Move On

Love is You

Woohyun bangun di pagi hari dan mendapati Sunggyu dan eommanya tengah berkutat di dapur. Dengan wajah khas orang bangun tidur ia duduk di meja makan seraya mengucek matanya yang masih terasa berat untuk terbuka.
“Apa dia setiap pagi seperti itu?” tanya Sunggyu pada eomma Nam. Yeoja paruh baya itu mengangguk. Putra bungsunya itu memang yang super malas di rumah.
“Minggu pagi begini harusnya kau pergi olahraga.” Nasihat eomma Nam pada putranya. Woohyun sama sekali tidak menjawab dan meletakkan kepalanya di meja makan.
Kedua yeoja itu hanya menggengleng-gelengkan kepalanya.
.
.
Sunggyu sudah hampir sebulan tinggal bersama keluarga Nam. Dan selama sebulan itu Woohyun semakin lengket dengan gadis itu. Sunggyu sendiri sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu. Toh Woohyun memang manja seperti itu. Tapi sebenarnya Woohyun merasa hubungannya dengan Sunggyu mulai berbeda. Woohyun tidak tahu untuk Sunggyu, tapi bagi dirinya ia merasakan hal yang berbeda selama tinggal dengan Sunggyu. 
Woohyun sudah mengenal Sunggyu lebih dari tiga tahun lamanya. Tapi entah kenapa rasanya berbeda ketika mereka tinggal serumah. Woohyun yang setiap hari bertemu Sunggyu. Melihat bagaimana gadis itu saat bangun tidur. Bagaimana gadis itu kesehariannya di rumah, membuatnya merasakan hal yang sedikit asing pada Sunggyu. 
Woohyun mengakui kalau Sunggyu itu manis sejak dulu, oleh karena itu dia mau diajar oleh gadis itu. Yah.. wajah manis Sunggyu bisa jadi bonus untuk dipandangi saat belajar. Sunggyu sama sekali tidak merasakan perubahan dari Woohyun. Gadis itu pikir, Woohyun ya memang seperti itu. 
Seperti saat ini. Keduanya tengah duduk berdampingan di ruang tengah dengan Sunggyu yang menjelaskan maksud dari rumus-rumus fisika yang membingungkan di bukunya, sedangkan Woohyun nampak tidak fokus kali ini. Namja itu merasa guru lesnya itu makin manis hari ini dengan rambut karamel yang dikepang ke belakang. 
Woohyun menyangga kepala dengan tanganya. Namja itu memperhatikan pipi chubby Sunggyu yang bergerak lucu saat si empunya bicara, imut sekali. Woohyun tidak tahu bagaimana awalnya ini terjadi. Tapi yang ia rasakan sekarang adalah bibir penuhnya sudah menempel pada pipi gembil  itu. Sunggyu yang posisinya sebagai korban di sini menjatuhkan pensil yang ia pegang. Gadis itu berusaha membulatkan iris segarisnya dengan susah payah. 
Woohyun, si tersangka, gelagapan dan menjauhkan wajahnya. Sunggyu menatap bengis namja itu. Woohyun menelan salivanya berat. Dia juga tidak menyangka bagaimana ia bisa kebablasan seperti tadi. Namja itu berpikir ini sudah terlanjur, jadi daripada Sunggyu semakin salah paham mungkin Woohyun memang harus jujur sekarang. Dia harus mengatakan apa yang sedang ia rasakan.
“Noona.. aku menyukaimu.” 
Hening. Sunggyu merubah ekspresi bengisnya menjadi terkejut bingung. Apa ia punya gangguan pendengaran, pikirnya. Sunggyu akan mengatakan sesuatu kalau saja namja di sampingnya tidak menyela.
“Ak-”
“Kau tidak perlu menjawabnya. Aku hanya mengatakan apa yang aku rasakan.” Ucapnya seraya menutup kedua telinga dengan tangannya, tidak ingin mendengar jawaban Sunggyu. Gadis itu diam. Suasana kembali hening. Sunggyu bingung harus memberikan reaksi seperti apa. Sampai Woohyun berdiri dari duduknya.
“Noona istirahatlah, aku akan menyelesaikan tugasku sendiri di kamar.” Ujar namja itu.
“Eo-eoh.”
.
.
Sunggyu merebahkan tubuhnya di atas kasur. Pandangannya menerawang pada langit-langit. Sunggyu tidak pernah memikirkan tentang cinta selama hidupnya. Kalau pun ia memiliki seseorang yang ia kagumi itu hanya sekedar kagum sebab gadis itu tidak ingin terlalu mengagumi dan menjadi lemah karena hal seperti itu. Hidupnya saja sudah susah, mana ada waktu ia untuk hal-hal seperti itu. Dan yang membuat Sunggyu semakin heran adalah secepat itukah Woohyun berpaling. Bukankah baru kemarin namja itu patah semangat karena cinta, kenapa sekarang namja itu pindah haluan pada yeoja macam dia yang kalau dibandingkan Sungyeol yang tinggi semampai dan cantik tidak ada apa-apanya. Tidak ingin terlalu memikirkan Woohyun, gadis itu membungkus dirinya dengan selimut tebal lalu pergi tidur.
.
.
.
Woohyun duduk di samping Sunggyu yang tengah duduk melantai di truang tengah. Namja itu membawa buku fisikanya.
“Noona, kau sibuk?” tanya namja itu. Sunggyu yang sedang menutup laptopnya mendongak.
“Woo-Woohyun. Ah, aniya. Tugasku juga sudah selesai. Ada apa?” tanya Sunggyu sedikit gugup.
“Ajari aku.” Pinta Woohyun. Sunggyu mengangguk. Gadis itu mulai menjelaskan beberapa poin yang Woohyun tidak mengerti. Namja itu menatap gadis di sampingnya. Sejak kapan ia jadi ketagihan dengan paras manis ini. 
“Apa kau sudah paham?” tanya Sunggyu seraya menatap Woohyun. Ia baru sadar kalau Woohyun juga tengah menatapnya. Gadis itu jadi gugup. Ia berdehem.
“Mian. Ak-aku.. tugasku belum selesai.” Ucap Sunggyu seraya membuka laptopnya kembali. Woohun mengernyitkan keningnya. Bukankah gadis itu tadi bilang sudah selesai.
.
Sunggyu akhir-akhir aneh bagi Woohyun. Sunggyu yang Woohyun kenal adalah Sunggyu yang cerewet dan suka memarahinya. Tapi sekarang, meski Woohyun bolos acara belajar sorenya pun Sunggyu sama sekali tidak menegur. Kalau Woohyun tidak minta diajari, gadis itu sama sekali tidak peduli. 
Namja itu duduk di dekat jendela. Ia tengah memperhatikan Sunggyu yang sedang menjemur pakaian di balkon belakang. Namja itu tampak berpikir keras. Sampai ia memutuskan melangkahkah kakinya mendekati Sunggyu. 
Sunggyu merasakan kehadiran Woohyun. Namja itu semakin mendekat ke arahnya. Ia berusaha tidak peduli. Baru saja gadis itu membentangkan spreinya pada tali jemuran Woohyun menyibaknya dan mencengkeram lengan Sunggyu, membuat gadis itu terkejut dan mundur satu langkah. 
“Mw-mwo?” tanya Sunggyu terbata.
Namja itu melepaskan tangannya pelan. 
“Kalau kau memang tidak bisa memberikan hatimu tidak masalah. Tapi jangan acuhkan aku,” ujarnya pada Sunggyu. “jika kau memang tidak nyaman, anggap saja aku tidak pernah mengatakan apa-apa.” 
Sunggyu tidak mengatakan apapun. Ia berusaha menghindari tatapan Woohyun. Gadis itu meraih cuciannya untuk dijemur. Woohyun yang memperhatikan tingkah Sunggyu mengertakkan giginya. Namja itu mengambil alih baju di tangan Sunggyu dan menjemurnya. Sunggyu menatap namja itu. Dia jadi merasa tidak enak sekarang. 
Gadis itu mengulurkan tangannya meraih surai gelap Woohyun. Namja yang tengah sibuk menjemur itu menoleh ke arahnya. 
“Siapa bilang aku mengacuhkanmu.” Ucap Sunggyu seraya tersenyum. Woohyun jadi ikut tersenyum.
.
.
Sunggyu sibuk menghitung penghasilannya. Gadis itu nampak serius sampai Woohyun ikut bergabung dengannya di ruang tengah.
“Sedang apa?” tanya namja itu.
Sunggyu tidak menghiraukan Woohyun dan tetap sibuk dengan kalkulator di tangannya. Sedangkan namja di sampingnya tetap memperhatikan apa yang sedang gadis itu lakukan. Tiba-tiba Sunggyu mengangkat kepalanya.
“Aku butuh penghasilan tambahan.”
.
.
Sudah bukan hal aneh lagi kalau satu-satunya mata kuliah di hari rabu selalu diisi oleh asisten dosen. Jang Dongwoo seongsaengnim adalah seorang asisten dosen yang mengajar kelas Sunggyu. Dia dikenal dengan pribadi yang selalu tertawa. Bahkan Sunggyu heran tiap kali namja itu menertawakan hal yang sama sekali tidak lucu saat mengajar di kelas, membuat para mahasiswanya mau tidak mau tertawa garing.
Kali ini Sunggyu tidak fokus di kelas. Dan sepertinya Jang Saem menyadari itu. Namja itu menegurnya dan menyuruh Sunggyu keluar dari kelas untuk mencuci wajahnya. Sunggyu melangkah keluar dari kelas. Dia agak banyak pikiran akhir-akhir ini. Masalah materil. Dan cukup membebani kuliahnya. Gadis itu sedang malas hari ini, membuatnya enggan kembali masuk kelas. Selepas cuci muka ia memilih duduk di salah satu meja kantin. 
.
Kelas selesai, tapi meja Sunggyu kosong sedari tadi. Membuat Dongwoo mengerutkan dahinya. Pergi kemana mahasisiwinya itu. Dongwoo saem memang cukup dekat dengan Sunggyu. Karena mahasisiwinya itu sering pergi menemuinya untuk konsultasi, dan Dongwoo tidak keberatan dengan hal itu sebab Sunggyu sudah ia anggap seperti teman bicara yang asyik.
Dongwoo melangkahkan kakinya menuju kantin fakultas. Dan benar saja, ia menemukan Sunggyu tengah memejamkan matanya di meja kantin. Namja itu mendekat seraya membawa kopi. Ia meletakkannya di atas meja tempat Sunggyu meletakkan kepalanya.
“Bangunlah dan minum ini.” suruh Dongwoo. Sunggyu yang memang tidak sedang tidur mengangkat kepalanya dan menatap namja itu.
“Saem, kau menggangguku.” Ucap Sunggyu.
“Ada apa denganmu?” tanya Dongwoo mengabaikan protesan Sunggyu. “kau ada masalah?”
Sunggyu berpikir, haruskah ia menceritakan masalahnya pada Dongwoo. Siapa tahu namja di hadapannya ini bisa membantunya. 
“Aku sedang butuh uang tambahan saem.” Ujar Sunggyu jujur. Dongwoo tersenyum karena gadis itu akhirnya mau mengatakan masalahnya.
“Apa kau butuh pekerjaan paruh waktu?” tanya Dongwoo. Gadis di hadapannya langsung menatapnya dengan mata berbinar.
“Ne.” 
“Aku punya sebuah cafe di daerah gangnam. Itu pun kalau kau mau.”
“Tentu saja aku mau.” Semangat Sunggyu bangkit dari duduknya.
.
.
Woohyun mengendarai motornya di jalanan gangnam. Namja itu baru saja pulang dari sekolahnya, melihat ia masih lengkap dengan seragamnya. Ia melajukan motornya dengan kecepatan sedang, sampai atensinya melihat Sunggyu dan seorang namja baru saja keluar dari sebuah cafe. Woohyun meminggirkan motornya. Namja itu membuka kaca helm untuk melihat lebih jelas objek di seberang sana.
.
Sunggyu dan Dongwoo keluar dari Paradise Cafe milik Dongwoo. Gadis itu setuju untuk bekerja di sana sepulang kuliah. 
“Bagaimana?” tanya Dongwoo
“Aku akan bekerja keras saem.” Jawab Sunggyu.
“Kau tidak bisa memanggilku seperti itu di sini.”
“Ah.. baiklah sajangnim.”
“Itu baru benar.” Ucap Dongwoo seraya mengacak surai Sunggyu. 
Adegan itu membuat sosok di seberang sana menatap mereka tidak suka.
Baru saja Dongwoo akan mengantarkan Sunggyu pulang sebuah motor berhenti di dekat mereka berdua. Sunggyu tidak asing dengan motor di depannya. Itu Woohyun.
“Mau pulang?” tanya Woohyun.
“Ah ne,” Sunggyu menatap Dongwoo di sampingnya “saem, aku akan ikut dengannya saja.”
Dongwoo yang merasa sedari tadi remaja itu menatapnya tidak suka mengiyakan ucapan Sunggyu. Namja itu pun kembali masuk ke dalam cafe meninggalkan Sunggyu dan Woohyun.
“Bagaimana bisa kau tahu aku di sini?” tanya Sunggyu seraya memakai helmnya.
“Naiklah.” Ucap Woohyun singkat mengabaikan pertanyaannya. Sunggyu yang merasakan aura lain dari namja itu tidak protes apa-apa dan segera duduk di jok belakang.
Selama perjalanan tidak ada yang mengatakan apapun. Gadis itu hanya bisa menatap punggung tegap remaja di depannya. Hingga Sunggyu heran kenapa Woohyun menghentikan motornya.
“YA.. Kenapa berhenti?” tanya Sunggyu.
“Turunlah.” Perintah Woohyun.
“Mwo?”
“Turun.”
Sunggyu menurut. Namja itu juga turun dari motornya. Ia menatap Sunggyu intens.
“Aku ingin menarik kembali kata-kataku.” Ujar Woohyun.
“Ne?” Sunggyu jadi bingung.
“Aku tidak bisa tinggal diam. Bagaimanapun aku sudah memberikan hatiku padamu. Maka kau juga harus lakukan hal yang sama.”
.
.
.
TBC

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Macaroon98
Saya tidak berfikir bahwa karya saya bagus. Tapi feedback dari reader sangat dihargai. Khamsahamnida sudah menyempatkan diri utk sekedar mengintip karya saya

Comments

You must be logged in to comment
gari_chan #1
Chapter 2: musti cepet update thor, seru bgt
gari_chan #2
Chapter 1: huweeee singkate beut thor, panjangin lagi dong
gari_chan #3
Chapter 1: lanjut lanjut lanjut, masih penasaran itu kado beneran buat sunggyu ato bukan
KiwiPrincess #4
Chapter 1: Aww..poor woohyun, ditolak sama sungyeol..tenang Woohyun-ah, masih ada your songsaengnim yg cerewet.. :p