Baby

Kai, The Young Lover

 

Sambil bersiul, Kai menuruni tangga menuju deretan kelas 1. Satu tangan memegang tali tas yang tersampir di bahu kiri. Sedangkan tangan kanan ada di dalam saku celana. Tiap ada yang nyapa, disapa balik. Tiap ada yang ngasih senyum, disenyumin juga. Intinya mood Kai lagi baik.

Sampai depan kelas 1-B, Kai berhenti dan bersandar di dinding samping pintu. Beberapa penghuni kelas satu per satu keluar. Sebagian, terutama yang cewe-cewe, kaget waktu lihat Kai. Kaget dalam artian, agak syok senior mereka yang terkenal kok udah ada di depan kelas mereka aja, padahal bel pulang bisa dibilang barusan bunyi.

Tak berapa lama yang ditunggu-tunggu Kai akhirnya keluar kelas. Borin dan Yuju lagi ngobrol tapi langsung berhenti waktu mereka lihat Kai udah ada di dekat pintu sambil senyum-senyum. 

"Ya udah deh Borin, gue duluan ya. Ntar gue telepon. Mari, Sunbae!" Yuju menganggukkan kepala ke arah Kai lalu dadah-dadah sama Borin. 

Borin dadah juga ke Yuju, lalu berbalik ke arah Kai yang memberinya senyuman lebar penuh bahagia. Bikin Borin jadi senyum juga. 

"Udah siap nraktir, Bos?" kata Kai menggoda. 

"Udaaah," jawab Borin sambil menjulurkan lidah. 

Kai rasanya pengen meluk Borin, abis gemesin sih. Tapi sayangnya masih banyak siswa-siswi berlalu lalang, jadi dia membatalkan niat romantisnya. 

"Yuk!" kata Kai, senyumnya dari tadi nggak hilang dong. 

Sepanjang perjalanan keluar dari area sekolah, Kai dan Borin diem aja. Padahal jalannya berdampingan, cuma ada jarak 2cm aja di antara mereka. Sejujurnya Kai agak bingung, orang pacaran itu apa aja sih yang diomongin. Ya maklumin aja, baru pacaran pertama kali dia tuh. Tapi Kai agak heran juga sih, kalau di telepon mereka selalu bisa ngobrol tentang banyak hal, tapi kok sekarang Kai jadi bingung ya pas pacar ada di sampingnya gini. 

Untungnya sih Kai akhirnya buka mulut pas mereka sampai di halte. "Jalan aja yuk. Kan deket Burger King-nya. Paling lama 15 menitan kalo jalan."

"Serius? Gue...."

"Cape?" Kai memotong apa yang mau diomongin Borin, bikin si pacar langsung manyun. "Jangan malu-maluin dong, pacar lo kapten tim bola, masa lo-nya diajak jalan dikit aja cape?" lanjut Kai, pelan sih biar nggak ada yang denger di halte, tapi cukup lah didengerin sama Borin. 

Borin menatap tajam sesaat ke arah Kai. "Jahat sumpah."

"Eh? Masa gitu aja jahat? Gue kan ngasih semangat."

"Ya udah buruan jalan kalo gitu, Kapten." Borin jalan mendahului Kai. 

Kai senyum sedikit, sebelum menyusul Borin dan menabrakkan lengannya ke lengen si cewek. "Marah?"

"Nggak lah. Ngapain marah?" Borin jawab sambil lihat lurus ke depan.

Kai cuma senyum-senyum sambil memuja betapa cantiknya Borin kalau dari samping. "Kok cemberut kalo nggak marah?"

"Siapa yang cemberut?"

"Itu. Bibirnya manyun gitu minta dicium."

Borin berhenti dan memukul lengan Kai. "Bisa diem nggak sih? Nyebelin tau nggak?"

Borin jalan lagi duluan, bikin Kai ngakak. Dia lalu lari-lari kecil sampai akhirnya ada di depan Borin. Kai jalan mundur sambil menatap Borin yang langsung buang muka lihat ke arah jalan raya.

"Mentang-mentang cute kalo manyun, jadi cemberut terus gitu ya."

Borin masih diem. Nggak mau lihat Kai.

"Hei Cantik, pacar lo di sini bukan di sana."

Borin tetep nggak bersuara.

"Borin. Borin."

"Eh awas!" Borin mendadak teriak.

Terlambat. Kai udah nubruk tong sampah di trotoar. Lumayan sakit juga sih...

Borin langsung ketawa terpingkal-pingkal, sampai jongkok di trotoar. Sementara Kai mengelus-elus pinggang dan pantatnya yang lumayan sakit. Orang-orang yang lihat juga ikutan ketawa.

Borin nggak berhenti-berhenti ketawanya, sampai matanya hilang karena terlalu ngakak. Kai jadi otomatis ikutan ketawa melihat pacarnya yang seneng banget lihat dia menderita. Tapi Kai langsung diam.

"Udah puas ketawanya?" Kai memasang wajah kesal.

Borin berdiri, berusaha menahan tawa. Tapi senyum nggak bisa hilang dari wajahnya.

Kai pura-pura marah, lalu jalan duluan meninggalkan Borin. Dia denger Borin manggil namanya, tapi Kai tetep nggak mau lihat ke belakang atau memperlambat langkahnya.

Sampai akhirnya, Kai merasa lengannya dipegang. Rupanya Borin rela lari demi menyamakan langkah-langkah Kai yang panjang.

"Ih Jongin, jangan marah!" Borin memohon, masih megangin lengan Kai.

"Nggak marah kok." Kata Kai, sok dingin.

"Ehm maaf, abis lo lucu sih tadi. Maafin ya."

"Iya". Singkat banget jawabnya, padahal Kai aslinya udah meleleh banget denger Borin memohon gini. Tapi dia mau akting sedikit lagi.

"Sakit nggak?" Tangan Borin yang tadi megang lengan, sekarang pindah ke pinggang Kai dan sedikit mengelusnya.

Oke, Kai menyerah. Lemah banget dia kalo Borin udah perhatian gini. Kai berhenti. Borin juga. Mereka lihat-lihatan dengan tangan Borin masih di punggung Kai.

"Sakit. Tapi nggak apa-apa kok."

"Beneran?"

Kai makin lemah waktu lihat ada kekhawatiran di wajah Borin. Dia lalu mengangguk dan memberi Borin senyum manis.

"Nanti di rumah diolesin pake minyak apa gitu ya." Kata Borin.

"Iya siap." Kai mengacak rambut Borin. "Yuk. Udah deket tuh Burger King-nya."

 

--------

 

Kai dan Borin sedang menikmati whopper, cola, dan french fries. Dan Kai seneng banget, kencan pertama mereka ini nggak awkward seperti yang ditakutnya. 

"Eh lo mau kita pakai 'aku kamu' nggak?" Tanya Kai lalu mencomot french fries. 

"Ehm 'lo gue' lebih nyaman nggak sih? Tapi ya terserah, kadang gue juga suka kecoplosan bilang 'aku kamu' ," kata Borin, lalu meringis. 

Kai senyum juga. Iya memang pas teleponan, dia atau Borin suka nggak nyadar pake 'aku kamu' kalo ngobrol. Serasa otomatis aja gitu affectionate feeling muncul di antara mereka. 

"Boleh manggil 'yang', 'babe' , 'honey' , 'cinta' , gitu nggak?" Kai nanya sambil senyum-senyum menggoda. 

"Cringey banget."

"Tapi kan itu panggilan sayang."

"Iya sih. Tapi geli aja gitu."

"Masa sih, Babe?" 

Borin menendang kaki Kai di bawah meja. Bikin yang ditendang langsuk teriak 'Ack sakit'. 

Borin langsung sibuk makan, tapi Kai tahu dia cuma mau nyembunyiin pipinya yang merah gara-gara tadi dipanggil 'babe'. Kai seneng banget kalo Borin salah tingkah gini. 

"Manggil lo 'babe' dan sejenisnya tanpa bikin lo cringey masuk bucket list gue tahun ini," kata Kai tiba-tiba bikin Borin mendongak dari burgernya. 

Borin ketawa kecil. "Bucket list macem apa itu?" 

"Ya.....list-list yang pengen gue lakuin sama lo dalam hubungan ini." Kai asal nyeplos tapi setelah itu dalam hati, 'Ngomong apaan gue njir, so cringey'. 

Borin berhenti makan dan menatap pacarnya dengan serius. "Emang lo beneran bikin list-nya?" 

Kai terdiam, tapi kemudian dia punya ide. "Belum sih. Bikin yuk!" 

Kai dengan semangat mengambil buku catatan yang masih kosong (aslinya buat catatan science tapi sekarang biarlah jadi bucket list mereka) dan pulpen dari tasnya. Di bagian cover dalam, Kai menulis 'Jongin&Borin: Our Bucket List'. Setelah nulis itu, mereka berdua langsung ketawa, feeling cringey but soft at the same time. 

Kai langsung menulis di halaman pertama, 'Manggil baby atau sayang, sampai Borin merasa terbiasa dan marah kalo nggak dipanggil gitu'. 

"Ih apaan deh," kata Borin setelah baca apa yang ditulis Kai, tapi setelah itu ketawa happy banget. 

"Ayo giliran lo sekarang. Pokoknya kita tulis semua yang kita pengen." Kai menyerahkan pulpen ke Borin. 

Borin lalu menulis: 'Kencan di Lotte World. Seru-seruan bareng naik wahana'. 

"Berangkat ke Lotte World sekarang yuk!" Kata Kai setelah baca keinginan Borin. 

"Kok sekarang? Dari pagi dong, seharian."

"Cie yang pengen kencan seharian sama gue."

"Hmm iyain. Buruan nulis."

'Dipanggil oppa sama Borin', tulis Kai yang langsung dapat ew dari Borin. 

'Nonton bareng film-film box office, sambil makan popcorn di bucket yang gede', tulis Borin. 

'Ditemenin Borin latian bola', tulis Kai yang langsung dikomentari, "Ih gue nggak senganggur itu kali nontonin orang latian bola".

'Liat firework atau stargazing'. Keinginan Borin nih bikin Kai langsung semangat bilang, "Oke malam ini ya kita liat bintang."

Kai lalu nulis, 'Ciuman di area lapangan bola SMA 1. Di lapangannya/tempat duduk penonton'. 

"Eh apaan tuh list-nya?" Borin protes. 

"Ya suka-suka gue dong." Kai menjulurkan lidah. 

Sambil manyun, Borin lalu nulis, 'Dimasakin Jongin'. 

"Hmm berat. Tapi buat lo, gue bakal belajar masak." Kai mengedipkan mata lalu ngakak.

'Jalan-jalan ke pantai, bikin istana pasir, main ombak, liat sunset', tulis Kai. 

"Eh kok so sweet?" Borin komentar. 

"Iya lah. Gue gitu."

Borin nulis, 'Jongin solo dance. Spesial cuma buat gue'. 

"Striptease nih maksudnya?" 

"Jongin!" Borin melotot. 

Sambil ketawa, Jongin nulis: 'Piggyback Borin'. 

"Hmm...drakor banget ya, Pak!" 

"Tapi mau kan?" 

"Pulang dari sini nih gue digendongnya?" 

"Boleh boleh."

"Ih nggak ah gue nggak cape kok. Lain kali aja."

'Jadi orang pertama yg dicari Jongin kalo dia lagi punya masalah', tulis Borin. 

Kai tertegun membaca apa yang ditulis Borin. Terharu. Bahagia. Merasa dicintai. Dan beruntung rasanya dia milih Borin sebagai pacar. 

Kai lalu menulis, 'Selalu berusaha ada kalo dibutuhkan Borin'. 

"Hmm kok jadi mellow gini ya." Kata Borin. 

Kai juga bingung. Jadi dia cuma bisa senyum aja. 

Borin lalu nulis: 'baca buku berdua di perpus'. 

Giliran Kai. 'Dinyanyiin lagu romantis sama Borin waktu karaoke'. 

"Kok nyanyi sih? Tau sendiri gue nggak jago." Borin protes. 

"Jangan merendah gitu napa."

"Eh gue bingung apa lagi ya."

"Ya nanti bisa ditulis lagi kapan-kapan."

"Uhm sebenarnya ada satu lagi sih, tapi..."

"Tapi kenapa?" Tanya Kai, kepo. 

"Malu mau nulisnya."

"Kenapa malu? Tinggal tulis aja lho."

Borin memegang pulpen. "Tapi jangan diketawain ya."

"Iya iya."

Dan yang ditulis Borin adalah: 'kissing in the rain'.

Setelah nulis itu, bukunya langsung buru-buru ditutup sama Borin. "Udah itu dulu aja."

Kai menatap Borin tanpa ekspresi. Tangannya dilipat di dada. 

"Kenapa lo?" Tanya Borin, ragu-ragu. 

"Nggak kenapa-napa. Cuma lagi berdoa aja. Ya Tuhan, semoga sebentar lagi hujan."

"Ih." Pipi Borin merah dan langsung minum cola-nya. 

Kai ketawa. Seneng banget dia lihat Borin malu-malu gini. Kai terus menatap sang pacar dengan penuh cinta sambil dalam hati berjanji akan memenuhi keinginan Borin di bucket list mereka. 

​​​

Dengan mata tertutup, aku berdoa untuk semua ini
Perlahan, akan kudekap erat dirimu, penjaga hatiku
Hari ini adalah kesempatanku, untuk memulai semuanya

Aku berjanji, akan selalu baik padamu
Seperti dalam doaku, semuanya akan berlalu bahagia
Langkah awal untuk mewujudkan mimpi kita

Mengapa mata ini menjadi berbinar?
Mengapa hati ini berdebar begitu gila?
Aku tidak akan lupa semua ini, disaat sesak menjadi sesuatu yang berharga

Semua berawal dari impianmu, kata – katamu yang bahkan lebih berharga dari air matamu
Melampaui manisnya nektar di surga
Karena kau lah, baby baby baby, baby baby baby
Aku berjanji padamu, semua ini tidak akan berakhir
Diriku yang hanya akan melihat padamu

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
abigailileo
#1
Chapter 1: ceritanya mungkin bagus kalo part 2 nya udh ada...tapi untuk part 1 ini rasanyaterlalu datar2 aja...maksudnya nih, ga ada yg bikin gw penasaran buat selanjutnya...terlalu datar dan ga ada konflik jga harusnya di part 1 ini bikin nya lebih menarik dan bikin org penasaran buat nunggu selanjutnya...Itu c menurut gw aja dari pihak pembaca aja...toh gw jga bukan org yg jago nulis jga....?