Cinderella

I'll Show You 1

박지연

Park Jiyeon

 

"Sudah sampai," ucap Hwayoung saat mobilnya berhenti di depan rumahku.

Aku segera melepas seatbelt-ku. "Terimakasih banyak," kataku padanya.

Hwayoung tersenyum lebar, "Kau harus berhenti bersikap seolah aku adalah orang asing. Selalu saja mengucap terimakasih seperti ini dan membuatku.. berpikir kau merasa aku itu orang lain..?"

Cepat-cepat aku menggeleng, takut dia tersinggung dengan sikapku yang begini. "Anni, ini kebiasaanku saja," jelasku.

"Kalau begitu, berjanjilah padaku. Jangan terlalu banyak mengucapkan terimakasih, aku tidak melakukan hal besar untukmu." Hwayoung memandangku.

Aku menatapnya sebentar. Hwayoung, menurutku semua yang kau lakukan ini adalah hal besar. Dengan menganggapku sebagai temanmu, aku sangat bersyukur. Sesuatu yang tidak kudapatkan selama ini, kau memberikannya. Bersenang-senang bersama dan mengobrolIngin aku mengatakan itu, tapi melihatnya, dia tidak menginginkan jawaban seperti itu, jadi aku mengangguk dan tersenyum, "Arasseo."

Hampir aku masuk ke rumah saat mendengar panggilan dari Hwayoung. "Jiyeon-ah!" Aku membalikkan tubuhku menghadapnya, melihat dia berjalan menghampiriku yang ada di depan pintu.

Wajah bertanya-tanyaku membuat temanku itu langsung berkata, "Aku ingin bertanya suatu hal padamu."

"Silakan saja," sahutku.

Dia terlihat berpikir sebentar kemudian baru bertanya, "Apa kau menyukai Kim Myungsoo?"

Ya ampun.

Kalau aku tahu inilah pertanyaannya, aku akan langsung masuk ke rumah dan menggembok pintuku. Baiklah, aku tahu itu terlambat. Mulutku sudah membuka tapi belum bersuara. 'Park Jiyeon, jangan berbohong pada orang sebaik ini.' Kukatakan itu pada diriku sendiri.

Aku memang tidak pandai berbohong, berpura-pura, ataupun menyembunyikan perasaanku, tapi apa sejelas itu sampai Hwayoung mengetahuinya? Apa orang lain pun menyadari pandanganku yang setiap kali hanya tertuju pada Myungso? Lalu... apa Myungsoo tahu kalau aku menyukainya?

Rasanya jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di otakku itu terlalu bahaya untuk dicari. Namun, tidak ada salahnya kalau temanku mengetahui kebenarannya. Aku pun tidak mungkin selamanya menyimpan ini sendiri.

Kepalaku menunduk saat mengucapkan.. "Iya, aku menyukai Myungsoo sejak awal."

 

.................................................

 

Author

 

KRIING KRIIING...

Bel tanda pelajaran dimulai berbunyi. Anak-anak yang masih berada di luar kelas langsung berbondong-bondong masuk dan duduk di kursi masing-masing.

"Myungsoo! Apa maksudmu membuatku bingung begitu?" tanya Sungjong langsung mendatangi meja Myungsoo (yang sebenarnya ada di sebelah mejanya). "Ceritanya kau mau balas dendam padaku ya?"

Myungsoo memandang Sungjong malas, "Tebakanmu benar. Sudahlah, kita sudah impas jadi jangan memperbesar masalah."

"Kau duluan yang memperbesar masalah.." Sungjong mendecakkan lidahnya. "Asal kau tahu saja, aku sampai mengecek seluruh sudut dan bertanya pada setiap mahkluk yang tersisa di sekolah." Perkataannya sengaja dibuat berlebihan untuk mendramatisir ceritanya.

Myungsoo justru tersenyum mendengar keluhan dari Sungjong. "Benarkah? Ternyata kau sangat peduli padaku, hahah."

"Sulit sekali bicara padamu." Karena merasa diejek, Sungjong mengakhiri percakapan itu dan duduk di kursinya sendiri.

Choi-sonsaengnim masuk ke kelas membawa beberapa buku di tangannya. Spontan anak-anak berdiri. "Beri hormat," aba-aba sang ketua kelas dari tempatnya. Secara hampir serempak seisi kelas membungkuk.

