SKY - We meet

SKY

 

Langit begitu cerah hari ini. Perasaan Minhwan tak pernah sebaik ini sejak tiga bulan yang lalu. Sejak Anzu sudah tidak lagi bersamanya, memupuk perasaan bersalah karena Minhwan tak pernah tahu bagaimana caranya mencintai Anzu, akhirnya hanya berharap Anzu bisa bahagia bersama orang lain.

 

 

Minhwan menghentikan langkah kakinya, dan memilih untuk duduk menikmati suasana taman sore hari. Matanya

menerawang langit, begitu luas teduh.Sesaat pandangan matanya jatuh pada seorang perempuan yang duduk tak jauh darinya. Sama sepertinya, memandang langit. Minhwan lama memandangi wajah perempuan itu, wajah yang memandang langit dengan tatapan sendu, seperti ingin merengkuh langit namun tak dapat dilakukannya.

 

 

“Saranghe..nomu saranghe..” sebait kalimat terdengar sedih di telinga Minhwan membuatnya semakin penasaran dengan perempuan di sebelahnya.

 

“Oppa..Apa kamu bahagia sekarang, sudah menggapai langitmu?”

 

 

Minhwan mengalihkan pandangannya. Dia menangkap ucapan gadis itu. Sejujurnya Minhwan terkejut saat

mendengar gadis mengucapkan ‘saranghe’, bukan berharap kata itu untuknya, tapi ternyata untuk seseorang di atas sana.

 

 

“Semua yang sudah mencapai langit pasti akan bahagia.” Ucap Minhwan sambil ikut menatap langit, membuat

perempuan itu menoleh heran melihatnya.

“Kamu..?”

 

“Mianhe, Aku tak sengaja mendengar ucapanmu." 

 

“Hmm, semoga kamu berpikir aku bukan orang gila.”

 

“Anieyo, semua akan sedih jika orang yang kita cintai merengkuh langit tapi meninggalkan kita di dunia. Aku mengerti perasaan itu.”

 

“Ne, kita hanya bisa melihat langit, berharap di sana mereka bahagia.” Perempuan itu menghentikan ucapannya untuk menarik nafas pelan, “langit, menurutmu langit itu bagaimana?” perempuan itu bertanya.

 

“Langit? Bagiku seperti harapan yang sangat luas, yang ingin di capai semua orang. Langit juga melindungi kita, memandangnya rasanya membuat tentram. Dan mungkin juga sebagai bukti seberapa besar rasa cinta seseorang.”

 

 

Perempuan itu memandang Minhwan, terkesima dengan ucapannya. Ucapannya yang mengatakan bahwa langit

sebagai bukti besarnya cinta.

 

Perempuan itu kembali menatap langit, sebuah tanya besar dalam benaknya.

 

 

Minhwan tak ingin lebih lama menggangunya, sudah seharusnya dia pergi.

 

“Tetaplah semangat. Dia yang di sana akan lebih senang melihatmu bahagia.” Ucap Minhwan sebelum dia pergi.

 

“Gomawo yo.”jawabperempuan itu, sambil menatap sosok Minhwan yang perlahan menjauh. Sebuah keinginan melintas di kepalanya, membuatnya berdiri dan menyerukan sesuatu pada Minhwan.

 

 

“Yaa, aku Choi Hyun Ah. Jeongmal Gomawo yo.”

 

Minhwan menghentikan langkahnya dan berbalik, mengembangkan senyum.

 

“Nae Choi Minhwan. Senang bertemu denganmu.”

 

 

Hyun Ah mengangguk mantap mendengar ucapan Minhwan. Hari ini sebuah jawaban menerangi benaknya, akhirnya

bisa menjawab pertanyaan yang sudah setengah tahun ini membuatnya bingung.

 

 

“Choi Minhwan, seorang yang bermarga sama denganku. Orang yang baik. Semoga aku bisa bertemu lagi

dengannya dan mengatakan padanya bahwa aku bisa hidup bahagia.”ucap Hyun Ah mantap, meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja, walaupun tanpa ‘dia’yang sudah tidak bersamanya.

-----------***----------

 

 

Minhwan menghentikan makannya. Ucapan ommanya barusan mengagetkannya.

 

“Jinjja? Kenapa aku tidak pernah tahu?”tanyanya heran.

 

“Omma juga baru tahu dari ayahmu dua hari yang lalu.”

 

Minhwan tak pernah tahu kalau bibinya tinggal di rumah sakit jiwa sejak enam bulan lalu. Shimrin Ahjumma yang merupakan sepupu ayahnya harus menerima kenyataan pahit bahwa ia kehilangan anak satu-satunya, keluarga bibinya benar-benar hancur sekarang. Setelah ditinggalkan suaminya sepuluh tahun yang lalu, Shimrin ahjumma harus

menghidupi anaknya sendirian. Dan kini dia benar-benar sendirian, sangat terpukul sampai dia harus mendapat perawatan kejiwaan.

 

 

Minhwan teringat dia begitu dekat dengan bibinya, sampai orang-orang mengatakan bahwa dia dalah anak bibinya. Sedangkan Kyu Hyun, anaknya sendiri selalu tidak di rumah. Membuat Minhwan tak pernah akrab dengannya.Sampai Kyu Hyun meninggal pun, Minhwan tak sempat datang karena saat itu dia berada di Jepang. Sekarang yang harus dia lakukan adalah menghibur bibinya. Bagaimanapun juga Shimrin Ahjumma, sudah merupakan orang tua kedua baginya. Minhwan menyetujui saran ibunya untuk menjenguk bibinya secara berkala, sampai keadaan bibinya membaik.

-------***--------

 

 

Pagi sekali, walaupun masih mengantuk, Hyun Ah segera bersiap-siap. Hari ini dia harus mencoba lagi. Sejak

berbulan-bulan kehilangan ‘dia’, Hyun Ah masih mencoba untuk menyatakan kebenaran. Dan hari ini, dia berharap semua menjadi lebih baik dari sebelumnya.

“Walaupun sedikit, aku harus berhasil meyakinkannya.” Ucapnya mantap, mengambil tasnya dan segera pergi.Kakinya melangkah pasti, hari ini akan di mulai lagi, kebenaran harus di dengar.

 

 

TO Be Continued at next chapter^^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
nickskullnick
new update, SKY (FF One Shoot)

Comments

You must be logged in to comment
minariFini
#1
Chapter 4: Ahhh romantisssss author-nim^^