Unpredictable Life with Jinki part 2

Unpredictable Life with Jinki

hyejin pov

Kami sibuk menghabiskan makanan yang taemin oppa belikan untuk kami barusan, dan ia juga membelikan aku baju berhubung aku masih memakai seragam sekolahku yang sudah sangat berantakan. Setelah selesai makan, minho dan taemin oppa langsung ke kamar yang ada di dekat pintu apartemen, mereka bilang ingin segera tidur, sementara aku sibuk membereskan meja makan ini.

Saat aku telah selesai membereskan dapur yang kami berantakan, aku berniat memasuki sebuah kamar untukku. Jinki oppa bilang aku bisa tidur di kamar tamu dan mereka bertiga akan tidur di kamar jinki oppa. Namun perhatianku teralih pada jinki oppa yang berdiri di balkon sendirian. Entah karena alasan apa aku berjalan menghampirinya.

Hyejin: mianhae oppa… aku tidak bermaksud seperti itu…

Jinki: kuenchana… itu bukan salahmu, itu adalah kenyataan.

Ia menatapku dan tersenyum lagi…

Hyejin: hebat sekali, kau bisa menyembunyikannya dengan senyumanmu…

Ia tersenyum lagi.

Jinki: nasib kita tidak jauh berbeda bukan?

Hyejin: tetap saja berbeda… kau anak yang diinginkan, sedangkan aku???

Jinki: kekekekekekekekekekeke kau benar juga…

Hyejin: oppa, seperti apa rasanya jadi mahasisiwa?

Jinki: tidak semanis yang kau bayangkan.

Hyejin: jeongmal?

Jinki: kau tahu? Setiap hari ada tugas, tidak boleh meniru karya orang, jika tidak hadir nilaimu terancam, jika bermasalah dengan dosen kuliahmu melayang . ckckckckckckckckckck sangat menyusahkan.

Hyejin: benarkah? Tapi tidak apa-apa, aku akan jadi mahasisiwa juga suatu hari nanti.

Jinki: makanya kau harus rajin belajar agar bisa lulus ujian masuk universitas…

Hyejin: ne… hwaiting!!! Ada satu lagi hal yang membuat aku benar-benar ingin jadi mahasiswa…

Jinki: apa?

Hyejin: aku ingin tahu bagaimana rasanya minum soju dan bersenang-senang seperti yang orang-orang dewasa lakukan. hah aku sudah tidak sabar ingin jadi dewasa…

Jinki: menjadi orang dewasa itu tidak semenyenangkan dan segampang yang kau fikirkan. Jadi kau ingin menikmati soju ketika kau memasuki usia dewasa nanti?

Aku mengangguk

Jinki: kalau begitu kau harus menghabiskan soju pertamamu denganku…

Hyejin; OK ^^

Jinki: sudah, tidur sana, anak kecil tidak boleh tidur larut malam.

Hyejin: cih… dasar orang dewasa, suka sekali mengatur.

Aku mengumpat kecil kemudian berbalik meninggalkannya namun langkahku berhenti dan aku berbalik kembali menatapnya.

Hyejin: oppa gumawo… aku senang memiliki oppa seperti kau, minho oppa dan taemin oppa.

Jinki: ne, kami juga sangat senang memilikimu, kau adalah sepupu yeoja pertama kami.

                                                *************************************

Sejak saat itu aku sering menghabiskan waktu istirahat di sekolah bersama ketiga oppaku dan nayeong. Kami mengobrol tentang banyak hal dan terkadang tertawa terbahak-bahak sampai jinki oppa menangis. Namja itu sangat aneh karena Ia pasti akan menangis jika ia sudah tertawa terlalu lama. Dan sejak saat itu banyak senior yeoja yang mendekatiku, berdalih menjadi temanku, tapi akhirnya memintaku membantu mereka mendekati salah satu oppaku. Aku mendadak artis karena mereka semua, hampir setiap hari ada saja yang datang ke kelasku memintaku memberikan inilah, itulah untuk oppaku. Sampai-sampai nayeong juga kena impasnya, tapi yeoja itu justur sangat senang, dasar aneh.

Hampir setiap pulang sekolah aku akan datang ke boutiq oemma dan menghabiskan waktu di sana menemani oemma. Oemma sering menyuruhku pulang atau pergi ke mall berbelanja seperti yang yeoja seumuranku lakukan, tapi aku masih sadar diri. Aku diadopsi untuk menenaminya bukan menghambur-hamburkan uangnya, lagi pula aku ingin menikmati setiap waktuku merasakan menjadi anak oemma, karena oemma selalu memanjakanku jika aku bersamanya. Hari ini aku juga datang ke boutique, baru saja aku berdiri di depan butik aku melihat oemma sedang memasangkan sebuah gaun pada patung manikin yang terpajang di estalase butik. Aku menatap takjup gaun itu, selain karena bentuknya yang sempurna, warna ungu lembutnya benar-benar menyedot perhatianku.

Oemma: kenapa kau masih disana?

Aku terbangun dari kekagumanku dan masuk menyusul oemma ke dalam.

Hyejin: oemma, gaun ini indah sekali, apa kau yang membuatnya?

Oemma: ne, gaun ini akan oemma jadikan spot untuk fashion week minggu depan. Ottae?

Hyejin; huaaa… neomu yeppo…

Oemma: hyejin, oemma akan pergi ke paris selama seminggu ke depan, kau tahu kan appa sangat sibuk? Jadi oemma meminta jinki menemanimu di rumah. Tidak apa-apakan? Atau kau mau ikut dengan oemma?

Hyejin: anyio, aku harus sekolah oemma. Taemin dan minho oppa kemana?

Oemma: mereka akan jadi modelku, kau tahu sendiri mereka memiliki tubuh yang bagus dan wajah yang sangat tampan.

Hyejin: arraseo oemma, semoga oemma sukses kekekekekekekekekeke

                                                                        **********

Aku mengantar oemma ke bandara bersama jinki oppa, sebenarnya oemma terlalu berlebihan menitipkan aku pada jinki oppa, aku rasa tidak masalah jika aku tinggal sendirian, lagi pula aku bisa mengajak nayeong ke rumah.

Aku berlari ke luar di pagi yang masih dingin ini, aku bahkan belum mencuci mukaku dan masih memakai piyama. Aku berdiri di dekat kotak surat berharap tukang pos akan mengirimkan sebuah surat untukku. Dan bingo… sang tukang surat datang tapi sayang tidak ada surat untukku.

Sudah lebih satu tahun aku tidak mendapat surat dari hana, terakhir aku mengirim suratnya saat aku pindah. Apa dia mengirim surat ke panti? Tapi kemarin aku sempat menelfon temanku yang di panti dan mereka bilang tak ada surat untukku. Aku mengkhawatirkan hana, aku takut terjadi sesuatu padanya. ia sudah berjanji untuk terus mengirim surat, ia tidak pernah mengingkari janjinya sekalipun, aku sangat mengenalinya. Lagi pula, bukankah ia sangat merindukanku? Seharusnya kami sudah menyusun rencana untuk bertemu, tapi bagaimana bisa aku melakukannya jika ia tidak membalas suratku?

Aku berjalan gontai kembali ke dalam rumah, aku sangat penasaran dengan apa yang terjadi pada hana tapi aku tidak tahu harus berbuat apa.

Jinki: kau sudah bangun?

Jinki oppa masih sibuk di dapur membuat sarapan untukku. Dia mengusir semua pelayan di rumah ini. memang selalu seperti itu saat ia di sini maupun ia menginap di rumah sepupu lainnya, ia akan meminta semua pelayan libur. Aku pernah Tanya alasannya, tapi ia selalu bilang, “aku tidak suka rumah yang teralu ramai”. Dan beginilah sekarang, ia bertanggung jawab atas perbuatannya, ia harus menyiapakan sarapan untukku. Aku duduk lesu di meja makan dan kemudian ia menghidangkan sarapan roti bakar buatannya. Aku sangat salut dengan jinki oppa, ia bisa melakukan segala hal sendirian, dia sangat mandiri.

Jinki; wae?

Hyejin: hana, dia tidak lagi mengirimkan surat padaku. ini sudah lebih dari satu tahun, awalnya aku fikir ia mungkin sedang pergi ke jerman untuk exchange karena ia pernah bilang itu dalam sebuah suratnya, hanya saja jika ia memang pergi, seharusnya ia sudah pulang sekarang, kenapa ia tidak mengatakan apapun padaku? ini sangat aneh.

Jinki oppa kemudian duduk dihadapanku

Jinki: siapa itu hana?

Kemudian aku menjelaskan tentang hana pada jinki oppa, tentang hana yang di temukan di depan pintu asuhan, tentang hana yang menjadi teman sekamarku, tentang hana yang menjadi sahabatku satu-satunya dulu, tentang hana yang selalu mengirimkan surat untukku, tentang hana dengan segala cita-citanya, tentang hana dengan kepribadiannya yang anggun, tentang hana yang tidak pernah mengingkari janjinya.

Jinki: kenapa kau tidak datang saja ke rumahnya? Bukankah kau punya alamatnya?

Hyejin: bagaimana bisa aku ke sana?

Jinki: aku akan mengantarmu…

Ia berbalik  padaku berhenti dari kesibukan mencuci panggangan yang ia pakai untuk membuat roti bakar tadi dan tersenyum seperti biasanya.

Hyejin: jeongmal?

Aku berlari dan langsung memeluknya meluapkan rasa bahagiaku. Namun kemudian aku tersadar dan menggaruk-garuk kepalaku sendiri.

Hyejin: mianhae oppa, aku terlalu senang.

Jinki oppa tersenyum kemudian memelukku, aku terkejut dengan apa yang ia lakukan.

Hyejin: oppa…

Jinki: kalau begitu aku juga terlalu senang.

Aku hanya berdiri tegang dalam pelukannya, ia memelukku cukup lama. Aku hanya diam, tidak menolak dan tidak juga membalas tidak tahu tentang apa yang sebenarnya aku rasakan. Aku berusaha mati-matian menyadarkan diriku bahwa dia adalah sepupuku, tapi kenyataan kami tidak sedarah membuat dadaku semakin bergemuruh.

                                                            *******************

Perjalanan panjang ke daegu membuatku cukup lelah, meskipun aku bersikeras untuk ke rumah hana dulu, jinki oppa justru memaksaku untuk ikut dengannya ke penginapan dengan alasan sudah sore dan aku butuh istirahat. Dan well dia benar, aku kagum dengan namja ini, selalu bertindak dengan bijak, aku suka namja dewasa seperti itu. aigo hyejin dia kan memang sudah dewasa tidak sama seperti aku.

Aku merebahkan tubuhku di kasur yang sangat empuk ini, aku senang memiliki jinki oppa, jika aku pergi dengannya oemma pasti akan mengizinkanku meski kemanapun aku pergi termasuk ke daegu seperti sekarang. jinki oppa, kenapa aku selalu memikirkannya? Aku rasa otakku sudah bergeser dari posisi awalnya hingga aku berfikir terlalu berlebihan tentangnya.

Hana, aku membawa hampir seluruh surat yang hana berikan padaku, aku juga membawa alat menggambarku entah untuk alasan apa. Aku membaca ulang semua surat yang hana kirimkan padaku. air mataku mengalir pelan menetes membasahi surat yang tengah kubaca. Aku sangat merindukan hana sekarang, aku juga sangat mengkhawatirkannya. Aku tidak tahu mengapa, tapi firasatku sangat buruk. Hana, semoga kau baik-baik saja.

Aku keluar dari kamarku, usahaku untuk tidur gagal total. Sebenarnya aku memang sangat lelah tapi mata ini tak kunjung mau terpejam. Aku duduk di sofa merebahkan tubuhku menyandar pada sofa yang terasa begitu lembut.

Jinki: kau tidak bisa tidur?

Aku terkejut saat mendengar suara jinki oppa dan ia yang tiba-tiba sudah berada di sampingku.

Hyejin: perasaanku tidak enak…

Jinki: ckckckckckckckck

Hyejin: waeo?

Jinki: hal apa yang membuatmu seperti itu?

Hyejin: molla….

Hening sejenak

Hyejin: oppa… bagaimana jika kita tidak menemukan hana?

Jinki: apa ia begitu berharga untukmu?

Hyejin: tentu saja, ia satu-satunya yang kumiliki, satu-satunya yang sangat kusayangi, satu-satunya yang mengerti aku dan satu-satunya yang selalu aku fikirkan.

Jinki: lalu bagaimana dengan keluargamu?

Hyejin: mereka itu berbeda oppa, aku memang menyayangi orangtuaku tapi hana, dia adalah segalanya untukku. Meskipun appa dan oemma menyayangiku dan begitupun sebaliknya, mereka tidak bisa mengerti aku seperti hana, tidak bisa menyayangiku seperti hana, aku juga tidak bisa menyayangi mereka seperti aku menyayangi hana.

Aku mulai emosi pada jinki oppa, aku tidak mau merusak suasana yang sudah mulai tidak baik ini, lalu aku putuskan berdiri dan kembali ke kamarku, namun saat aku baru saja akan berdiri

Jinki: lalu bagaimana dengan aku? seperti apa kau menganggapku? Tidak bisakah aku juga seperti hana bagimu?

Aku berbalik menatapnya, apa maksud dari semua perkataan itu?

Jinki: sudahlah, kau sedang tidak stabil,sebaiknya sekarang kau tidur.

Ia berjalan melewatiku menuju kamarnya meninggalkan aku dengan sejuta pertanyaan berkelebat diotakku. Aku mengerti maksudnya, tapi aku berharap aku tidak mengerti itu semua. Aku berharap apa yang aku fikirkan salah, dan aku berharap ia mengatakan itu karena ia adalah oppaku, karena dia adalah sepupuku dan karena kami adalah saudara.

                                                            ********

Keesokan harinya kami langsung menuju alamat rumah hana, saat sampai di sana rumah tersebut terlihat hangus. Rumah itu sangat besar dan sudah terbakar hampir diseluruh bagiannya. Aku menutup mulutku tidak percaya, hampir saja aku terjatuh ke tanah, beruntung jinki oppa langsung menangkapku. Aku menatapnya, mataku kabur, pandanganku digenangi cairan bening air mataku. Aku mulai menangis sesegukkan.

“hana apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa seperti ini?”

Kami duduk di depan rumah tersebut, aku masih memandangi rumah yang hangus itu. rumah itu sangat besar, sama persis seperti yang hana ceritakan. Ia selalu bilang, rumahnya sangat besar, memiliki halaman yang luas dan sebuah kolam berenang. Rumahnya berwarna coklat tua dengan bentuk yang unik, ia selalu bilang rumahnya adalah rumah terindah. Tapi sekarang yang aku lihat hanyalah sebuah gedung yang sudah tak jelas bentuknya dan sudah terbakar.

Saat aku masih termenung memikirkan hana, seorang lelaki tua menghampiri kami. Jinki oppa melepaskan aku dari pelukannya. Ya, ia memelukku, ia selalu memelukku saat aku menangis atau saat aku sedang sedih.

Lelaki tua itu terus memandangiku dan membandingkanku dengan sebuah kertas yang kuyakini adalah foto.

Pak tua: apa kau hyejin?

Aku sedikit terkejut  karena ia mengetahui namaku, sontak aku langsung berdiri dan menghampirinya.

Hyejin: kau mengenalku? Dimana hana? Apa kau mengetahui keberadaannya? Apa yang terjadi padanya?

Pak tua: aku sudah menunggumu sangat lama.

Hyejin: Ne?????????

Pak tua: hana bilang kau pasti akan datang mencarinya karena kau sangat menyayanginya, ternyata dia memang benar.

Hyejin: di mana hana?

Pak tua: kemarilah…

Aku mengikuti lelaki itu, ia membawa kami ke rumah yang ada di sebelah rumah terbakar itu yang aku yakini adalah rumahnya. Kami duduk di beranda rumah tersebut bersama sang kakek.

Pak tua: Satu tahun yang lalu rumah tersebut terbakar karena hana yang melakukannya. Ia tidak dihukum karena saat itu ia masih di bawah umur dan mengalami depresi. Ia pergi entah kemana, namun sebelum ia pergi ia memberikan ini padaku memintaku memberikannya padamu.

Hyejin: bagaimana bisa hana melakukannya? ia bukan orang seperti itu…

Pak tua: aku juga tidak percaya dia melakukannya, saat ditanya ia hanya menjawab. “ini yang terbaik untuk semuanya”.

Hyejin: andwe… hana tidak seperti itu, ia pasti punya alasan.

Kemudian lelaki tua itu mengeluarkan sebuak kotak padaku.

Pak tua: ini, ia menitipkan ini untukmu.

Aku mengambil kotak itu, membawanya bersamaku setelah berpamitan dengan lelaki tua tadi. Jinki oppa membawaku ke sebuah danau dan kami duduk di tepinya. Aku melihat kotak itu, ukurannya tidak terlalu besar dan terkunci. Aku yakin lelaki tua itu belum pernah membukanya karena kombinasi kuncinya yang tidak diberitahu oleh hana. Kakek tadi bilang aku akan dengan mudah menebaknya.

Jinki: apa kau tahu apa kombinasinya?

Hyejin: aku akan mencobanya….

Aku mencoba memakai nama hana tapi tidak berhasil, kemudian namaku tapi juga tidak berhasil.  Aku berfikir keras mencoba mengingat apa yang mungkin menjadi sandinya…

“jinha”

Cklek…

Kotak itu terbuka.

Jinki: jinha? Siapa itu jinha?

Hyejin: jin itu dari namaku hyejin dan ha dari nama hana.

Aku membuka kotak itu, didalamnya aku menemukan fotoku dan hana dulu yang sempat kami ambil saat masih di asrama. Aku tersenyum memandangi foto kami, di sana aku dan hana tertawa lepas dan kami saling berpelukan.

Jinki: apa ini hana?

Hyejin: ne… bukankah dia sangat cantik?

Jinki oppa hanya tersenyum.

Aku melihat sebuah amplop,ini surat untukku karena tertulis alamat rumahku disana. Aku membuka suratnya dan mulai membaca

My dear hyejin

Hyejin, aku tidak tahu kapan surat ini akan sampai padamu tapi aku yakin kau akan menerimanya meski kau tidak akan menemukannya di kotak suratmu. Hyejina… ini adalah surat terakhirku untukmu, mian aku tidak bisa mengirimnya padamu aku tidak mau merusak kebahagiaanmu.

Hyejina, ternyata hidup tidak semudah yang selama ini kita hayalkan, hidup begitu sulit, pahit dan menyakitkan.

Hyejin, aku sangat merindukanmu, kkekekekekke aku sudah katakan hal ini disetiap suratku padamu, tapi hyejin kali ini aku benar-benar merindukanmu. Aku sangat merindukan saat dulu kau membuatku kesal, saat dulu kita sering diperlakukan tak sepantasnya, saat dulu kita menderita, tapi bagiku itu jauh lebih baik dari yang sekarang.

Hyejin, aku masih belum beruntung sepertinya, hidupku masih sial dan mungkin akan selalu sial, aku tidak mau kau juga ikut sial denganku jadi kuputuskan melewatinya sendiri.

Mianhae hyejin aku tidak bisa menepati janjiku padamu, tapi hyejin kau akan tetap jadi sahabatku, saudaraku karena hanya kau yang aku miliki.

Hyejin aku sangat menyayangimu melebihi apapun, semoga kita bisa bertemu dilain waktu, semoga di saat itu kau sudah sukses dan mencapai segala keinginanmu. Berjanjilah kau akan mendapatkan segala cinta-citamu agar perngorbananku tidak sia-sia…

 

Your dear love bestfriend

 

hana

 

 Kemudian aku melihat sebuah buku, diari, bentuknya seperti diari. Apa ini milik hana?

Aku mengambil diari itu, membukanya perlahan

 

My diary

Ini adalah keluarga baruku aku sangat menyukainya, tapi aku sangat merindukan hyejinku L

Aku membaca semua isi diarinya dan sebagian besar juga ia tuliskan dalam suratnya. Hanya saja ada hal-hal tentang aku yang tidak ia sebutkan dalam suratnya tertulis di sini. Semua hal tentang diriku yang sangat ia sayangi dan hanya aku yang ia miliki.

Sampai akhirnya aku tiba di halaman yang kosong. Beberapa halaman itu kosong sampai aku menemukan halaman bertuliskan lagi.

My diary, maaf belakangan aku tidak menulismu lagi. kau tahu, aku juga tidak mengirim surat lagi pada hyejin. Kenapa?

Oemma meninggal seminggu yang lalu karena kanker serviks yang dideritanya, aku tidak pernah tahu ia menderita penyakit itu bahkan appa pun tak tahu. Semuanya terungkap saat oemma meniggal seminggu yang lalu. Aku sangat merindukan oemmaku, meskipun kami tidak melewati waktu yang begitu panjang, tapi waktu itu terasa begitu berarti bagiku.

Hyejin mengirimkan surat padaku dan ia bilang ia sudah memiliki keluarga sekarang. kim hyejin sekarang sudah menjadi Lee hyejin. Ia sangat bahagia, begitulah yang ia katakan, dan ia ingin bertemu denganku. Aku sangat merindukannya dan sangat membutuhkannya sekarang, tapi aku tidak mau merusak kebahagiaannya yang baru seumur jagung.

Hyejin, semoga kau bisa lebih beruntung dari pada aku.

 

My diary

Hari ini appa pulang dalam keadaan mabuk, belakangan ia terlihat sangat kacau, mungkin karena kepergian oemma.

Aku membantu appa masuk kerumah dan mengantarkannya ke kamarnya, tapi saat aku pergi appa menarikku.  Ia bilang, ia sudah merawatku dan aku harus membayarnya. Aku tidak mengerti awalnya, tapi kemudian appa mulai menyentuhku. Aku berusaha berontak namun ia terlalu kuat. Aku terus berusaha melawan dan melawan, tapi aku tidak berdaya.

Appa melakukananya padaku…

Sakit, rasanya sangat sakit. Apa yang harus aku lakukan? aku sudah tidak berguna lagi sekarang.

Hyejin, aku ingin sekali memberitahunya, aku yakin ia akan datang menolongku. Tapi aku tidak ingin menyusahkan hyejin, aku tidak mau ia kembali menderita hanya karena aku.

Hyejin… aku sangat membutuhkanmu sekarang…

 

my diary

appa melakukannya lagi, aku sudah tidak sanggup . ia melakukannya setiap hari, rasanya sangat sakit . apa yang harus aku lakukan? aku tidak mau hidup seperti ini terus menerus…

aku ingin mengakhiri semuanya, aku ingin appa berhenti dan tidak pernah melakukannya lagi.

 

my diary

hari ini aku membantah appa dan memintanya tidak melakukan hal itu lagi. tapi ia memukulku dan menyiksaku. Aku bisa rasakan luka di seluruh tubuhku.

Dulu aku selalu mengobati hyejin jika ia terluka, tapi sekarang aku sangat terluka dan hatiku sangat perih.

My diary, aku akan mengakhiri semuanya. Aku akan mengirim appa kepada oemma agar ia bisa bertemu oemma dan tidak melakukannya lagi padaku.

 

Aku memeluk erat diari itu, hana, hanaku yang malang. Kenapa aku begitu terlambat? Kenapa ia masih seperti itu? kenapa ia begitu bodoh? Kenapa ia merahasiakan hal ini padaku?

“hana…”

Aku memanggilnya, kenapa ia tidak datang? Hana, dimana dia sekarang? seperti apa hidupnya? Kenapa semua ini harus terjadi padanya? kenapa waktu itu aku tidak memaksanya tinggal denganku di asrama? Kenapa aku membantah keputusannya untuk tidak diadopsi?kenapa aku malah diam saja saat aku tidak lagi menerima suratnya? Kenapa aku sangat bodoh? Aku melupakan hana padahal ia sangat membutuhkanku.

Hyejin: hana… chalmontaesoyo… chalmontaesoyo…

Aku meratap memeluk diari hana yang mulai basah karena air mataku,

Hyejin; hana chalmontaesoyo, chalmontaesoyo, chalmontaesoyo… jhebal dorawa…

Dadaku sesak, rasanya sangat sakit tidak pernah sesakit ini. aku merasa nafasku begitu sulit dan dadaku begitu sempit. Otakku dipenuhi segala hal tentang hana, hana aku sangat menyesal…

Kemudian kurasakan jinki oppa memelukku, aku melepaskan tubuhku darinya. Berjalan menuju danau dan terus berjalan ketengah danau. Aku tidak menghiraukan jinki oppa yang terus memanggilku. Aku terus berjalan hingga kurasakan air danau sudah mencapai dadaku…

Hyejin: hanaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa……………

Aku berteriak keras memanggil hana berharap ia akan datang atau muncul dihadapanku dan menyahutku. Tapi aku tidak mendapatkan apapun…

Kuteruskan langkahku menuju tengah danau, saat air sudah mencapai leherku kurasakan jinki oppa menarikku.

Jinki: apa yang kau lakukan????

Hyejin: apa yang aku lakukan? kau masih Tanya apa yang aku lakukan? aku sudah membuat hana menderita! Apa kau tidak tahu? Dia diperkosa appanya sendiri! Apa kau tahu betapa ia sangat menjaga dirinya? Apa kau tahu ia ingin sekali mencapai cita-citanya? Apa kau tahu betapa menderitanya dia? Ini semua salahku! Seharusnya aku melarangnya saat dia akan diadopsi, seharusnya aku mencarinya saat ia tidak lagi mengirimkan surat padaku! aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa……………

Aku berteriak frustasi mengacak rambutku dengan tanganku yang sudah sepenuhnya basah.

Jinki: kau fikir hana suka melihatmu seperti ini? kau ingin pengorbanannya sia-sia? Jika kau tidak ingin menyesal, maka kau harus menepati janjimu. Jadilah seorang pelukis handal seperti yang kau cita-citakan, seperti yang hana harapkan agar kau tidak membuatnya kecewa.

Aku terdiam mendengarkan perkataan jinki oppa, dia benar, semua yang dikatakannya benar.

Kemudian aku merasakan ia mulai membawaku ketepi danau dan kembali ke penginapan.

                                                            **********************

Aku duduk bersandar ke ranjangku memandangi fotoku bersama hana dulu, apakah ia masih bisa tertawa seperti itu sekarang?

Tes…

Air mataku menetes mengenai foto itu, bergegas aku menghapusnya, aku tidak boleh merusaknya. Tak lama kemudian jinki oppa masuk dengan sebuah nampan berisi teh. Kemudian ia duduk di sebelahku menyerahkan secangkir teh itu padaku.

Jinki: minumlah, kau akan merasa lebih baik.

Aku mengikuti instruksinya, kami minum teh dalam keadaan diam, aku masih terlalu kalut untuk berbicara.  Aku meletakkan cangkir tersebut setelah menghabiskannya, begitupun jinki oppa. Kemudian kurasakan tangannya menarik tubuhku dalam pelukkannya.

                                                            *************************

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet