Chapter 4

Crush on You
Please log in to read the full chapter

Setelah mendengar kabar buruk itu, Nayeon tidak langsung memberitahukan hal itu pada Momo. Ia tidak tahu bagaimana cara menyampaikan kabar buruk itu pada Momo. Momo jelas khawatir melihat Nayeon yang tak bisa berkata apa-apa padanya. Namun, ia tidak berani untuk bertanya pada Nayeon. Sebenarnya, ia takut untuk mendengar kabar buruk itu.

Jinyoung menjemput mereka di mall. Kemudian, ia mengantar Nayeon ke rumahnya untuk mengambil beberapa barang yang ia perlukan untuk tinggal di rumah Jinyoung. Selama perjalanan itulah, Jinyoung menceritakan kejadian yang terjadi sewaktu mereka berada di mall. Saat itulah Momo tahu tentang kabar buruk itu dan Jinyoung juga tahu bahwa gedung yang diledakkan itu adalah tempat tinggal Momo. Jinyoung kemudian mengajak Momo untuk tinggal juga di rumahnya untuk beberapa saat. Momo tak dapat menolak karena ia tidak punya pilihan lain.

Perjalanan ke rumah Nayeon bukanlah perjalanan yang mudah. Akibat kejadian itu, jalanan menjadi sangat macet. Terdapat banyak mobil pemadam kebakaran dan mobil polisi yang berada di jalanan. Untung saja mereka bisa melewati kemacetan itu dan sampai di gedung tempat tinggal Nayeon. Nayeon kemudian memasuki rumahnya untuk mengambil beberapa barang yang ia dan Momo mungkin perlukan.

Setelah pergi ke rumah Nayeon, mereka pergi ke rumah Jinyoung. Selama perjalanan, tak ada satupun dari mereka yang membuka mulut. Suasana dalam mobil begitu hening. Jinyoung tidak berani untuk berkata-kata karena ia merasa hanyalah orang asing bagi Momo. Nayeon juga tidak berani berkata-kata karena ia tidak tahu bagaimana cara untuk dapat menghibur Momo. Yang ia lakukan hanyalah menggenggam tangan Momo dengan erat.

Akhirnya mereka sampai di rumah Jinyoung. Rumah Jinyoung tampak begitu luas, megah, dan elit. Saat memasuki gerbang, terlihat sebuah halaman yang sangat luas. Pada halaman itu, terdapat sebuah ring basket yang tertancap dan sebuah bola basket yang tergeletak.

Saat memasuki rumah Jinyoung, ayah Jinyoung menyambut mereka dengan ramah. Jinyoung kemudian membawa mereka ke kamar tamu yang ada di rumahnya. Kamar tamu itu cukup luas dan terdapat sebuah double bed di dalamnya. Setelah itu, Jinyoung meninggalkan mereka berdua di kamar itu.

Momo berbaring di atas tempat tidur lalu memejamkan kedua matanya. Dari sudut pandang Nayeon, Momo terlihat memiliki banyak pikiran, frustasi, dan stress. Nayeon tidak tahan untuk tidak berkata apa-apa lagi.

“Momo..” panggil Nayeon lalu duduk di pinggir tempat tidur.

“Jangan khawatirkanku. Aku tidak apa-apa,” balas Momo yang masih memejamkan matanya.

“Itu jelas tidak mungkin, Momo,” ujar Nayeon lalu berbaring di sebelah Momo. Nayeon kemudian membalikkan badannya untuk melihat Momo. “Aku ada untukmu. Kau tak perlu menanggungnya sendiri.”

“Nayeon.. aku..” Suara Momo terdengar serak. Momo tidak dapat menahan air matanya lagi. “Apa aku bisa memelukmu sejenak?” tanya Momo lalu membalikkan badannya. Kini mereka saling berhadapan. Nayeon menjawab pertanyaan itu dengan sebuah pelukan. Ia memeluk Momo dengan erat. Momo menangis dalam dekapan Nayeon.

“Kurasa.. kau harus menghubungi orang tuamu,” ucap Nayeon yang masih memeluk Momo.

“Tidak.. aku tidak mau menghubungi mereka,” jawab Momo.

“Kenapa? Bukankah mereka harus tahu tentang hal ini?” tanya Nayeon.

“Kalau aku memberitahu mereka, mereka akan menyuruhku untuk segera pindah dari Seoul. Aku tidak mau pindah. Aku mau ikut pertandingan bulan depan,” jawab Momo.

“Tapi, kejadian ini pasti sudah masuk berita dan orang tuamu akan tahu tentang hal ini,” balas Nayeon.

“Orang tuaku tinggal di luar negeri. Mereka jarang mendapat berita tentang Seoul,” ujar Momo.

“Baiklah.. Kau bisa tinggal di rumahku jika situasi sudah membaik,” balas Nayeon lalu mengelus kepala Momo. Nayeon dan Momo sama-sama terdiam setelah itu.

“Nayeon..” ujar Momo lalu menyembunyikan wajah pada dada Nayeon. “Aku menyukaimu..” ucap Momo dengan suara yang sangat kecil. Nayeon.. dapat mendengar kalimat itu. Namun, ia menganggap apa yang didengarnya itu adalah khayalannya. ‘Tidak mungkin dia menyukaiku,’ pikir Nayeon.

 

***

 

Ayah Jinyoung mengajak mereka untuk makan malam bersama. Ayah Jinyoung sama sekali tak canggung dengan kehadiran Momo bersama mereka. Hanya Momo yang merasa canggung berada di antara mereka. Melihat keakraban mereka, membuat Momo merasa terasingkan. Ia merasa seharusnya ia tidak berada di situ.

“Momo, kau pasti masih merasa shock. Jika ada yang kau butuhkan, bilang saja padaku atau Jinyoung,” ujar ayah Jinyoung.

“Terima kasih karena mengkhawatirkanku, paman,” balas Momo lalu tersenyum.

“Apa kau sudah menghubungimu orang tuamu?” tanya Jinyoung.

“Aku belum menghubungi orang tuaku dan tidak berencana untuk menghubungi mereka dalam waktu dekat,” jawab Momo dengan canggung.

“Kenapa? Apa kau takut orang tuamu khawatir?” tanya ayah Jinyoung.

“Itu adalah salah satu alasannya. Alasan lainnya adalah aku ingin ikut pertandingan bulan depan. Jika aku memberitahu mereka sekarang, mereka pasti akan menyuruhku untuk segera pindah,” jelas Momo.

“Tapi, bukankah mereka pasti akan mendapat berita tentang kejadian ini?” tanya Jinyoung.

“Orang tuaku tinggal di luar negeri. Mereka tidak akan tahu berita tentang kejadian ini,” jawab Momo.

“Kurasa itu bukan ide yang bagus. Tapi, kau boleh tinggal di sini sampai bulan depan,” ujar ayah Jinyoung.

“Terima kasih banyak, paman. Tapi, itu tidak perlu. Aku akan tinggal di rumah Nayeon jika situasi sudah membaik,” balas Momo.

Perbincangan terus berlanjut hingga mereka menyelesaikan makan malam mereka. Ayah Jinyoung dan Momo kemudian memilih untuk beristirahat, sedangkan Jinyoung dan Nayeon memilih untuk bersantai di halaman depan. Di situ, mereka duduk di sebuah bangku dan mulai bercakap-cakap.

“Hari ini benar-benar tidak terduga. Momo pasti sangat shock,” ujar Jinyoung.

“Padahal kami baru saja bersenang-senang..” ucap Nayeon sambil tertunduk.

“Aku pasti sangat frustasi jika berada di posisinya. Dia orang yang sangat tegar,” ujar Jinyoung lalu melirik Nayeon. “Kurasa itu karena kau berada di sampingnya.”

“Aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantunya. Aku tidak berguna.” Nayeon menyembunyikan wajahnya dengan kedua telapak tangan.

“Jangan berkata seperti itu. Tanpa kau sadari, kau adalah support terbesarnya untuk saat ini,” balas Jinyoung lalu merangkul Nayeon.

Pada saat itu, Jinyoung dan Nayeon tidak menyadari kehadiran seseorang yang menyaksikan mereka dari belakang. Orang itu adalah Momo. Ia tidak mendengar percakapan mereka, tetapi ia melihat apa yang diperbuat Jinyoung. Pada saat melihat itu, Momo teringat kembali bahwa Jinyoung adalah orang yang disukai Nayeon. Ia menyadari bahwa perasaannya tidak akan pernah mencapai Nayeon karena sudah ada orang lain yang mengisi hati Nayeon. Momo kemudian memilih untuk tidak menginstrupsi mereka dan kembali ke dalam rumah Jinyoung. Hari itu adalah hari terberat untuk Momo.

Keesokan harinya, Momo dipanggil ke kantor polisi. Meskipun bukan saksi mata kejadian itu, Momo diminta keterangan terkait kejadian aneh yang terjadi sebelum kejadian ledakan itu. Momo merasa tidak ada kejadian aneh yang terjadi sebelum kejadian itu. Namun, polisi tetap bersikeras bahwa pasti ada kejadian aneh. Momo kemudian teringat akan kejadian di mana ia dan Nayeon bertemu seorang pria mabuk. Momo menceritakan hal itu pada polisi walaupun ia tidak yakin bahwa cerita itu memiliki relevansi terhadap kejadian ledakan itu. Setelah menceritakan hal itu, polisi mengizinkan Momo untuk

Please log in to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
momomoguring
Hey, if you want to read the English version of this story, you can check this link https://www.asianfanfics.com/story/view/1450939/crush-on-you-eng-ver

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet