Never Let Go | 3

Never Let Go

3

          Previous story...

“Kau terlihat seperti orang sehat.”

            “Aku memang sehat.” Seungyub tersenyum, memamerkan rabbit smile miliknya.

            “Omong kosong.” Kemudian Suzy pergi keluar kamar Seungyub, hatinya masih cemas. Lebih cemas dari orang yang sedang mengidap penyakit itu. Sederhana saja, ia takut. Takut kehilangan, seseorang yang sangat penting dalam hidupnya.

 

 

            “Jadi, kau akan ambil jurusan apa nanti?” tanya Soojung sembari menggigit kecil pensilnya.

            Seungyub melirik teman sebangkunya itu. “Menurutmu?” kemudian ia sadar apa yang sedang dilakukan Soojung, “Oh, jangan gigit-gigit pensilmu seperti itu.”

            Soojung meringis lalu meletakkan pensilnya. “Kau kan pintar Kimia... mengapa tidak ambil itu saja?”

            “Kimia? Menurutmu itu bagus?” Seungyub berpaling pada Suzy yang duduk di belakangnya.

            Suzy tersentak kaget, cepat-cepat ia menutup buku yang tadi sedang ia baca.

            “Hei, kau baca buku apa?” tanya Soojung  melongok ke bawah meja Suzy.

            “Tidak. Hanya buku pengetahuan,” Suzy melirik Seungyub, pandangannya bertemu saat Seungyub sedang menatapnya tajam.

            “Sudahlah lupakan saja, sekarang dia main rahasia-rahasia dengan kita.” Ujar Seungyub menepuk bahu Soojung, agar gadis itu tidak penasaran lagi.

            Soojung hanya terdiam bingung, namun tiba-tiba ia menemukan ide.

            “Seungyub, bolehkah hari ini aku ke rumahmu?”

            Seungyub menoleh, “Untuk apa?”

            “Oh, ayolah... aku mau belajar bersamamu.” Ujar Soojung, lalu meminta persetujuan dari Suzy. “Kita belajar bertiga, sudah lama kan kita tidak belajar bersama-sama? Bagaimana?”

            Suzy hanya tersenyum lalu mengangguk.

            “Ya, ya. Baiklah.”

 

****

 

            “Halo, Bibi!” sapa Soojung membungkuk sopan pada Ibu Seungyub.

            “Soojung, astaga...  Kau kemana saja? Mengapa baru kesini sekarang?” sahut Ibu Lee merangkum pipi Soojung.

            Seungyub menghempaskan tubuhnya di sofa. “Ibu, sebenarnya dia ini anak ibu juga ya?”

            “Tentu saja. Kau, Suzy, Soojung adalah anak ibu semua, senangnya bila kalian bertiga tinggal bersama disini...”

            Suzy hanya terkekeh, lalu duduk di sebelah Seungyub.

            “Ya, ya. Ibu adopsi saja dia, supaya jadi anak ibu. Biar nanti kalau aku tidak ada, ibu tidak kesepian.” Ucap Seungyub sambil tertawa.

            Suzy menoleh. Alisnya berkerut, ia bisa meresap apa yang dikatakan lelaki di sebelahnya. Suzy heran mengapa lelaki yang terlihat kuat namun lemah ini bicara semudah itu. Seperti tidak ada yang terjadi pada dirinya.

            Ibu Lee hanya tertawa, sambil merangkul Soojung yang tersenyum. Layaknya ibu dan anak kandungnya.

            “Yah! Kau bilang saja kau iri,” ledek Soojung.

            Seungyub hanya menjulurkan lidahnya balik meledek Soojung.

            “Baiklah, kalian belajar dulu saja di atas. Ibu akan buatkan kalian makan siang. Oke?” tawar Ibu Lee.

            Mereka bertiga mengangguk, seorang pun tidak ada yang menolak tawaran Ibu Lee.

            Kemudian Soojung dan Seungyub hendak naik ke atas untuk belajar, namun Suzy menarik lengan Seungyub.

            “Ada apa?”

            “Tadi.. apa yang kau bicarakan?” tanya Suzy, ia tak berani menatap mata Seungyub.

            “Apa? Yang mana?” Seungyub pura-pura tidak tahu, menganggap perkataannya tadi tidak penting.

            Suzy menghela napas. “Sudahlah, ayo belajar. Soojung menunggu diatas.” Ujarnya sambil berlalu melewati Seungyub.

            Seungyub tahu perasaan Suzy, sikapnya ini membuat Suzy merasa kesal. Ia tahu itu, biar saja. Biar gadis itu membencinya sekalian. Walaupun ia tahu, peluang terjadinya hal itu sangatlah kecil.

 

 

            “Nomor yang ini bagaimana?” tanya Soojung pada Seungyub.

            “Yang ini kan sudah ada di contoh, coba kau baca, pahami dulu. Baru mengerjakan.”

            Soojung hanya mencibir dengan jawaban Seungyub.

            Beberapa saat, hanya ada keheningan di antara mereka bertiga. Untuk kesekian kalinya Soojung bertanya pada Seungyub.

            “Seungyub, yang ini bagaimana?” Soojung masih tetap menatap bukunya.

            Karena tidak ada respon dari Seungyub, Soojung baru menyadari kalau Seungyub memang tidak mendengarnya. Lelaki itu terdiam, wajahnya tertutupi oleh tangan dan kertas-kertas.

            Soojung menoleh ke arah Suzy yang sedang mengerjakan tugasnya di atas sofa.

            “Dia tidur?” tanya Soojung.

            Suzy langsung bangun dari sofa, “Tidur?”

            “Seungyub.. Seungyub..” Soojung menggoyang-goyangkan bahu Seungyub.

            Suzy membalikkan tubuh Seungyub. “Darah..”

            Soojung terkejut, “Ada apa dengannya?”

            “Hidungnya berdarah... Lagi,” Suzy menatap lelaki itu dengan tatapan sedih. “Ambilkan aku tisu, dan ayo angkat dia ke sofa.”

            Soojung mengangguk, lalu ia memberikan beberapa lembar tisu pada Suzy. Mereka berdua mengangkat lelaki bertubuh besar dan jangkung itu ke sofa—tepatnya pinggir sofa.

            “Suzy, sejak kapan dia begini?”

            “Entahlah, dia.. akhir-akhir ini sering lemas dan jatuh sakit.” Suzy membersihkan darah di hidung Seungyub dengan hati-hati—itu pesan dari Seungyub.

            Soojung memberikan aromatherapy di dekat hidung Seungyub agar ia cepat bangun.

            “Uhh, mmm..” Seungyub mulai membuka  matanya.

            Soojung berbinar. “Kau sudah bangun? Kau ini kenapa sih? Kau sakit?”

            Seungyub masih belum sadar apa yang terjadi. “Aku, aku kenapa?”

            “Pingsan, hidungmu berdarah lagi.” Jelas Suzy sembari merapikan buku-buku di meja.

            Karena tak mau terlihat lemah dan sakit ia mulai semangat kembali.

“Ayo, lanjut belajar. Bukankah kau masih belum paham materi tentang termokimia?”

            Soojung memutar bola matanya. “Kau ini sakit, masih saja menyuruhku belajar. Bodoh, ayo kita makan saja. Pasti Bibi Lee sudah selesai menyiapkan makanan untuk kita.”

            “Dasar.” Cibir Seungyub pada Soojung.

           Suzy membuang karbondioksida di dalam tubuhnya dengan berat. Yang hanya dipikirannya hanyalah, Seungyub. Seungyub. Keadaan Seungyub. Kesehatan Seungyub.

            Seungyub menoleh pada Suzy, ia menyunggingkan senyuman tulus. Seperti ucapan terimakasih.

            “Kau, berhentilah bersikap kuat seperti itu.” Bisik Suzy, yang kemudian mengusap setitik air mata yang jatuh beberapa detik yang lalu.

            “Aku memang kuat.” Balasnya pendek. “Dan aku akan baik-baik saja.”

            Seungyub tersenyum, lalu jarinya seakan membentuk simbol “Ok.”

 

****

 

            Gadis berambut lurus sepanjang bahu itu, sibuk membaca buku yang sejak beberapa minggu yang lalu ia tekuni halaman demi halamannya. Ia sangat ingin tahu, apa itu HIV, apa itu AIDS. Dan segala sesuatu yang bersangkutan dengan penyakit tersebut.

            “Suzy... ayo makan dulu, nanti baru lanjut belajarnya.” Ujar Ibu Lee sambil mengusap-usap bahu Suzy. “Kau sedang baca buku apa?”

            “Ah ini...”

            “HIV dan AIDS?” tanya Ibu Lee agak bingung, mengapa Suzy membaca buku pengetahuan itu.

            “Hm, iya. Aku hanya ingin mengetahuinya saja.”

            “Oh, begitukah? Baiklah, ayo cepat turun. Kita makan malam bersama.” Ibu Lee hanya mengangguk lalu mengusap pelan rambut Suzy.

 

****

           

            “Ayah, kalau aku ambil jurusan Kimia di Kyunghee University bagaimana?”

            “Ayah serahkan padamu, kemauanmu, minatmu. Ayah tidak akan melarang,” sahut Ayah Lee seraya meneguk air putih di gelasnya.

            Seungyub tersenyum lalu melanjutkan makan malamnya.

            “Seungyub, makan yang banyak, akhir-akhir ini badanmu semakin kurus saja.” Ujar Ibu Lee.

            “Tentu, Bu. Aku akan banyak makan, apalagi kalau masakan Ibu,” Seungyub menyumpit beberapa pickles di sebelah mangkuknya.

            Suzy hanya terdiam. Pikirannya tidak sedang ada dirumah, pikirannya sedang menari-nari jauh—entahlah apa yang sedang ia pikirkan.

            “Ya! Bisa-bisa nasimu itu masuk ke hidung kalau kau melamun seperti itu, kau ini kenapa?” tegur Seungyub melihat Suzy yang melamun dan hendak menyuap nasi ke mulutnya.

            Suzy sontak menoleh ke arah Seungyub. “Ne? Oh, aku? Aku tidak apa-apa,” sahutnya nyengir bingung.

            Seungyub hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

            “Aku sudah selesai makan, Bu. Aku ke atas,” Seungyub menyudahi makan malamnya, “Kau, mau belajar bersama?”

            Suzy meneguk airnya, lalu mengangguk. “Aku ke atas dulu, Bu.”

 

****

 

            Seungyub sibuk menyelesaikan soal-soal persiapan ujian. Sedari tadi kamar sang pemilik yang sibuk sendiri terasa hening, hanya ada suara jarum jam yang berotasi mengelilingi porosnya tanpa bosan.

            “Seungyub...” 

            “Eum...”

            Suzy menggeleng—padahal lawan bicaranya sedang tidak melihatnya. “Tidak jadi,”

            Seungyub mendongak, menaikkan alisnya. “Berhenti bersikap aneh seperti itu,”

            “Aku aneh?”

            Seungyub mengangguk.

            Suzy mencibir sebal. “Kau ini...”

            “Mau sampai kapan kau merahasiakan ini dari Ibu dan Ayah?!” bentak Suzy kemudian berdiri, memukul meja hingga alat tulis di atasnya jatuh ke lantai.

            Seungyub menatap kosong pensil, penghapus, pulpen yang jatuh di lantai.

            “Jawab aku!” Suzy menahan air mata yang nyaris tumpah dari asalnya.

            Seungyub meletakkan pulpennya, ia ikut berdiri. Menatap ke arah lain.

            “Entahlah,”

            “Semudah itu? Bisakah kau menghargai perasaan orang yang selalu memikirkan keadaanmu? Sampai dia tidak bisa tidur nyenyak normal seperti biasanya, dan itu hanya karena ia takut—“ jelas Suzy, yang pada akhirnya menumpahkan air matanya.

            “Kau takut apa? Bahkan aku tidak pernah ingin kau memikirkan hal ini!” balas Seungyub tak kalah keras.

            Suzy membalikkan tubuhnya, membelakangi Seungyub. Ia menangis hingga sesenggukan.

            “Jadi, kau ingin aku membiarkanmu, merasakan sakit itu sendirian...” Suzy bergumam lebih pada dirinya sendiri. “Aku bisa saja melakukan itu, tapi tetap saja aku tidak bisa...”

            Seungyub menatap bahu gadis depannya yang masih berguncang. Ia perlahan mendekati dimana Suzy berada. “Maaf, maafkan aku yang terlalu egois,”

            Suzy masih tetap membelakangi Seungyub, wajahnya basah akibat air matanya sendiri. Kemudian akhirnya ia berbalik, “Tidak apa-apa.”

            “Terimakasih,” Senyum Seungyub, walaupun Suzy kembali membelakanginya. Ia meraih tubuh Suzy, memeluknya dari belakang. Mungkin ini saat yang tepat untuk memberi tahu pada Suzy tentang perasaan yang sebenarnya.

            “Yah, apa yang kau lakukan?”

            “Saranghae, Bae Suzy.” Bisik Seungyub, kemudian menyentuh ringan bibir gadis yang diam-diam telah lama ia cintai dengan bibirnya sendiri.

           Suzy hanya terdiam, ia hanya bisa menerima perlakuan mengejutkan dari Seungyub. Sampai akhirnya, pemuda itu melepaskan tautan bibir mereka.

            “Maaf, hanya itu yang bisa kulakukan,”

            “ ‘Hanya itu yang bisa kulakukan’ apa maksudmu?” Suzy tersenyum geli. “Memangnya apalagi yang ingin kau lakukan?”

            Seungyub menatap Suzy lekat-lekat. “Menikahimu,”

            Kalimat singkat yang membuat aliran darah Suzy mengalir dengan cepat, hingga wajahnya memerah. Suzy tersenyum. Hanya sesaat. Kemudian disambut dengan pemandangan yang membuat dirinya memekik.

            “LEE SEUNGYUB!”

            Pemuda itu ambruk tepat di depan Suzy. Tepat setelah ia mengatakan keinginannya yang paling dalam. Keinginan yang kini sudah ia ucapkan kepada seseorang yang penting dalam hidupnya.

 

 

 

 

 

 

To Be Continue........

Okay, mungkin kelamaan banget updatenya. Ini udah mau final kok.

Oke tinggal satu chapter lagi, udah didecide untuk Tamat di Chapter 4.

So, stay tune, stay waiting. And maybe stay mad with this weird author. HAHAHAHA.

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
moe2khin #1
Please update soon author nim .
AnisaSueweeties #2
Chapter 2: asik.... bahasa indo... jarang ad ff suzy bhs indo... keren!!
Ananda-yune
#3
Chapter 1: ahhhhh.... kok keren? :) itu.. pengen punya sahabat kyk gitu. lanjut ya :)))
Ananda-yune
#4
seungi?? ahhh.. nemu juga ff indo :)