Pernikahan

Pernikahan

Ini mimpi buruk. Aku tidak pernah berpikir ada kejadian seburuk ini dalam hidupku. Semuanya yang sudah aku siapkan menjadi sia-sia. Aku terancam tidak bisa kuliah karena perusahaan appa benar-benar bangkrut. Aku bahkan meluangkan satu hari berhargaku untuk menangis dan tertidur. Aku merasa buruk dan putus asa. Lalu apa yang harus aku lakukan? Aku tidak bisa tidak menerima perjodohan itu. Tapi aku masih berumur dua puluh dua dan belum sama sekali puas dengan kebebasanku.

 

Perkiraanku beberapa tahun terakhir meleset. Aku dijodohkan dengan rekan kerja ayah, yang sepuluh tahun lebih tua dariku. Aku benar-benar tidak pernah berpikir akan berakhir seperti ini. Ayahku mengingkari janjinya, ia tidak memandang nilai positif secara pribadi tapi memandang nilai positif jabatan yang dipegang calon suamiku. Aku ingin sekali memberontak dan melimpahkan semua tanggung jawab mengerikan ini kepada Yuri dan Minho. Dan kemudian aku tersadar bahwa mereka tidak akan mungkin menerima tanggung jawab itu karena mereka sudah menikah.

 

Ibuku tidak berkata apa-apa karena cukup tahu bahwa aku sangat kecewa. Dan semua keputusan besar tidak apa pilihannya untukku. Bahkan dua pilihan ya atau tidak karena semuanya harus dijawab dengan iya.

 

Malam harinya, aku membasuh wajahku dengan keras dan bersiap menemuai ayah di ruang kerjanya. Aku bisa mendengar suara Minho di dalam. Mungkin dia sedang berbincang soal bisnis? Ah sudahlah. Tanpa mengetuk pintu aku langsung masuk ke dalam ruangan itu dan mendapati ayah sedang memegangi pelipisnya dan menunduk, sedang Minho berdiri di depan ayahku.

 

“Ayah, aku mau.”

 

Aku bisa melihat bahu ayah yang sedikit terlonjak karena kaget dengan apa yang aku ucapkan. Walaupun pilihannya hanya iya, tapi ayah tahu kalau aku anak yang paling keras kepala. Dan jawaban iya yang muncul dari mulutku mengejutkannya.

 

Ia tersenyum dan melambaikan tangannya menyuruhku duduk di sampingnya. “Begitu? Terimakasih.” 

 

Dan ketika melihatmya tersenyum lagi, aku seolah merasa keputusanku untuk menerima pilihan iya tidak ada buruknya. Setidaknya aku berguna. “Tapi tidakkah aku harus menyelesaikan pendidikanku dulu, ayah tahu kan, tidak sampai dua bulan lagi aku ujian skripsi dan-“

 

“Iya, ayah tahu. Ayah sangat menyayangimu. Kau segalanya, kau harus tahu itu.” Aku mengangguk beberapa kali. “Ayah benar-benar minta maaf telah merebut masa mudamu. Dan tentu saja semua akan dimulai ketika kau sudah lulus nanti.”

 

“Jangan seperti itu. Aku tahu pilihan ayah yang terbaik. Aku akan menerimanya.” Aku berbalik menatap Minho. “Apa yang kau lakukan disini oppa?”

 

Minho tersenyum dan mengacak rambutku. “Baru kali ini kau melihatmu sebagai wanita yang hebat.” Kata-katanya yang dramatis membuatku muntah. “Sudah sana tidur, kau harus belajar.”

 

Aku memelototinya dan menggerutu ketika meninggalkan ruangan itu.

 

Kupikir waktu dua tiga bulan itu lama dan cukup untuk membuatku siap menikah dengan orang lain. Kupikir aku akan siap. Ternyata tidak. Semua ilmu pernihakan yang Yuri dan Suyung, istri Minho ajarkan padaku terasa seperti angin lewat. Aku juga melupakan semua yang Yoona dan Junsu tentang bagaimana menyenangkan pria. Mereka memperlakukanku seperti aku akan menjalani rumah tangga dengan serius saja. Padahal aku hanya menikah. Semuanya membuatku merasa tertekan. Kemudian aku teringat sesuatu.

 

Kerja.

 

Disinilah aku sekarang, di ruang tunggu interview calon sekertaris perusahaan ternama. Aku tidak tahu perusahaan siapa ini, tapi begitu melihat lowongan sekertaris, aku langsung membuat cv dan menyiapkan diriku untuk interview. Aku harus berhasil . Setidaknya aku harus berhasil membuat diriku sibuk dengan kerjaan agar aku tidak terlalu sakit hati ketika menikah nanti.

 

Beberapa jam menunggu akhirnya tiba giliranku untuk interview. Entah karena keturunan keluargaku yang pebisnis atau karena kelebihanku yang keren ini, aku sama sekali tidak gugup dan merasa percaya diri ketika menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan oleh beberapa penanya. Semua beres, dan aku pulang dengan senyum yang terplester lebar karena keberhasilanku menjadi sekertaris.

 

“Hehehe, inilah yang namanya keberhasialan. CHEEEERSSS!!”

 

Yoona dan Junsu menatapku dengan senang. Yeah, siapa yang tidak senang ketika teman dekat kalian ada yang berhasil? Aku bisa membanggakan diriku sendiri sekarang.

 

“Hei, api kau ini aneh. Seharusnya calon suamimu itu orang kaya. Tapi kenapa kau malah ingin bekerja?”

 

“Ne, Junsu benar. Harusnya kau menikmati harimu di salon dan membelanjakan uang suamimu untukmu. Kenapa susah-susah?”

 

Aku memandang mereka berdua dengan aneh. “Kalian ingin tahu apa jawabannya?” Dan mereka berdua mengangguk.

 

“Harga diri dan kepuasan.” Kataku dengan senyum lebar dan memasukkan pizza ke dalam mulutku. “Kalian seharusnya tidak melupakan cita-citaku membeli rumah dan memamerkannya pada nenek. Apa jangan-jangan kalian lupa! Omo! Kau melupakannya?!” Jeritku.

 

Tidak kusangka teman baikku melupakan cita-cita sahabatnya sendiri. Kulihat Junsu sedang menyeruput colanya sambil memutar mata ke arahku, dan Yoona, dia hanya tersenyum hambar dan menggaruk pipinya.

 

 

Malam yang indah. Itu menurutku dua jam yang lalu, sebelum orang tuaku menyuruh Yuri dan Suyung untuk mendandaniku. Dan menurut apa yang aku pikirkan, calon suamiku akan datang. Tebak apa yang kudapat? Aku benar! Voila!

 

Seharusnya jika hal ini terjadi tujuh tahun mendatang, dan dia tidak berselisih umur sepuluh tahun denganku aku mungkin akan sedikit berdebar. Tapi tidak kali ini. Semuanya terasa biasa saja, bahkan lengkingan Yuri dan sumpah Suyung akan betapa gagahnya calon suamiku tidak membuatku bergeming.

 

Aku dapat melihat tiga orang asing duduk diantara ayah, ibu, Minho, dan suami Yuri, Junho. Seorang perempuan yang terlihat sebaya dengan ibu, dan dua lainnya laki-laki.

 

“Ah, kalian. Duduklah, kita akan mulai makan malamnya.” Ucap ibu ramah. Aku duduk di samping Yuri dan tersenyum kepada wanita-yang-mungki-menjadi-ibu-mertuaku itu. Yah, setidaknya aku harus menghormatinya.

 

“Yang mana yang namanya Kim Jaejoong?” Ibu-yang-kurasa-akan-menjadi-ibu mertuaku bertanya. Aku tersenyum sedikit dan menatapnya. Entah kenapa aku sama sekali tidak berani menatap dua orang pria asing di meja makan. Chill.. chill..

 

Kurasa tepukan tangan dan pujian yang keluar dari mulut ibu itu agak terlalu berlebihan. Yuri menyodok kakiku dengan heelsnya dan mengatakan aku harus merespon pujian ibu itu. Dengan matanya.

 

“Terimakasih.”

 

Ayah mengehentikan chit-chatnya bersama dua orang pria asing itu dan berdehem. “Nah, seperti yang sudah direncanakan, sebelumnya kenalkan putri bungsuku, Kim Jaejoong.” Aku mengedarkan mataku ke semua orang untuk pertama kali dan berhenti di mata tajam milik salah seorang pria asing yang sedari tadi diam. Aku tersenyum sedikit, dan dia membalas senyumku dengan senyum matanya bukan bibirnya.

 

Anehnya, setelah itu aku sama sekali tidak mendengar kata-kata ayah tentang kita ataupun basa basi lainnya. Yang aku lakukan hanyalah makan, melihatnya sekilas, minum, mencuri pandangan dari pria itu dan makan lagi. Aku tersadar ketika lengan Suyung menyodokku pelan dan menggumkan kata bagaimana, pelan.

 

Aku tidak bisa membalas pertanyaan Suyung walaupun ingin. Kurasa menikah tidak begitu buruk juga

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
XOXO_AKTF #1
Chapter 2: Kok gak ada lanjutannya ya??
Author nim?/
hyoki407 #2
Chapter 2: eihh kau membuat ku penasaran thor lanjuuuut~
ihmin_chan #3
Chapter 2: hahaha. aku ngga tau knpa aku suka bnget sma cerita yg yunhonya jauuuhh lbih tua dri jae ^^
dan FF ini salah satunya. update kilat dong chingu...
lipminnie #4
Chapter 2: pernikahan Jaema gak bakalan buruk deh.kan yg nikah ama Jaema itu Yunpa.
fumiyo #5
Chapter 2: interesting...!!
Blurr_moments
#6
Chapter 2: who is the guy that gonna married with jae unnie?
yunho maybe??
i like it!!
update soon!!
zoldyk #7
Like it..