Life is Hard

Polar Opposites

 

“Apa?!  Kau pasti sudah gila! Kalau aku jadi dia, aku pasti sudah mematahkan hidungmu, hyung!” Changmin menggelengkan kepalanya.

 

Jujur saja. Sulit baginya untuk mempercayai Yunho yang mengatakan bahwa orang yang telah ia jadikan korban malah memperlakukannya dengan sangat baik. Jaejoong, pemuda itu mempersilahkan Yunho menginap di rumahnya, berbagi selimut dengannya, bahkan menyediakan sarapan untuk sunbaenya itu.

 

“Kalau kau tidak percaya, kau bisa menanyakannya secara langsung” sahut Yunho sambil memandangi beberapa foto yang ada di layar laptopnya. “Apa kau ingin melihatnya?”

 

Changmin menaikkan sebelah alisnya. “Kau menyimpan fotonya?”

 

“Hmm.. Aku mengambilnya saat ia sedang memasak. Beberapa kuambil saat ia membersihkan ruang tengahnya.” jawab Yunho sambil memperlihatkan foto-foto Jaejoong pada hoobaenya itu.

 

Changmin membelalakkan matanya. Ia tidak menyangka ada pria yang memiliki wajah dan tubuh seindah itu.

 

“Wow.. Hyung..” Ia terdiam, memandangi foto-foto itu. “Wow..”

***

 

 

“Hyung.. Maafkan aku..” Yoochun menangkupkan kedua tangannya, menatap Jaejoong dengan wajah memelas.

 

Jaejoong tidak memperdulikan Yoochun dan terus menjalankan pekerjaannya. Kemarin malam ia benar-benar merasa kesal. Jadi ia memutuskan untuk mengerjainya dengan berpura-pura marah dan tidak mau bicara.

 

“Hyung.. Aku akan mentraktirmu.. Aku akan melakukan apapun asalkan kau mau memaafkanku..”

 

Jaejoong tersenyum. “Apapun?”

***

 

Changmin memilih tempat duduk di samping jendela. Dari tempat itu ia bisa menikmati secangkir kopi sambil mengamati ‘targetnya’ yang sedang melayani pelanggan dengan senyum manisnya. Ia tidak habis pikir. Bagaimana mungkin Jaejoong bisa tersenyum dan bekerja dengan kondisi  tubuh yang tidak fit seperti itu.

 

Tidak lama kemudian seorang pegawai dengan rambut yang hampir menutupi sebelah matanya mendekati Jaejoong. Dari bahasa tubuh yang ia perlihatkan, sepertinya pemuda itu membujuk Jaejoong untuk beristirahat. Jaejoong tersenyum dan menepuk pundak rekan kerjanya itu sebelum pergi menuju lantai atas.

 

“Aku baru memperhatikannya selama sepuluh menit dan ia sudah menghilang dari pandanganku..” Changmin menghela nafas kecewa.

***

 

Jaejoong menyandarkan tubuhnya di atas sebuah kursi kayu. Ia mengamati belasan pot bunga yang memang sengaja diletakkan sebagai penghias lantai dua kafe tempatnya bekerja. Tidak berapa lama, ia mengambil sehelai foto dari dalam dompetnya dan mengusap permukaan foto itu dengan ibu jarinya.

 

“Junsu-ya..” ucapnya lirih. “Hyung merindukanmu..”

 

Kim Junsu adalah adik kandungnya. Ia mengalami amnesia dan harus menjalani terapi di sebuah rumah sakit yang berjarak tidak jauh dari tempatnya bekerja. Sebenarnya ia tidak ingin meninggalkan adiknya sendirian disana, tapi kondisi tempat tinggal Jaejoong tidak memungkinkan untuk melakukan rawat jalan. Lagipula ia terlalu sibuk bekerja. Ia takut Junsu akan terabaikan jika ia membawanya pulang.

 

Semua berawal sejak kecelakaan yang terjadi dua tahun yang lalu. Peristiwa tabrak lari itu telah merenggut nyawa ayah mereka dan membuat Junsu kehilangan ingatannya. Sekarang Jaejoonglah yang harus bekerja keras untuk membiayai pengobatan adiknya, satu-satunya kelurga yang tersisa karena ibunya telah meninggal saat mereka masih kecil dulu.

 

“Aku benar-benar kakak yang buruk. Aku bahkan tidak bisa menepati janjiku untuk menemuimu setiap minggu.” Jaejoong menatap langit, berusaha menahan air mata yang menggenangi sudut matanya.

 

“Hyung.. “

 

Jaejoong mengarahkan pandangannya ke arah suara itu. Tanpa sengaja kedua sorot mata mereka bertemu. Yoochun, pemilik suara itu berjalan menghampirinya dan duduk di samping tempat duduknya.

 

“Hyung , kau boleh pulang lebih dulu. Kemarin kau sudah mengarjakan shift-ku. Hari ini giliranku mengerjakan shift-mu..”

 

Jaejoong membuka mulutnya, berniat untuk bicara, tapi Yoochun terlebih dulu memotongnya.

 

“Jadi kau bisa menjenguk adikmu yang manis itu..”

 

“...”

 

“Apa kau tidak merindukannya?”

***

 

Yunho mengangkat ponselnya yang bergetar. “Ya.. Ada apa, Changmin-ah?”

 

“Yah! Hyung, aku kehilangan jejaknya.. baru sepuluh menit aku mengamatinya, ia sudah pergi ke lantai atas..” gerutu Changmin dari seberang sana.

 

Yunho menghela nafasnya. “Changmin-ah.. kau harus menelan makananmu sebelum berbicara. Apa kau mau mati tersedak? Benar-benar tidak lucu..”

 

“Yah! Hyung..”

 

Yunho terus mendengarkan celotehan hoobaenya itu sambil menyusun foto-foto Jaejoong yang telah ia cetak ke atas meja kerjanya. Sebuah senyum terukir dari bibirnya. Ia mengambil sehelai foto dan mengamatinya. Di dalam foto itu terlihat seorang pria berkulit seputih salju, dengan rambut sehitam malam dan bibir semerah darah yang sedang tertidur lelap.

 

“Changmin-ah”

 

“Huh? Ada apa, hyung?” panggilan Yunho membuat Changmin menghentikan celotehannya.

 

“Aku sudah memutuskannya! Bagaimanapun caranya, kita harus bisa membujuk putri salju untuk...”

 

“Eh?”

 

“Err.. maksudku Jaejoong”

***

 

“Joongie hyung!”

 

Junsu berlari dan memeluk Jaejoong segera setelah hyungnya tiba. Jaejoong hanya bisa berdiri mematung dengan air yang menggenang di kedua sudut matanya.

 

“Ungg.. Aku merindukanmu..” Junsu mempererat pelukannya.

 

Jaejoong tersenyum, berusaha menyembunyikan air matanya. Ia tidak ingin terlihat lemah di hadapan adiknya. Ia tidak ingin Junsu merasa khawatir padanya. Ia ingin menunjukkan bahwa ia baik-baik saja.

 

“Junsu-ya.. Kau membuatku tidak bisa bernafas..” dengan berat hati ia melepaskan pelukan adiknya.

 

Junsu memperlihatkan ekspresi khawatir dan meraba dada Jaejoong dengan kedua tangannya. “Apa Suie menyakitimu, hyung?”

 

 “Tidak Suie.. tapi sekarang kau membuatku merasa geli..” sahut Jaejoong sambil menahan tawa.

 

Jaejoong mengajak Junsu kembali ke dalam kamarnya. Sesampainya di dalam, ia menunjukkan sebuah tas berisi kue dan beberapa buah buku cerita pada adiknya.

 

“Suie.. Hyung lapar. Kau juga kan? Ayo kita makan bersama?”

***

 

Yunho mengerutkan keningnya. ia mulai merasa khawatir. Sekarang pukul sebelas malam dan sudah hampir satu jam ia menunggu tapi Jaejoong belum juga pulang. Padahal Changmin mengaku telah melihatnya meninggalkan kafe sejak pukul 3 sore tadi.

 

“Aish! Kemana perginya anak itu?”

 

Baru saja ia berniat meninggalkan tempat itu, Jaejoong datang menghampirinya.

 

“Hai..”

 

Yunho menghembuskan nafas lega. “Akhirnya kau datang juga..”

 

Jaejoong mengerutkan keningnya, heran. Ia tidak mengerti kenapa Yunho datang kembali menemuinya. Padahal ia sudah mengatakan bahwa ia tidak akan mempermasalahkan kejadian di malam mereka bertemu. Lagipula Yunho tidak meninggalkan benda apapun di rumahnya. Jadi tidak mungkin ia datang kemari untuk mengambil sesuatu.

 

 “Jaejoong!” Suara itu mengejutkan mereka berdua.

 

Jaejoong membelalakkan matanya. Tuan Song, pemilik kontrakan yang ia tempati, berdiri tidak jauh dari mereka dan menatapnya dengan tatapan yang sama sekali tidak ia sukai. Tidak lama kemudian pria tua itu menghampirinya.

 

“Kau belum membayar uang sewamu selama tiga bulan..” Ia menghembuskan asap cerutunya. “Kau tahu konsekuensi apa yang harus kau bayar jika kau tidak melunasinya kan?”

 

Jaejoong menundukkan wajahnya. “Mianhae.. Aku harus membayar biaya perawatan adikku..”

 

Tuang Song tersenyum sinis. “Aku tidak peduli dengan kehidupanmu.. Yang aku inginkan adalah hakku atas rumah yang kau tempati”

 

Yunho memandangi pria tua yang ada di hadapannya itu dengan tatapan tidak suka. Bagaimana mungkin seseorang bersikap sekasar itu pada Jaejoong hanya karena ia tidak mampu membayar uang sewa. Lagipula Jajoong memiliki alasan yang benar atas keterlambatan pembayarannya.

 

“Eh? Yunho jangan..” Jaejoong berusaha menghentikan Yunho yang berjalan mendekati pemilik kontrakannya.

 

 “Siapa anak ini?” Tuan Song menatap Yunho dengan sinis.

 

“Berapa..?  Berapa biaya yang harus ia bayar untuk tinggal di bangunan jelek milikmu itu?” sahut Yunho tidak kalah sinis.

 

Tanpa menunggu jawaban, Yunho mengeluarkan lembaran uang dari dalam dompetnya dan menyerahkannya pada pria tua itu sebelum menarik Jaejoong menjauh. Dengan satu isyarat, Yunho memerintahkan Jaejoong masuk ke dalam mobilnya. Jaejoong hanya diam dan menurutinya karena merasa takut pada ekspresi wajah Yunho yang terlihat marah.

 

Mobil mewah itu akhirnya melesat melintasi jalanan malam yang sunyi. Dari kursi depan, Yunho menatap Jaejoong yang duduk di belakang melalui kaca spionnya. Jaejoong menyandarkan tubuhnya dengan mata separuh tertutup. Ekspresi lelah terlihat dengan sangat jelas dari wajahnya.

 

“Beristirahatlah.. Aku akan membangunkanmu saat kita sampai nanti..”

***

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Yeojachingu_YunJae
#1
Chapter 2: ah,,,, seru... Yunho pasti naksir Jaejoong
hahahahaha

nextnya adakah chingu?
KimJaeVin #2
Chapter 2: keren!!! wah kyk'a ada aura persaingan ni antara YH & CM
lanjuutt!!
5starnables
#3
Chapter 2: ohhhhh!!!! ohhhhh!!!!
kita udah terkontaminasi, chingu~~~ hahahahaha. XD

jadi jadi homin sahabat? atau adik kakak?
aigooooo... changmin nguntit itu disuruh yun atau emang udah tertarik sama jae juga??? o_o

wah... junsu.... *sobs*
kenapa junsu bisa amnesia? ada hubungannya kah sama homin?
jangan2.....

*mulai delusional*
5starnables
#4
Chapter 1: Wah wah wah.
Tadinya dikira changmin pas baca "kulit kecokelatan".
Hihihihihi. XD Dikira yun jadi buronan kenapaaaa... Untung dia orang baik baik #mana ada orang baik2 maen cium --"

Bagus... Ehehehehehe.
Ayo updet!!!!!