyejin: aku tidak peduli…

Jinki; hyejin, aku akan menyelidiki tentang kematian immo, aku janji aku akan menemukan siapa pelakunnya. Hyejin, aku mohon jangan kembali sampai aku menemukan pelakunya. Pergilah sejauh mungkin agar mereka tidak bisa menemukanmu. Aku mohon hyejin, aku tidak mau kau terluka…

Aku tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengan dari jinki hyung, apa semua ini? siapa orang yang berani menjebak hyejin?

Jinki pov

Hyejin masih terdiam di tempatnya, aku tahu ia mungkin tidak percaya dengan semua perkataanku tapi aku juga yakin ia tahu aku tidak pernah berbohong padanya. kemudian ia berdiri…

Hyejin: bolehkan aku melihat oemma untuk terakhir kalinya???

Aku lega mendengar ucapannya, itu artinya ia mengikuti saranku.

Jinki: pergilah, aku akan menunggumu di mobilku.

Ia berjalan gontai melewatiku menuju ruangan immo. Akupun segera bergegas menuju mobilku, mengendap-endap agar tak seorangpun mengetahuiku.

Hyejin pov

Aku berjalan gontai menuju tempat oemma berada, aku mengerti dengan jelas semua perkataan yang jinki oppa baru saja katakan padaku. aku tidak percaya ada orang seperti itu yang tega membunuh oemmaku dan menjadikan aku sebagai kambing hitamnya.

Aku menatap tubuh oemma yang kaku, kulihat semua anggota keluarga menangis dan berduka. Ternyata aku yang menyebabkan kepergian oemmaku sendiri, miris… betapa kejamnya aku.

Aku berjalan menuju tubuh oemma dan memeluknya, aku sudah tidak menangis lagi, air mataku sudah tak ada yang bisa keluar, semuanya sudah kering. Hatiku sudah membeku, tidak bisa lagi merasakan sedih, perih dan luka, sudah kebas dan tak berasa.

Hyejin: aku ke toilet dulu…

Taemin: biar aku antar…

Minho: tidak taemin, dia butuh waktu untuk sendiri.

Syukurlah minho oppa berhasil menahan taemin oppa agar ia tidak mengantarku. Aku keluar dari ruangan itu kemudian menghapus sisa-sisa air mata diwajahku. Aku berjalan gusar keluar rumah sakit, saat aku sampai di luar, kulihat jinki oppa sudah menunggu di mobilnya. Aku berlari dan segera memasuki mobilnya.

Jinki oppa melajukan mobilnya menuju rumahku, saat kami sampai tak ada siapapun di rumah, tentu saja, semua orang pergi ke rumah sakit termasuk para pelayan. Aku bergegas ke kamarku, mengumpulkan barang-barang yang akan aku bawa.

Tidak banyak yang aku bawa, hanya baju seadanya, semua surat hana, foto hana dan aku, foto keluarga ini, dan fotoku bersama jinki oppa.

Jinki oppa mengantarkanku ke stasiun, jika aku pergi naik pesawat ia takut orang-orang akan dengan mudah menemukanku.

@stasiun

Hyejin: oppa, terimakasih untuk semuanya…

Jinki: hyejin, aku janji akan menemukan pelakunya aku berjanji. Saat itu aku akan membawamu kembali dan kita bisa seperti dulu lagi. kau harus bisa bertahan, berjanjilah kau akan baik-baik saja.

Hyejin: oppa, mianhae pagi ini aku menamparmu…

Jinki; itu tidak penting sekarang…

Kemudian ia mengeluarkan beberapa uang dari dompetnya.

Jinki: ini, pakailah uang ini, pergilah sejauh mungkin, carilah tempat tinggal yang layak dan hiduplah dengan baik, berjanjilah padaku.

Aku hanya mengangguk…

Jinki: jangan hanya mengangguk, aku tahu kau ragu, berjanjilah kau akan baik-baik saja, katakan kau berjanji.

Hyejin: aku tidak bisa berjanji oppa, aku tidak bisa terus berjanji, aku tidak sanggup melanggar lebih banyak janji.

Tes…

Aku melihat jinki oppa menangis untuk pertama kalinya dihadapanku. Ini pertama kalinya aku bisa melihat wajah sedih dan khawatirnya. Ia kemudian menarikku dalam pelukannya.

Jinki: aku sangat menyayangimu, aku mohon tetaplah jadi hyejin yang seperti aku kenal, jangan pernah merubah dirimu dan perasaanmu. Tetaplah jadi hyejinku aku mohon. Aku akan sangat merindukanmu.

Aku melepaskan tubuhku dari jinki oppa, berpamitan padanya untuk terakhir kalinya. Ia masih saja menangis meski ia terus berusaha menahan kesedihannya.

Saat aku akan menaiki kereta aku berbalik berlari kembali ke tempat jinki oppa dan memeluknya. Entahlah aku sangat membutuhkan pelukannya saat ini, tapi aku benar-benar harus kehilangan pelukan hangatnya. Aku tidak sanggup akan hal itu, aku menangis keras dalam pelukan jinki oppa, meluapkan semua emosi dalam diriku yang terus berkecamuk.

Jinki: hyejin… pergilah sebelum terlambat.

Aku melepaskan tubuhku darinya dan mengangguk.

Hyejin: oppa… kau tahu? Bagiku kau sama pentingnya dengan hana…

Aku berbalik kemudian memasuki kereta, bisa kulihat jinki oppa masih terpana mendengar ucapanku barusan. Pintu kereta mulai tertutup, kulihat jinki oppa berlari ketempat aku berada. Saat ia sampai pintu kereta sudah benar-benar tertutup. Aku melihat ia menangis memanggil-manggi namaku dan memukul pintu kereta ini. aku hanya bisa diam menatapnya dibalik pintu kereta ini dan melambaikan tanganku.

Hyejin: oppa, saranghae…….

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet