Glass Slipper

I'll Show You 1

박지연

Park Jiyeon

 

Aku memandang diriku di kaca. Knee length dress-ku berwarna peach dengan rok sedikit mengembang dan berlapis kain transparan tipis. Kerah round neck gaunku ini berhiaskan bordir white flower patch appliqué. (Hmm.. beginikah kalau aku menjelaskannya ala perancang busana?). Wajahku kupoles dengan make-up tipis, Hwayoung-lah yang memberitahuku caranya.

Gaun yang Hwayoung pilihkan ini sangatlah cantik, tapi percuma saja. Gaun seindah apapun kalau itik buruk rupa yang memakainya tidak akan terlihat bagus. Otteokhae? Aku juga tidak bisa merias diriku yang sudah keterlaluan jelek ini. Mungkin lebih baik aku tidak usah datang saja. Ya ampun, diriku kembali dilanda rasa khawatir. Kenapa otakku seperti menyuruh agar aku melewatkan pesta ini?

Trrt trrrt....

Ponsel-ku bergetar, aku mengangkatnya. Langsung terdengar suara dari sana. "Jiyeon, aku dan Sungjong sudah hampir sampai. Kita bertemu disana ya!"

"Eeum, Hwayoung.."

"Geumanhae. Aku tidak mau dengar. Kau akan datang dan kita bertemu disana. Dah.." Dia menutup telponnya bahkan sebelum aku sempat berkata apa-apa.

Kuambil kotak sepatu yang berada di atas lantai. Dengan duduk di pinggir tempat tidurku aku memakainya. Daripada wedges apalagi stiletto, kupilih flat shoes. Selain suka modelnya yang sederhana dan manis, aku merasa akan nyaman saat berjalan.

Aku menghembuskan napas. Berpikir sejenak. Ya, bagaimana pun juga aku harus datang. Myungsoo mengundangku. Hwayoung sudah memberiku semua ini. Sungjong juga mendukungku. Jadi setidaknya untuk mereka, aku akan datang.

 

Author

 

"Aku jadi ragu. Kau yakin ini ide bagus?" tanya Sungjong pada Hwayoung yang duduk di sebelah kanan kursinya tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan.

Hwayoung yang sedang memasukkan ponsel ke dalam tasnya, menoleh, "Tentang apa?"

"Mengajak Jiyeon ke pesta," jawab Sungjong menoleh sebentar.

"Apa yang salah? Myungsoo mengundangnya juga, kan? Lagipula dia bilang dia tidak pernah ke pesta seperti ini. Jadi kurasa dia harus mencobanya..," kata Hwayoung. "Aku ingin membantunya. Tidak adil jika orang sebaik dia terus dikucilkan dan diejek hanya karena penampilannya yang berbeda. Yang harusnya kita lakukan adalah mendukungnya, memberinya peluang untuk bersosialisasi dan berubah."

Sungjong tersenyum mendengar jawaban bijak itu. "Kau benar. Aku salut pada pacarku ini. Ternyata dia sangat pintar," dia tertawa.

"Ternyata?" ulang Hwayoung. "Jahat sekali."

Sungjong membelai kepala Hwayoung dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya memegang setir. "Aku bercanda," ujarnya. Hwayoung pun tersenyum.

 

............

 

박지연

Park Jiyeon

 

Aku melangkah memasuki keramaian. Restoran ini didekor dengan apik. Lampu LED dengan cahaya kekuningan bertebaran di mana-mana. Melilit batang pohon dan tiang penyangga atap. Di tengah-tengah terdapat kolam berenang yang cukup luas. Pada permukaan airnya yang tenang mengambang lilin-lilin yang menyala. Orang-orang yang ada di sini memperhatikanku. Heran kenapa aku bisa-bisanya datang ke pesta yang sama sekali tidak cocok denganku. Sayangnya aku tidak boleh menunduk karena harus mencari sosok Hwayoung disana. Untungnya tidak sulit. Karena aku tahu Hwayoung selalu terlihat paling menawan dari siapapun dimanapun.

Dia tersenyum ketika melihatku dan itu membuatnya terlihat lebih cantik lagi. Hwayoung mengenakan gaun berwarna silver yang terlihat sangat glamour dan cocok di tubuhnya. Lebih seperti evening wear (pakaian yang digunakan pada acara formil) dibandingkan pakaian acara ulang tahun. Tapi semuanya berbaur dengan baik. Dia, bajunya, dan pesta ini. Aksesorisnya lengkap. Dari jarak yang tidak terlalu dekat pun aku dapat melihat semuanya berkilauan. Rambut bergelombangnya ia ikat di atas dengan menyisakan poni dan beberapa bagian rambut depannya. Aku selalu takjub. Bagaimana bisa ia selalu percaya diri dan berpenampilan secantik itu?

Lamunanku buyar saat seseorang menabrakku bahuku. Aku langsung menoleh terkejut. "Apa yang kau lakukan?! Aigoo.. kau membuat gaun baruku jadi jelek!" Nana, si penabrak memarahku.

"Ma-maaf. Aku tidak bermaksud.." Aku menunduk saking takutnya. Kenapa aku seceroboh ini?

"Kau sudah merusak mood-ku di acara penting. Maaf saja tidak cukup!" Nana mengangkat gelas minumannya hendak menyiramkan isinya padaku, tapi seseorang menahannya.

"Sekalipun dia berdiri di tengah, kalau kau melihat-lihat pasti bisa menghindar kan? Kau juga salah, jadi jangan marah begitu." Hwayoung menatap Nana. Ibu periku kembali datang. Ini kesekian kalinya dia membelaku.

"Tapi, Hwayoung.." Nana hendak memprotes.

"Jiyeon sudah meminta maaf, jadi kau juga. Minta maaflah padanya," kata Hwayoung sambil tersenyum.

"Maaf ya," ucap Nana terpaksa lalu langsung pergi dengan menghentakkan kakinya yang mengenakan stiletto.

"Gomawo," ucapku. Sebenarnya aku masih merasa tidak enak pada Nana.

"Sudahlah." Hwayoung menarik tanganku. "Ayo kesana, sebentar lagi acara dimulai," ajaknya. "Ngomong-ngomong, Jiyeon-ah, malam ini kau sangat cantik." Aku hanya tersenyum membalas pujiannya dan berjalan mengikutinya.

 

......

 

"Halo semuanya," sapa Myungsoo sebagai pembuka kata. Suaranya terdengar oleh semua orang karena mikrofon yang dipegangnya. Kami berkumpul di hadapannya, berdiri mendengarkannya bicara di belakang meja tempat kue ulang tahun ditaruh. Hwayoung dan Sungjong berada di kanan kiri dirinya. Aku menelan ludah. Terpesona akan ketampanannya malam ini. Dia terlihat berkali-kali lebih tampan dari seorang idol dengan jas dan pakaian serba hitamnya.

DEG!

Apa dia baru saja memandangku? Park Jiyeon, cobalah untuk bernapas.. Ya tuhan, dia benar-benar membuatku berdebar.

"Aku mengucapkan terimakasih pada kalian karena telah datang ke acara ulang tahunku. Hari ini merupakan hari yang sangat membahagiakan karena akan datang orang yang spesial bagiku. Tujuanku mengumpulkan kalian malam ini lewat pesta yaitu untuk membagi kebahagiaanku bersama kalian.," ucap Myungsoo. "Kuharap aku bisa jadi orang yang.. lebih baik di umur baruku ini," lanjutnya. Semua bertepuk tangan, termasuk aku.

"Ayo tiup lilin!" seru seseorang. Kemudian disusul banyak orang lainnya. Myungsoo pun menaruh mikrofonnya di atas meja. Kue ulang tahun dua tingkat yang mewah dengan tujuh belas lilin sudah menunggu untuk dipotong.

"Saengil chukka hamnida.." Hwayoung mulai bernyanyi, lalu semua ikut bernyanyi sambil bertepuk tangan. Tempo yang berantakan pada awal lama kelamaan menjadi teratur dinyanyikan bersama.

 

생일 축하합니다

생일 축하합니다

사랑하는 김명수

생일 축하합니다

"Saengil chukahamnida

Saengil chukahamnida

Saranghaneun Kim Myung Soo

Saengil chukahamnida~"

 

Sementara teman-temannya bernyanyi, Myungsoo memejamkan mata mengucapkan permintaannya dalam hati. Setelah selesai ia membuka matanya dan meniup lilin.

"Yee~!!!!!" Semua bertepuk tangan.

"Nah.. sekarang kita masuk acara potong kue~!" ucap Sungjong yang sejak tadi berdiri di sebelah Myungsoo. Sepertinya dia adalah MC dadakan. Myungsoo mengangguk sambil tersenyum. Ia menerima pisau kue dari Sungjong dan mulai memotong kue.

"Sebenarnya.. " Myungsoo sengaja menggantung kalimatnya agar semua penasaran. Terutama para gadis yang berharap potongan pertama itu diberikan pada mereka. Aku memandang potongan kue itu dari jauh. Potongan pertama diberikan pada orang yang spesial bukan? Sungguh, aku sangat menginginkannya. Tapi diriku yang lain sangat yakin bahwa itu tidak mungkin. Pastilah bukan aku. Tapi, siapa..?

"Aku sangat menyukai orang ini.." Myungsoo memberi clue.

Hokshi.. itu salah satu gadis disini. Aku memandang sekeliling. Jika benar, aku penasaran siapa dia. Setahuku, walaupun dia adalah laki-laki paling populer di sekolah yang mengalahkan semua kakak kelas sekalipun, dia belum punya kekasih. Karena itu aku masih berani menaruh hati padanya. Diam-diam... Aku tahu banyak gadis berusaha menarik perhatian Myungsoo, dan aku yang cupu ini tidak sebanding dengan mereka semua. Tapi apa yang bisa kuperbuat? Perasaanku tidak bisa kuatur sama sekali, dia dengan lancangnya terus mengagumi Myungsoo sejak aku melihatnya. Bahkan semakin lama kekagumanku semakin bertambah karena sikap-sikap baiknya padaku.

Dan akhir-akhir ini dia sering mengajakku bicara. Aku sadar kini aku tidak bisa mengontrol perasaanku sendiri. Aku mulai sering berpikir apa mungkin dia tahu soal perasaanku. Aku juga mengandai-andai apa yang terjadi jika dia tahu aku menyukainya.

"Siapa dia?"

"Apa pacarmu, Myungsoo?" tanya teman-temannya penasaran.

"Berikan padaku saja!" seru seorang gadis dari belakang. Dia percaya diri sekali.. aku juga ingin meminta potongan kue itu, namun terlalu jelas kalau itu bukan untukku.

Myungsoo tersenyum sekilas lalu berseru, "Dia adalah Sungjong!"

Huuh.. Demi bintang-bintang di langit.. Dia berhasil membuat semuanya penasaran serta membuatku ketakutan. Rasanya lega sekarang. Aku tersenyum. Yang lain tertawa, termasuk Sungjong yang tidak menyangka kalau dia yang mendapat potongan pertama itu. Agaknya Myungsoo senang telah berhasil mengerjai semua orang.

Sungjong menerima piring kecil dari sahabatnya itu. "Aku?" Dia melirik pada Hwayoung yang tertawa di sebelah kiri Myungsoo.

"Iya." Myungsoo membalik tubuh Sungjong menghadap kami, "Aku sangat menyukai sahabatku yang satu ini. Jadi kuberikan potongan pertama padanya."

"Wah.." Sungjong setengah tertawa. "Jangan-jangan ini karena kau belum punya pacar dan bingung memberikan potongan ini pada siapa," kata Sungjong.

"Memang," jawab Myungsoo bercanda. "Kalau ada, untuk apa aku memberikannya padamu?" semua tertawa.

Setelah acara potong kue tersebut para tamu dipersilahkan makan. Berbagai jenis makanan lengkap dengan pembuka dan pencuci mulut tersaji di meja panjang yang ada di pinggir. Sementara tamu lain menyerbu makanan, aku berdiri di sepetak taman di sudut tempat itu.

Jangan, itu mustahil. Oh.. pergilah!

Terus-terusan kucoba untuk mengeyahkannya dari otakku. Empat hari lalu pikiran ini muncul lalu aku berhasil menepisnya. Tiga hari terakhir ini menghantuiku, membuatku resah sebelum tidur. Kali ini aku tidak yakin bisa mengurungnya. Selalu saja kembali muncul.

"Hei,"

Aku membalikkan tubuhku pada orang yang menepuk bahuku. Sangat bersyukur melihat wajah Hwayoung saat ini. Dia memandangku, "Kenapa kau berada disini saat semuanya makan.. Kau tidak lapar?" tanyanya.

Aku menggeleng, "Hwayoung, ada.."

Karena aku tidak melanjutkan perkataanku, dia berkata, "Ada apa? Kau terlihat cemas, katakan padaku apa yang terjadi."

"Begini..," kataku. "Ada sesuatu yang mengganggu pikiranku sejak beberapa hari lalu. Dan.." Lagi-lagi terhenti. Aku menutup wajahku. "Hwayoung, aku bahkan tidak bisa mengatakan ini padamu." Kening Hwayoung berkerut karena bingung melihatku. "Kau pasti akan menganggapku gila..," ucapku.

"Tarik napas dalam-dalam dan jangan buat aku penasaran lebih lama lagi," kata Hwayoung. Aku melakukan apa yang dia sarankan. Itu membuatku sedikit (sangat sedikit) lebih tenang. Tapi setidaknya aku dapat keberanian mengatakannya.

 

 

Dengan perlahan aku berbicara, "Apakah menurutmu ini keterlaluan, bila aku mengatakan perasaanku pada Myungsoo..?"

Kedua mata Hwayoung membulat sempurna karena mendengar pertanyaanku.

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
HyesunIm
I'll Show You ini di publish di wattpad juga ya, di akun @HyesunIm. Aku baru mau coba upload di sini.

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet