kelompok 9 Tunalaras
BABK kel 5 - 11ABSTRAK
Permasalahan umum yang akan dipecahkan lewat makalah ini adalah mengenai
anak tunalaras, mulai dari ciri hingga cara mendidiknya. Adapun masalah yang
dipaparkan di dalamnya menyangkut: Apa yang dimaksud dengan anak berkebutuhan
khusus?
1) Apa yang dimaksud dengan anak tunalaras ?
2) Apa sajakah klasifiaksi dari anak tunalaras ?
3) Apa saja karakteristik dari anak tunalaras?
4) Apa sajakah faktor yang menyebabkan anak mengalami tunalaras?
5) Bimbingan atau pendidikan seperti apa yang harus diberikan terhadap anak tunalaras ini?
6) Apa saja masalah yang dihadapi anak tunalaras di SD?
Tujuan utama dibuatnya makalah ini adalah untuk memahami bahasan mengenai anak tunalaras,
mulai dari klasifikasi, karakteristik, penyebab serta tipe pendidikan yang cocok diterapkan
pada anak tunalaras.
Hasil pembahasannya adalah sebagai berikut:
1) Anak tunalaras ini merupakan bagian dari anak berkebutuhan khusus yang memiliki gangguan
emosi dan mentalnya dimana anak ini cenderung berbuat sesuatu yang tidak biasa dilakukan
oleh anak seusianya.
2) Ada dua faktor yang menyebabkan seorang anak mengalami tunalaras.
Kedua faktor itu yakni faktor keturunan serta faktor lingkungan.
3) Untuk menangani anak yang mengalami ketunalarasan tidak harus selalu disekolahkan
ke sekolah luar biasa ( SLB ). Anak tunalaras ini masih bisa dan layak untuk bersekolah
di sekolah normal pada umumnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan kita sehari-hari sering kita jumpai berbagai macam tingkah laku,
karakteristik serta bentuk fisik manusia, baik itu orang yang normal maupun orang yang
mengalami kekurangan atau tidak normal. Begitu pula halnya di dalam dunia pendidikan.
Pendidikan di negeri ini tidak hanya diberikan untuk anak-anak normal saja, melainkan
anak-anak yang berkebutuhan khusus juga berhak untuk medapatkan layanan pendidikan
yang sama.
Anak yang mengalami ketidaknormalan ini disebut sebagai anak berkebutuhan khusus.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami gangguan atau hambatan
perkembangan baik fisik, mental, maupun kognitifnya sehingga mereka membutuhkan
perhatian dan layanan khusus. Hal ini dimaksudkan agar mereka mampu menjalani kehidupan
sehari-hari layaknya anak-anak normal lainnya tanpa harus selalu bergantung pada orang lain.
Salah satu anak yang mengalami hambatan atau gangguan yaitu anak tunalaras.
Anak tunalaras adalah anak yang mangalami gangguan emosi dan mentalnya dimana anak ini
cenderung berbuat sesuatu yang tidak biasa dilakukan oleh anak seusianya. Contoh prilaku yang
dilakukannya adalah mencuri, membuat keributan, menyakiti orang lain dan sebagainya yang
tidak biasa dilakukan oleh anak seusianya.
Dalam kasus anak tunalaras ini, salah satu faktor yang sangat memperngaruhi
perkembangannya yaitu faktor lingkungan anak tersebut baik itu lingkungan keluaga,
sekolah maupun masyarakat. Jika anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang baik,
maka tumbuh kembang anak pun akan baik pula namun begitu juga sebaliknya jika anak
tumbuh dan berkembang dalam sebuah lingkungan yang tidak baik, maka otomatis akan
mempengaruhi tumbuh kembang anak tersebut ke arah yang negatif atau tidak baik.
Dalam kenyataanya, anak tunalaras ini sering dianggap meresahkan orang lain karena
perilakunya yang cenderung mengganggu. Sehingga tidak jarang banyak orang yang tidak
menyukainya, bahkan orang tuanya pun tidak jarang yang medidiknya secara keras. Padahal
jika ditelaah lebih jauh, anak yang berkebutuhan khusus seperti ini, seharusnya diberikan
bimbingan serta pendidikan yang khusus pula agar perilaku menyimpangnya tidak berlarut-
larut serta bisa segera diatasi.
Atas dasar itulah dalam makalah ini dibahas mengenai anak tunalaras serta segala sesuatu
yang berkaitan dengannya baik itu ciri atau karakteristiknya, cara menangulanginya, layanan
bimbingan atau pendidikan yang harus diberikan kepadanya, serta hal-hal lainnya yang
berhubungan dengan anak tunalaras ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian
Tunalaras adalah sebutan bagi seseorang yang tidak dapat mengendalikan emosinya,
bertindak sesuka hati tanpa memikirkan buah dari tindakannya. Kelakuan yang mereka
tunjukan dapat terjadi karena adanya tekanan yang berkelanjutan.Tak jarang perbuatan
yang mereka lakukan membuat panik dirinya dan orang lain.
Menurut Undang-Undang Pokok Pendidikan nomor 12 tahun 1952, anak tunalaras adalah
individu yang mempunyai tingkah laku menyimpang/ berkelainan, tidak memiliki sikap,
melakukan pelanggaran terhadap peraturan dan norma-norma sosial dengan frekuensi yang
cukup besar, tidak/kurang mempunyai toleransi terhadap kelompok dan orang lain, serta mudah
terpengaruh oleh suasana, sehingga membuat kesulitan bagi diri sendiri ataupun orang lain
(Mohammad Efendi, 2006: 143). Selain itu, tunalaras juga dapat diartikan sebagai
“anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan atau bertingkah laku tidak
sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat pada umumnya sehingga
membutuhkan pelayanan pendidikan khusus (Hidayat, 2006:9)
B. Klasifikasi
Menurut Samuel A Kirk dan James J Gallagher (Wardani, 2002: 29) sistem
kelainan perilaku dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Anak yang mengalami gangguan perilaku yang kacau (conduct disorder) mengacu
pada tipe anak yang melawan kekuasaan, seperti bermusuhan dengan polisi dan guru,
kejam, jahat, suka menyerang, hiperaktif.
2. Anak yang cemas-menarik diri (anxious-withdraw) adalah anak yang pemalu, takut-takut,
suka menyendiri, peka dan penurut. Mereka tertekan batinnya.
3. Dimensi ketidakmatangan (immaturity) mengacu kepada anak yang tidak ada perhatian,
lambat, tak berminat sekolah, pemalas, suka melamun dan pendiam. Mereka mirip seperti
anak autistik.
4. Anak agresif sosialisasi (socialized-agressive)mempunyai ciri atau masalah perilaku
yang sama dengan gangguan perilaku ang bersosialisasi dengan “gang” tertentu. Anak
tipe ini termasuk dalam perilaku pencurian dan pembolosan. Mereka merupakan suatu
bahaya bagi masyarakat umum.
Adapun beberapa bentuk kelainan perilaku (ketunalarasan) yang dikategorikan ke
dalam dua bagian, yaitu kesulitan penyesuaian perilaku sosial dan kelainan emosi.
Penjelasannya dikemukakan oleh Mohammad Efendi (2006: sebagai berikut:
1. Anak kesulitan penyesuaian sosial:
a. Anak agresif yang sukar bersosialisasi adalah anak yang benar-benar tidak
dapat menyesuaikan diri, baik di lingkungan rumah, sekolah maupun teman sebayanya.
b. Anak agresif yang mampu bersosialisasi adalah anak yang tidak dapat menyesuaikan
diri di lingkungan rumah, sekolah ataupun masyarakat, tetapi mereka masih memiliki
bentuk penyesuaian diri yang khusus, yaitu teman sebaya yang senasib (gang).
c. Anak yang menutup diri berlebihan (over inhibited children) adalah anak yang tidak
dapat menyesuaikan diri karena neurosi. Sikap anak tipe ini dimanifestasikan dalam
bentuk over sensitive, sangat pemalu, menarik diri dari pergaulan, mudh tertekan,
rendah diri, dll.
2. Anak kelainan emosi
a. Kecemasan mendalam tapi kabur dan tidak menentu arah kecemasan yang
dituju (anxiety neurotic). Kondisi ini digunakan sebagai alat untuk mempertahankan
diri melalui represi.
b. Kelemahan seluruh jasmani dan rohani yang disertai dengan berbagai keluhan
sakit pada beberapa bagian badannya (astenica neurotic). Kondisi ini terjadi akibat
konflik batin atau tekanan emosi yang sukar diselesaikan.
c. Gejala yang merupakan tantangan balas dendam karena perlakuan kasr (hysterica
konversia). Kondisi ini terjadi akibat perlakuan kasar yang diterima sehingga ia juga
akan berlaku kasar yang diterima sehingga ia juga akan berlaku kasar terhadap orang
lain sebagai balas dendam untuk kepuasasn dirinya.
C. Penyebab
Secara umum faktor terjadinya ketunalarasan disebabkan oleh:
1. Faktor Keturunan
Keabnormalan atau kelainan perilaku menyimpang yang dilakukan orang tua
dari seorang anak dapat memberikan kontribusi ketunalarasan juga kepada anak tersebut.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan ini terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Jadi ketika seorang anak tumbuh dan berkembang di lingkungan yang tidak baik maka
tumbuh kembang anak tersebut juga akan terpengaruhi tidak baik, begitu pula sebaliknya.
D. Karakteristik
Hallahan and Kauffman (Wardani 2002:31) mengemukakan 4 karakteristik anak tunalaras.
Yang pertama adalah anak yang mengalami kekacauan tingkah laku. Kemudian anak yang
merasa cemas dan menarik diri. Anak yang kurang dewasa dan yang terakhir anak yang
agresif bersosialisasi.
Adapun karakteristik-karakteristik lain yang sering dikemukakan adalah yang berkaitan
dengan segi akademik, sosial/emosional, fisik/kesehatananak tunalaras. Penjelasannya
sebagai berikut:
1. Karakteristik Akademik
Kelainan perilaku akan mengakibatkan adanya penyesuaian sosial dan sekolah
yang buruk. Akibatnya dalam kegiatan belajar mereka memperlihatkan ciri-ciri
sebagai berikut:
- Pencapaian hasil belajar yang jauh di bawah rata-rata.
- Seringkali dikirim ke kepala sekolah atau ruang bimbingan untuk tindakan discipliner.
- Seringkali tidak naik kelas atau bahkan keluar sekolah.
- Seringkali membolos sekolah.
- Lebih sering dikirim ke lembaga kesehatan dengan alasan sakit, perlu istirahat.
- Orang yang bersangkutan lebih sering berurusan dengan polisi.
- Lebih sering dikirim ke klinik bimbingan.
2. Karakteristik Sosial/Emosional
a. Karakterisik Sosial
1. Masalah yang menimbulkan gangguan bagi orang lain.
2. Perilaku tersebut ditandaii dengan tindakan agresif, yaitu tidak mengikuti aturan,
bersifat mengganggu, mempunyai sifat membangkang atau menentang dan tidak
dapat bekerjasama.
3. Melakukan kejahatan remaja, seperti telah melanggar hukum.
b. Karakteristik Emosional
1. Adanya hal-hal yang menimbulkan penderitaan bagi anak.
2. Adanya rasa gelisah, seperti rasa malu, rendah diri, ketakutan dan sangat sensitif
atau perasa.
3. Karakteristik Fisik/Kesehatan anak tunalaras
Karakteristik fisik anak tunalaras ditandai dengan adanya gangguan makan, gangguan
tidur dan gangguan gerakan. Seringkali anak merasakan ada sesuatu yang tidak beres
pada jasmaninya.
E. Bimbingan bagi Anak Tunalaras
1. Pada Lingkungan Keluarga :
Keluarga adalah lingkungan pertama yang dapat menjadi penyebab dari ketunalarasan
pada seorang anak, dan dalam lingkungan keluarga ini ada beberapa kiat yang dapat dilakaukan
dalam menanggulangi anak yang mengalami ketunalarasan, hal yang dapat dilakukan yaitu
mengelola dan mengenalkan emosi pada anak tunalaras yang tujuannya agar anak tersebut
mampu mengelola emosi pada dirinya. Strategi pencapaian yang digunakan adalah strategi
menurut Bill Roger, yakni:
a. |
Pada saat tiba-tiba saja terjadi konflik |
1) |
Beri waktu untuk mendinginkan suasana. |
2) |
Bahas perilaku yang telah diperbuat anak tanpa menyerangnya. |
3) |
Jelaskan perasaan tanpa menyangkal perasaan anak. |
b. |
Pada saat anak tidak terjadi konflik : |
1. Mengenalkan anak pada buku harian, khususnya buku harian yang didalamnya
ada gambar berupa ekspresi wajah
2. Memberikan anak nasihat yang berhubungan dengan emosi dan cara mengatur
emosi.
Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan secara personal kepada
anak, baik pendekatan emosinya dan pendekatan jati dirinya. Contohnya dengan
memuji, memenuhi keinginannya, memahami karakternya dengan tidak memberikan
hukuman terlebih dahulu. Berusaha memandang sesuatu dari sudut pandang anak.
Prosedur yang diperlukan adalah bertahap dan kontinyu. Karena untuk membantu
pemulihan prilaku dan emosi anak tidak akan bisa dilakukan secara instan.
Tekhniknya berupa pendekatan secara langsung ke anak atau pun secara tidak
langsung melalui teman sebaya anak.
Bentuk latihan yang dapat digunakan:
Bentuk latihan yang mendidik anak mengenal emosi melatih kontrol diri anak, dan
mengajarkan anak berprilaku asertif (ketrampilan dimana anak mengungkapkan
emosi – dengan simpati atau pun empati/ cara menyampaikan hak dengan tidak
melanggar hak orang lain.
2. Pada Lingkungan Sekolah :
Lingkungan sekolah adalah tempat kedua yang dapat membantu dalam menyelesaikan
permasalahan tunalaras ini.
Beberapa macam-macam bentuk penyelenggaraan pendidikan bagi anak tuna laras
adalah sebagai berikut:
a. Penyelenggaraan bimbingan dan penyuluhan di sekolah reguler.
Jika diantara murid di sekolah tersebut ada anak yang menunjukan gejala kenakalan
ringan segera para pembimbing memperbaiki mereka. Mereka masih tinggal bersama-
sama kawannya di kelas, hanya mereka mendapat perhatian dan layanan khusus.
b. Kelas Khusus
Apabila anak tuna laras perlu belajar terpisah dari teman pada satu kelas. Kemudian
gejala-gejala kelainan baik emosinya maupun kelainan tingkah lakunya dipelajari. Diagnosa
itu diperlukan sebagai dasar penyembuhan. Kelas khusus itu ada pada tiap sekolah dan masih
merupakan bagian dari sekolah yang bersangkutan.
c. Sekolah Luar Biasa bagian Tuna laras tanpa asrama
Bagi Anak Tuna laras yang perlu dipisah belajarnya dengan kata kawan yang lain karena
kenakalannya cukup berat atau merugikan kawan sebayanya.
d. Sekolah dengan asrama
Bagi mereka yang kenakalannya berat, sehingga harus terpisah dengan kawan maupun
dengan orangtuanya, maka mereka dikirim ke asrama. Hal ini juga dimaksudkan agar anak
secara kontinyu dapat terus dibimbing dan dibina. Adanya asrama adalah untuk keperluan
penyuluhan
Yang menjadi sasaran pokok dalam pengembangan selanjutnya adalah usaha pemerataan
dan perluasan kesempatan belajar dalam rangka penuntasan wajib belajar pendidikan dasar.
Biasanya anak tuna laras itu segera saja dikeluarkan dari sekolah karena dianggap membahayakan.
Dengan usaha pengembangan sekolah bagi anak tuna laras ini berarti kita memberi wadah seluas-
luasnya atau tempat mereka memperoleh perbaikan bagi kepribadiannya.
Dengan adanya sekolah bagi anak tuna laras berarti membantu para orangtua anak yang
sudah kewalahan mendidik puteranya, membantu para guru yang selalu diganggu apabila
sedang mengajar dan mengamankan kawan-kawannya terhadap gangguan anak nakal.
Pengembangan pendidikan bagi anak tuna laras sebaiknya paralel atau dikaitkan dengan
mengintensifkan usaha Bimbingan Penyuluhan di sekolah reguler. Sehingga apabila anak itu
tidak mengalami perbaikan dari usaha bimbingan dan penyuluhan dari kelas khusus maka
mereka dapat dikirim ke Sekolah Luar Biasa bagian Tunalaras.
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil study pustaka penulis dari data yang bersumber dari buku
referensi juga data yang bersumber dari hasil penelitian atau wawancara mengenai
pendidikan terhadap anak tunalaras, penulis mendapat beberapa informasi mengenai
anak tuna laras ini, yaitu diantaranya :
1. Bahwa anak tunalaras ini merupakan bagian dari anak berkebutuhan khusus yang
memiliki gangguan emosi dan mentalnya dimana anak ini cenderung berbuat sesuatu
yang tidak biasa dilakukan oleh anak seusianya. Contoh perilaku yang dilakukannya adalah
mencuri, membuat keributan, menyakiti orang lain, mengganggu dan lain sebagainya yang
tidak biasa dilakukan oleh anak seusianya. Selain itu, anak yang sulit menyesuaikan diri
dengan lingkungannya juga ( tidak punya rasa percaya diri, pendiam, pemalu ) dapat
dikatakan sebagai anak tunalaras.
2. Berdasarkan hasil pengolahan data yang penulis dapat, ada dua faktor yang menyebabkan
seorang anak mengalami tunalaras. Kedua faktor itu yakni faktor keturunan serta faktor
lingkungan. Seorang anak akan mengalami tunalaras jika orang tua dari anak tersebut
mempunyai perilaku yang dapat dikategorikan sebagai tuna laras, misalnya orang tuanya
merupakan seorang preman yang cenderung membuat keributan atau orang tuanya
mempunyai sikap sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan. Selain faktor keturunan,
faktor yang juga sangat berpengaruh menyebabkan terjadinya ketunalarasan terhadap
seorang anak yaitu faktor lingkungan, baik lingkungan keluarga, sekolah
maupun masyarakat. Jika anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang baik,
maka tumbuh kembang anak pun akan baik pula namun begitu juga sebaliknya jika anak
tumbuh dan berkembang dalam sebuah lingkungan yang tidak baik, maka otomatis akan
mempengaruhi tumbuh kembang anak tersebut ke arah yang negatif atau tidak baik.
3. Menurut kelompok kami, untuk menangani anak yang mengalami ketunalarasan tidak
harus selalu disekolahkan ke sekolah luar biasa ( SLB ). Anak tunalaras ini masih bisa
dan layak untuk bersekolah di sekolah normal pada umumnya. Namun demikian, tetap
harus ada perhatian khusus dari guru yang bersangkutan dalam mendidik anak tersebut.
Pada dasarnya anak tunalaras ini merupakan anak yang dapat dikatakan nakal, selain itu
anak yang cenderung sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan juga dapat dikatan anak
tunalaras. Jadi menurut kelompok kami, anak tunalaras ini tidak selalu harus bersekolah di
sekolah luar biasa. Dalam menangani anak tunalaras ini, selain guru di sekolah yang
membimbingnya, tentunya harus ada campur tangan dari orang tuanya, karena walau
bagaimanapun orang tua atau lingkungan keluarga adalah tempat interaksi yang pertama
dan utama bagi seorang anak.
Di sekolah dasar biasa tidak jarang terdapat anak yang dapat dikatakan tunalaras,
seperti anak nakal yang cenderung mengganggu ataupun anak yang sulit bersosialisai
karena pendiam atau pemalu. Anak tunalaras tersebut jika dibiarkan terus menerus berperilaku
seperti itu, selain akan merugikan dirinya sendiri, juga tentunya tidak jarang perilaku anak
tunalaras tersebut meresahkan atau menggangu orang-orang atau teman-teman sekelilingnya.
Maka dari itu perlu adanya perlakuan khusus yang diberikan terhadap anak tunalaras tersebut.
Menurut kelompok kami, ketika di sekolah SD biasa terdapat anak yang terkategori tunalaras
yang berperilaku nakal dan cenderung mengganggu teman sekelasnya saat belajar, guru harus
sedikit bersikap tegas. Sikap tegas tersebut bukan berarti guru harus bersikap kasar terhadap
anak tunalaras tersebut. Melainkan ketika anak tunalaras tersebut membuat keributan yang
mengganggu teman-teman lainnya, segeralah guru bertindak untuk menegurnya serta memberikannya
pengarahan bahwa apa yang dilakukannya itu tidak baik. Sedangkan untuk anak tunalaras yang
kategorinya sulit bersosialisasi (pendiam atau pemalu), seorang guru harus berusaha bertindak
untuk membangkitkan rasa percaya dirinya yaitu dengan cara memberikannya pujian ketika anak
tersebut mulai berani untuk bertanya atau menjawab pertanyaan guru, serta sering-seringlah guru
melibatkan siswa tunalaras tersebut dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari seperti menyuruhnya
maju kedepan kelas, dengan demikian rasa percaya diri anak tersebut pelan-pelan akan mulai muncul
sehingga lama kelamaan anak tersebut akan bisa dengan mudah beradaptasi serta bersosialisasi
dengan teman atau lingkungannya.
BAB V
KESIMPULAN
Anak tunalaras sering disebut juga dengan anak tuna sosial karena tingkah laku anak tuna laras
menunjukkan penentangan yang terus-menerus terhadap norma-norma masyarakat yang berwujud
seperti mencuri, mengganggu dan menyakiti orang lain. Selain itu, anak tunalaras merupakan anak
yang mengalami hambatan/ kesulitan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial, bertingkah
laku menyimpang dari norma-norma yang berlaku dan dalam kehidupan sehari-hari sering disebut
anak nakal sehingga dapat meresahkan/ mengganggu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Secara umum, anak tuna larasdibagi menjadi 4 kategori yang masing-masing mempunyai karakteristik
yang berbeda yaitu anak yang agresif bersosialisasi, anak yang kurang dewasa, anak yang
mengalami kecemasan dan menyendiri, serta anak yang mengalami gangguan perilaku.
Comments