"Duduk kembali," perintah Choi-sonsaengnim. Anak-anak itu pun duduk. "Kita lanjutkan membahas yang kemarin, trigonometri. Keluarkan buku kalian."

Tidak seperti yang lain yang baru mengeluarkan buku mereka dari tas, Park Jiyeon sudah melakukannya dari tadi. Buku matematikanya sudah siap di atas meja dan buku catatannya sudah dibuka pada halaman kosong, dia siap untuk langsung mencatat hal penting apapun yang akan dijelaskan.

"Ya, Myungsoo." Di tengah pelajaran, Sungjong memanggil Myungsoo dengan suara pelan. Karena yang dipanggil tak kunjung menoleh, dia menendang kaki Myungsoo sedikit. Tidak disangka, Myungsoo terlihat agak terkejut. Sepertinya tadi dia sedang melamunkan hal lain,

"Apa-apaan kau?" tanyanya.

"Jadi kemarin lusa kau pulang bersama siapa?" tanya Sungjong. Dari tadi ternyata dia penasaran dengan hal itu.

"Jiyeon."

"Apa?"

Mendengar namanya disebut, Jiyeon menoleh pada Myungsoo. Memperhatikannya dari tempat duduknya yang lebih belakang dari barisan kursi Myungsoo dan Sungjong.

Merasa kurang jelas, Sungjong bertanya lagi, "Siapa?"

Myungsoo diam sebentar lalu menoleh pada sahabatnya yang sedang cerewet itu. "Kau pikir aku bisa bersama siapa? Aku sendirian naik bis," ujarnya.

"Apa?" Sungjong terlihat lebih terkejut dari sebelumnya. Dia membuat Hwayoung (di depannya), Chorong, dan beberapa anak lain jadi menoleh sebentar padanya dan Myungsoo. Kini Sungjong tampak menahan tawa. "Rupanya sekarang Kim Myungsoo bisa naik bis," sindirnya sambil terkikik. Giliran Myungsoo untuk menendang kaki sahbatanya itu. Perbedaannya adalah, Myungsoo tidak memikirkan nasib kaki Sungjong.

"Aww!!"

Teriak kesakitan itu terdengar oleh seisi kelas tak terkecuali guru mereka. Choi-sonsaengnim menatap dari jauh Sungjong yang sedang memegangi kakinya. Myungsoo langsung menghadap ke papan tulis kembali, berakting tidak terlibat. Mereka semua tahu bagaimana kalau Choi-sonsaengnim sampai marah. Jangan bayangkan amarah atau hukuman yang akan didapat, sebisa mungkin bersikap baiklah di depannya.

Sepertinya hari ini mereka semua beruntung, Choi-sonsaengnim tidak berkata apa-apa. Guru itu kembali menjelaskan sesuatu sambil mencorat-coret papan tulis.

"Myungsoo, kau gila!" Sungjong mengutuknya dengan setengah berbisik.

Pelajaran usai. Hampir seluruhnya berhamburan keluar kelas. Eunji mendatangi Hwayoung. "Hwayoung, kami bertiga mau ke ruang OSIS dulu untuk menanyakan tentang perubahan jadwal.

Mendengar alasan masuk akal dari wakil ketua kelas itu, Hwayoung mengangguk. "Baiklah, aku hanya pergi dengan Jiyeon." Dia menoleh pada Jiyeon.

Naeun sedang berbicara dengan Jiyeon. "Bisa tolong kami sebentar?" tanyanya.

Jiyeon langsung mengangguk, "Tentu saja."

"Kau sepertinya harus pergi bersama yang lain," kata Eunji. Hwayoung menganggukinya.

"Yang lain?" Sungjong tiba – tiba ikut berbicara. "Ayo kita ke kantin dan membeli cemilan, biarkan saja si Myungsoo itu," katanya pada pacarnya dengan suara agak keras agar Myungsoo mendengarnya.

"Ya!"

Hwayoung terkikik. Dia dan Sungjong pun berjalan keluar kelas, tidak menghiraukan Myungsoo yang terlihat kesal.

 

.........

 

Jiyeon cukup bingung saat berjalan bersamaan dengan Eunji, Chorong, dan Naeun. Mereka tidak berjalan ke arah ruang OSIS, tapi berbelok ke lorong lain.

"Kenapa kita kesini?" tanya Jiyeon ragu.

Naeun tersenyum padanya, "Kau tunggu disini sebentar." Setelah mengatakan itu, dia dan kedua temannya berbelok menuju arah kamar mandi. Sekitar dua menit Jiyeon hanya berdiri di tempatnya.

Sampai akhirnya suara Eunji memanggilnya, "Jiyeon, tolong kesini sebentar!"

Karena merasa mereka mungkin perlu bantuan, Jiyeon berjalan segera menyusul mereka. Jiyeon membuka pintu pertama kamar mandi dan hanya tidak melihat siapa-siapa di sana, hanya beberapa wastafel, kaca besar, dan beberapa kamar mandi. Dia tak sadar bahwa ada sebuah ember yang berada di atas, menunggu gadis malang itu untuk berdiri tepat di bawahnya.

"Sekarang!"

PYUUR

Mulut Jiyeon terbuka saat ember itu menumpahkan semua isinya. Tak ada yang tidak basah dari ujung rambut sampai ujung kakinya. Air itu dingin, Jiyeon sangat merasakannya. Ember itu pun jatuh, tepat di depannya.

Eunji, Naeun, dan Chorong muncul dari belakangnya. Mereka bertiga berjalan mendekati Jiyeon sambil tertawa keras.

"Aigoolihat Park Jiyeon ini.. basah kuyup. Untung kami tidak dengan sengaja menjatuhkan embernya ke kepalamu." Eunji tertawa kembali. "Sini kau!" Dia bersama Chorong menggiring Jiyeon ke lorong yang tadi dengan kasar.

Memandang mereka bertiga yang tampak puas, Jiyeon menyadari apa yang sedang terjadi, semua ini hanya akal-akalan mereka untuk mengerjainya. "Kenapa kalian melakukan ini padaku..?" tanya Jiyeon.

Chorong menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa?" ulangnya. "Ya ampun, kau benar-benar tidak tahu malu.

"Jangan sok polos," sambung Naeun. "Kau mengunci Hwayoung bersamamu hingga dia tidak ada waktu bersama kami," tambah Naeun lalu mengibaskan rambutnya.

"Kau benar-benar merusak reputasi kami sebagai grup gadis populer. Ini peringatan bagimu, jangan terima ajakan Hwayoung lagi."

Jiyeon memandang Chorong dengan tidak habis pikir sekaligus sedih, "Apa aku salah bila berteman dengannya?"

"Sangat!" jawab ketiga gadis di depannya dengan cepat.

"Park Jiyeon dengan Hwayoung itu sangat berbeda. Kau tahu, bagaikan langit dan bumi. Kau merusak reputasinya, gadis cupu seperti kau tidak pantas berteman dengan model terkenal sekaligus gadis terpopuler di sekolah ini." Eunji menegaskan setiap kata dari ucapannya. Nada bicaranya mengisyaratkan bahwa dia kesal sekali.

"Apa yang kalian lakukan?" terdengar suara laki-laki.

Eunji, Chorong, dan Naeun segera menoleh ke belakang mereka. Myungsoo di sana. Berdiri menatap mereka bertiga dengan sinis. "Ya ampun, ternyata kalian geng pem-bully," katanya berjalan mendekat.

"Myungsoo!" Eunji dan Naeun memekik bersamaan. "Tidak, ini bukan seperti itu, kami hanya-" Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Myungsoo sudah memotong,

"Ya, Kau pikir aku buta?" tanya Myungsoo dengan dingin. Ketiga perempuan di depannya langsung menunduk diam. Belum pernah suara Myungsoo serendah dan se-mengintimidasi itu.

Myungsoo berjalan melewati mereka, menghampiri Jiyeon. Gadis malang itu memandang Myungsoo dengan tidak percaya. Bahwa dia ada di sini menolongnya. Laki-laki itu melepas jas almamaternya dan memakaikannya untuk menutupi tubuh Jiyeon yang basah. "Gwaenchanha?" tanyanya pada Jiyeon. Yang ditanya mengangguk lemah.

"Myungsoo, kau tidak tahu apa masalahnya. Jangan salah paham seperti ini.." Eunji masih mencoba mengelak. Dia tidak ingin Myungsoo jadi membencinya.

"Kalau begitu buat aku tidak terlalu 'salah paham'. Minta maaf pada Jiyeon sekarang." Perkataan Myungsoo membuat Eunji, Chorong, dan Naeun terbelalak. Jiyeon spontan menoleh pada Myungsoo.

"Tapi-" Naeun memilih tidak meneruskan kalimatnya karena Myungsoo menatapnya dengan galak. "Baiklah.. Maaf," kata Naeun terpaksa tanpa rasa bersalah.

Chorong ikut berbicara, "Aku juga."

"Apa?" desak Myungsoo.

"Aku juga minta maaf," sambung Chorong kemudian mendecakkan lidahnya dengan kesal.

"Myungsoo, kau tidak mengerti masalahnya," kata Eunji. "Kau tidak tahu apa yang dia perbuat-"

"Memangnya apa yang dia perbuat?" tanya Myungsoo menatap Eunji. Eunji menjadi bingung sendiri hendak menjawab apa. "Apapun itu, apa hal seperti ini pantas dilakukan?" tanya Myungsoo lalu menggiring Jiyeon pergi dari tempat itu.

"Ya ampun, aku benar-benar terkejut tadi," kata Chorong setelah Myungsoo dan Jiyeon sudah tidak nampak lagi.

"NadoTiba-tiba dia ada di belakang kita," sahut Naeun. Eunji, Hwayoung pasti akan tahu hal ini! Habislah kita."

Eunji hanya diam saja. Dia masih marah. Tujuan Eunji sebenarnya untuk mengerjai Jiyeon adalah untuk membuatnya puas. Dia tidak suka Jiyeon selalu dekat-dekat dengan Myungsoo. Dia merasa laki-laki yang disukainya sedang direbut oleh orang lain. Betapa rendahnya Jung Eunji hingga kalah dari gadis cupu bernama Park Jiyeon.

 

...

 

박지연

Park Jiyeon

 

Aku mengikuti Myungsoo dari belakang, membuntutinya sejak tadi. Lama-kelamaan dia berhenti. Myungsoo yang menyadari itu, lalu membalikkan badan. "Kenapa kau mematung di situ?" tanya Myungsoo.

"Kau mau kemana?"

Myungsoo menghembuskan napasnya, "Kau tidak mau berbasah-basahan seperti itu sampai pulang, kan? Jadi, ikuti saja aku dan jangan banyak bertanya." Aku tersenyum kecil mendengar jawabannya lalu berjalan mengikutinya lagi. "Apa mereka melakukan hal lain padamu selain membuatmu basah?" Aku menggeleng pelan. Myungsoo mendecakkan lidahnya tidak sabar, "Jangan bohong padaku. Kalau tidak kenapa wajahmu semurung itu..?"

Aku menoleh padanya, "Baiklah, tapi aku harap kau tidak memberitahukan ini pada Hwayoung." Myungsoo mengangguk dengan santainya walaupun terlihat heran. Aku pun menceritakan apa yang menjadi alasan Eunji, Chorong, dan Naeun mengerjaiku. Myungsoo mendengarkan dengan baik, aku baru tahu dia bisa menjadi pendengar ceritaku juga. Kurasa ini keajaiban kecil dalam hidupku. Saat masalahku adalah Myungsoo, aku bisa bercerita pada Hwayoung. Dan saat masalahku adalah Hwayoung, aku bisa bercerita pada Myungsoo.

"Mereka bisa jadi sangat keterlaluan. Sebenarnya sejak dulu aku mendukung kalau mereka diberi sedikit pelajaran. Mereka sering semena-mena pada orang lain hanya karena populer di sekolah. Aku ingin lihat bagaimana saat keadaan berbalik, ketika orang lain memperlakukan mereka dengan semena-mena," kata Myungsoo sambil tetap berjalan. "Bukankah itu setimpal?"

Aku segera menggeleng, "Tidak. Itu tidak baik, aku hanya berharap agar mereka sadar dan orang-orang lain bisa memaafkan mereka," katanya polos. Myungsoo memandangnya dengan agak takjub.

"Ya ampun, orang-orang sebaik itu hanya ada di dongeng tahu," ujar Myungsoo sambil terkikik.

Aku hanya tersenyum melihatnya, "Gomawo, Myungsoo."

 

"Ah? Ne."

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
HyesunIm
I'll Show You ini di publish di wattpad juga ya, di akun @HyesunIm. Aku baru mau coba upload di sini.

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet