First Love

Love is You

Namja itu berjalan mengendap-endap di halaman belakang rumahnya sendiri. Sesekali ia celingak-celinguk untuk memastikan kalau ia tidak ketahuan kabur dari acara belajar sorenya. Namja itu sengaja menghindari guru les private nya karena malas terus-terusan belajar. Baru saja namja itu hendak melompat pagar belakang, seseorang berdehem.
“Ekhem, mau kemana tuan muda?” terdengar suara seorang yeoja. Woohyun –namja itu- menengok kebelakang dengan takut-takut. Seorang gadis dengan surai karamel memandangnya garang seraya berkacak pinggang. Woohyun hanya membalasnya dengan cengiran bodoh andalannya. Gadis itu semakin mendekat dan mengulurkan tanggannya.
“Akh.. a.. a.. appo.. jinja appo noona..” Woohyun kembali turun dengan jeweran di telinga kanannya.
“Rasakan.. kajja teruskan belajarmu tuan muda Nam. Atau aku akan menghabisimu di sini.” Ucap gadis itu sadis.
“Ne.. gyu noona.. ige jinja appo..” 
Sunggyu melepas jewerannya pada telinga namja di hadapannya. Terlihat Woohyun mengusap-usap telinganya sendiri.
“Tolong kerjasamanya Nam Woohyun-ssi.. apa kau mau aku berhenti menjadi guru lesmu? Kalau kau tidak mendapat nilai bagus pada ulangan berikutnya, eommamu akan memberhentikanku kau tahu.” Ujar Sunggyu. Woohyun jadi merasa bersalah. Gadis ini telah menjadi guru lesnya selama hampir tiga tahun. Karena itu mereka sangatlah dekat. Sunggyu adalah mahasiswa semester lima jurusan fisika. Gadis itu menerima tawaran eomma Nam menjadi guru les private Woohyun untuk mencari tambahan uang demi meringankan beban eommanya di Jeolla. Gadis itu tinggal di sebuah kamar kos di Seoul. Sunggyu sendiri sudah menganggap Woohyun seperti dongsaengnya, sehingga ia tidak segan-segan untuk memarahi bahkan menjewer Woohyun kalau bocah itu kabur dari kewajibannya. 
.
Mereka duduk melantai di ruang tamu. Sunggyu tampak fokus dengan tugas kuliahnya sembari menunggu Woohyun mengerjakan tugasnya sendiri. Tapi sepertinya namja itu sama sekali tidak fokus, terlihat dari sedari tadi ia hanya memainkan ponselnya. Sunggyu melirik namja di sampingnya lalu menghela nafas pelan.
“Woohyun-ah.. kau bisa fokus tidak?” ucap Sunggyu. Woohyun tidak menjawab. Namja itu malah menunjukkan layar ponselnya pada Sunggyu.
“Ige.. ige noona.. cantik kan?” tanya Woohyun. Sunggyu melihat sebuah foto seorang gadis jangkung di layar ponsel Woohyun.
“Itu Sungyeol yang biasa kau ceritakan?” tanya Sunggyu balik. Woohyun mengangguk.
“Eum. Dia cantik kan?” tanya Woohyun lagi. Sunggyu mengangguk mengiyakan.
“Ne, dia cantik.” 
“Eh noona. Kau sibuk tidak setelah ini?” Sunggyu menatap Woohyun di sampingnya.
“Ani. Wae?” 
“Temani aku mencari sesuatu untuk Sungyeol ya?”
Sunggyu memicing menatap Woohyun yang balas menatapnya dengan puppy eyes. Gadis itu menghela nafas.
“Geurae.. tapi selesaikan dulu lima soal ini.” suruh Sunggyu.
“Aah~ noona...” rengek Woohyun.
“Hanya lima saja...”
.
.
Woohyun dan Sunggyu berjalan berdua di jalanan Gangnam. Sesekali mereka bercanda, megingat Woohyun penuh dengan ide jahil. Mereka bercanda sampai atensi Woohyun tanpa sadar menangkap sosok Sungyeol berjalan berlawanan arah dengan mereka. Woohyun mempercepat langkahnya mendekati gadis jangkung itu diikuti Sunggyu di belakangnya.
“Sungyeol.” panggil Woohyun. Gadis yang merasa dipanggil namanya mendongak menatap Woohyun. 
“Eoh, Woohyun.. kebetulan sekali kita bertemu di sini.” Ucap Sungyeol. Mereka mulai mengabaikan Sunggyu yang berdiri di sebelah Woohyun.
“Kau mau kemana?” tanya Woohyun pada Sungyeol.
“Eoh.. tentu saja pergi kencan.. kekeke~” jawab gadis itu setengah bergurau. “kau mau ikut?” tanyanya tetap dengan nada bercanda.
“Eoh. Aku akan ikut dan mengacaukan kencanmu.” Jawab Woohyun.
“Hahaha.. itu bagus Nam Woohyun-ssi.” Sungyeol terkekeh. “ Kalau begitu aku pergi dulu eoh. Annyeong.” 
Woohyun terus mengamati kemana Sungyeol pergi sampai punggung gadis itu menghilang di balik kerumunan. Sunggyu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tampang bodoh anak didiknya.
“YA.. Palli.. kau terlihat sangat bodoh.” Ujar Sunggyu berjalan meninggalkan Woohyun.
“Mwo?! Apa yang kau katakan noona?!” namja itu berlari kecil menyusul gadis di depannya.
.
Mereka memasuki sebuah toko aksesoris. Sunggyu yang merekomendasikannya. Menurutnya, yeoja apalagi gadis remaja sangat menyukai barang yang lucu dan manis. Woohyun mengamati barang-barang yang didominasi warna pink di sana. Uugh.. membuat silau saja. Sunggyu berhenti. Manik foxy nya menatap sebuah jepit rambut berwarna putih di sana. Woohyun ikut berhenti dan mengikuti kemana arah pandang Sunggyu.
“Kau suka?” tanya Woohyun pada gadis yang lebih tua darinya itu. Sunggyu mengangguk tanpa mengalihkan penadangannya. “Geurae.. permisi noona.. aku ambil yang itu.”
.
Sunggyu menatap Woohyun dengan cemberut sepanjang jalan. Dasar bocah. Sunggyu kira Woohyun bertanya tadi karena ia akan membelikannya untuk Sunggyu. Woohyun sama sekali tidak peduli dengan tatapan Sunggyu padanya sedari tadi. Namja itu tersenyum puas memandangi bingkisan di tangannya. Ia ingin tahu bagaimana reaksi Sungyeol nanti.
“Mwo? Kenapa menatapku begitu?” tanya Woohyun saat menyadari tatapan bengis Sunggyu untuknya.
“Ani.” Jawab Sunggyu singkat. Lihat, dasar remaja dimabuk cinta, jadi lupa sekitar. 
.
.
Keesokan harinya saat bel pulang Woohyun sengaja menunggu Sungyeol. Ketika gadis itu sudah selesai dengan barang-barangnya. Woohyun mendekatinya. Sungyeol mendongak menatap namja yang tengah Woohyun yang mendekat.
“Yeol-a,” Panggil Woohyun pelan “bisa ikut denganku sebentar?”
Sungyeol menautkan alisnya heran. Tapi pada akhirnya gadis itu mengangguk.
.
.
Mereka berdua berdiri berhadapan di halaman belakang sekolah. Sungyeol dengan sabar menunggu apa yang sebenarnya ingin dikatakan namja di depannya itu. Sedangkan yang sedari ditunggu belum juga selesai dengan aksi nervousnya. Bagaiamanapun Sungyeol adalah cinta pertamanya. Oleh karena itu Woohyun sangat gugup sekarang.
“Eum.. yeol-a..” ini sudah kesekian kalinya Woohyun memanggil nama Sungyeol, dan dengan sabarnya Sungyeol membalasnya dengan tersenyum. “ada yang ingin aku katakan padamu.”
“ne, apa itu?” tanya Sungyeol. Woohyun semakin gugup saja. Telapak tangannya jadi berkeringat. 
“Aku menyukaimu. Maukah kau jadi yeojachinguku?” tanya Woohyun mantap seraya menutup matanya takut. Sungyeol terkejut untuk sepersekian detik. Namun setelahnya gadis itu tersenyum.
“Mianhae Woohyun-ah.. aku hanya menganggapmu teman. Tidak lebih dari itu.” tolak Sungyeol halus, mencoba untuk tidak menyinggung perasaan Woohyun. Namja itu tersenyum masam. Bagaimana pun itu hak Sungyeol mau menerimanya atau tidak. 
“Gwencahana. Itu hakmu. Kalau begitu kau boleh pergi. Hanya itu yang ingin aku katakan padamu.” Ucap Woohyun. Sungyeol mengangguk.
“Aku minta maaf sekali lagi Woohyun-ah. Aku sungguh-sungguh tidak bisa menerimamu,” ujar Sungyeol seraya menyetuh pundak Woohyun “aku pergi dulu eoh.”
Sungyeol berlalu meninggalkan Woohyun dengan patah hatinya. 
.
.
.
Sunggyu tiba di rumah Woohyun lebih awal dari biasanya karena kuliahnya selesai lebih awal dan ia terlalu malas kalau harus pulang lalu kembali lagi, lebih baik ia langsung pergi kemari. Eomma Nam yang tengah meyiapkan makan siang menyambut Sunggyu.
“Apa kau sudah makan? Woohyun belum pulang. Mungkin sebentar lagi.” Ujar eomma Nam.
“Sudah eommonim. Aku makan di kantin tadi. Apa boleh kubantu?” tawar Sunggyu.
“Tidak perlu, kau duduk saja di situ. Sebentar lagi matang kok,” ucap eomma Nam, sampai ia teringat sesuatu. “Oh ya, Woohyun tadi menitipkan sesuatu. Dia bilang untukmu. Eomma taruh di ruang tengah.”
Sunggyu menatap eomma Nam bingung.
.
.
Sunggyu duduk di sofa putih ruang tengah. Tangannya meraih sebuah bingkisan di atas meja. Apa ini benar untuknya. Ia membuka bingkisan itu. 
“Ini kan..”
Sebuah jepit rambut putih yang ia lihat kemarin. Bukankah Woohyun bilang ini untuk Sungyeol. Kenapa diberikan untuknya? Sunggyu membuka kartu ucapan yang menyertai bingkisan itu.
To : Uri Seongsaengnim cerewet
Saengil chukkae~ mian sedikit terlambat. Tapi aku ingat kalau minggu lalu ulang tahunmu noona.. aku harap Gyu noona menyukai hadiahku. Saranghae.
Sunggyu tersenyum membaca kartu ucapa dari Woohyun. Dasar bocah. Jadi ini tujuan kenapa namja itu mengajaknya keluar kemarin dengan alasan mencari kado untuk Sungyeol.
“Aku pulang.” Seorang namja memasuki ruang tengah. Sunggyu mendongak dan menatap Woohyun. Sunggyu heran. Namja itu terlihat murung.
“Kau kenapa?”
.
.
Mereka duduk bersila di ruang tengah. Sunggyu menatap prihatin remaja di depannya yang terlihat menyedihkan karena patah hati.
“Kau benar-benar sedang jatuh cinta ya?” tanya Sunggyu.
“Entahlah. Aku tidak tahu.” Jawab Woohyun lesu.
“Kurasa kau benar-benar sedang dimabuk cinta.”
“Bagaimana noona bisa tahu? Apa noona pernah merasakannya?” tanya Woohyun balik.
“Bisa iya, bisa juga tidak. Kau tahu, bagaimana aku bisa mengurusi  hal semacam itu ketika orang lain makan tiga kali sehari sedangkan aku harus makan dua kali sehari.”
Woohyun menatap Sunggyu dalam. Dia jadi menyesal.
“Mian. Aku memang bodoh. Aku hidup serba berkecukupan tapi masih mengeluh karena cinta.” Ujar Woohyun menunduk. Sunggyu tersenyum.
“Sudahlah.. mungkin kau bisa dapat yang lebih baik nanti,” Hibur Sunggyu. Woohyun menatap gadis di depannya lagi. "baiklah. Bagaimana kalau hari ini kita main video game saja.” 
“Call..”
“Oh ya.. gomawo untuk kadonya..”
.
.
.
TBC
.
Voment juseyo~
See u next chap~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Macaroon98
Saya tidak berfikir bahwa karya saya bagus. Tapi feedback dari reader sangat dihargai. Khamsahamnida sudah menyempatkan diri utk sekedar mengintip karya saya

Comments

You must be logged in to comment
gari_chan #1
Chapter 2: musti cepet update thor, seru bgt
gari_chan #2
Chapter 1: huweeee singkate beut thor, panjangin lagi dong
gari_chan #3
Chapter 1: lanjut lanjut lanjut, masih penasaran itu kado beneran buat sunggyu ato bukan
KiwiPrincess #4
Chapter 1: Aww..poor woohyun, ditolak sama sungyeol..tenang Woohyun-ah, masih ada your songsaengnim yg cerewet.. :p