Help Me

Love is You

Sunggyu keluar dari kamar kosnya. Ia mengunci pintu dan melangkah pergi. Di depan, seorang namja dengan seragam sekolahnya tengah berdiri menunggu gadis itu. Sunggyu menyipitkan matanya mencoba mengenali namja di depan sana sembari berjalan mendekat. Semakin dekat ia bisa melihat dengan jelas Nam Woohyun tengah berdiri di depan kosnya. 
“Hei, untuk apa kau kemari?” tanya Sunggyu pada namja itu. Woohyun yang berdiri membelakangi Sunggyu kemudian berbalik.
“Kau lama sekali noona,” ucap Woohyun. Ia menyerahkan sebuah kotak bekal pada Sunggyu. “ige, untukmu.” 
Sunggyu menatap kotak bekal warna hijau muda di tangan Woohyun. 
“Ige mwoya?” tanya Sunggyu merasa aneh dengan kelakuan Woohyun. Apa anak ini belum bangun dari tidurnya, batin Sunggyu.
“Ekhem,” Woohyun berdehem sejenak. Ia membuang muka seraya berucap. “kau juga harus makan tiga kali sehari.” 
Sunggyu mendongak menatap namja itu. 
“Mwo? Aih.. gomawo,” Gadis itu meraih kotak bekal dari tangan Woohyun. “sudah sana. Tunggu apalagi? Sana berangkat! Nanti kau terlamabat.”suruh gadis itu.
“Ne.. aku pergi dulu eoh.” Woohyun menaiki motornya kemudian berlalu dari sana. Sunggyu menatap Woohyun yang semakin jauh hingga sosoknya menghilang di ujung jalan. Ia menatap kotak bekal di tangannya. Bibir tipis itu tersenyum.
“Bocah itu.”
.
.
Woohyun melangkah kakinya sepanjang koridor sekolah. Namja itu terlihat lesu. Bagaimana tidak. Siapa yang tidak lesu kalau ia baru saja ditolak cinta pertamanya. Namja itu memasuki kelasnya. Di sana ia bisa melihat Sungyeol duduk di bangkunya. Gadis itu menatapnya tepat setelah ia menujukkan tampangnya di depan pintu kelas. Untuk beberapa detik Woohyun balas menatapnya. Setelahnya, namja itu memutus kontak mata mereka terlebih dahulu. Ia meletakkan ranselnya di atas meja. Lalu duduk dengan tidak bersemangat. Wajahnya ia tenggelamkan di antara lipatan tangannya. 
Sungyeol masih setia menatap gerak-gerik Woohyun. Gadis itu jadi merasa bersalah. Tapi ia memang tidak bisa membalas perasaan teman sekelasnya itu. Sungyeol menghela nafas sejenak lalu berdiri dari duduknya. Ia melangkahkan kaki jenjangnya mendekati bangku di mana Woohyun duduk. Gadis jangkung itu berdiri tepat di samping Woohyun yang tengah memejamkan matanya.
“Aku tahu kau tidak sedang tidur.” Ujarnya. Woohyun yang merasakan seseorang bicara dengannya membuka mata. Ia mengangkat kepalanya menatap gadis yang berdiri di hadapannya.
“Ada apa?” tanya Woohyun mencoba untuk terlihat biasa. Sungyeol menyeret bangku di depan Woohyun dan mendudukinya.
“Kau tidak lupa kan hari ini ulang tahunku.” Ujar Sungyeol.
“Eoh.” Woohyun mengangguk. Memang ia tidak lupa bahwa Sunyeol berulang tahun hari ini.
“Nanti malam datang ke restoran eommaku ya.. aku akan mentraktir teman-teman dekatku termasuk kau.” Undang Sungyeol dengan tatapan penuh harap. Bagaimanapun ia tahu kalau Woohyun sedang sakit hati karenanya sekarang. Namun perasaan cemasnya sirna tatkala melihat anggukan dari namja di depannya.
“Eum. Baiklah. Aku akan datang.” Ujar Woohyun seraya tersenyum pada Sungyeol.
.
.
.
Drrrt.. drrrt...
Ponsel Sunggyu bergetar. Membuat gadis itu menghentikan kegiatannya menulis laporan. Ia meraih ponselnya di atas kasur lalu mengangkat telfonnya.
“Yeoboseyo eomma.”
‘...’
Tampak raut muka Sunggyu berubah. Gadis itu tersenyum masam.
“Ne, gwenchana eomma. Uangnya gunakan dulu untuk sekolah Donghyun.”
‘...’
“Aku serius. Ibu kosku sangat baik. Eomma tenang saja. Aku akan bicara pada beliau.”
‘...’
“Ne eomma. Eomma juga jaga kesehatan. Annyeong..”
Sunggyu menatap layar ponselnya yang mati dengan tatapan kosong. Gadis itu melamun sampai seseorang mengetuk pintu kamar kosnya. Sunggyu mengikat rambutnya sembari berjalan menuju pintu. Ia membuka pintu. Seorang yeoja paruh baya tengah menunggunya di balik pintu dengan berkacak pinggang.
“Eoh, Park ajhumma.”
“Mana.” Ujar yeoja yang dipanggil Park ajhumma itu seraya menengadahkan tangannya ke arah Sunggyu. 
“Jweseonghamnida ajhumma. Beri waktu aku satu minggu lagi. Aku akan membayar tunggakan tiga bulan.” Ucap Sunggyu memohon.
“Tidak nona Kim. Aku sudah memberimu keringanan selama ini. Kau fikir aku tidak butuh makan apa?” Sunggyu menatap yeoja itu dengan tatapan memelas. Yeoja paruh baya itu menghela nafas kasar. “kemasi barangmu. Keluar dari sini malam ini juga.” 
“Mwo?!” Sunggyu terbelalak. “kumohon kasihanilah aku. Aku sebantang kara di kota ini. Bagaimana kau bisa mengusirku begitu kejam.” 
“Kau sudah membuatku merugi Kim Sunggyu-ssi. Aku akan memberimu waktu lima belas menit. Kosongkan kamar ini. Atau aku akan sangat marah padamu.”
.
.
Woohyun duduk sendiri di pojok memperhatikan Sungyeol dan teman-temannya saling bercanda. Bukannya Woohyun tidak mengenal mereka. Hanya saja ia sedang tidak mood untuk mengoceh. Namja itu memilih duduk di kursi paling pojok seraya memanggang dagingnya. 
“Eoh kau sudah datang.” Terdengar suara Sungyeol memyambut seseorang. Woohyun mendongak melihat seorang namja tampan dengan mata elang memasuki restoran. Woohyun mengamatinya dari ujung kaki sampai ujung rambut. Bukankah namja ini anak kelas sebelah, pikir Woohyun.
“Jja.. duduklah di sini,” Ajak Sungyeol memegang pergelangan tangan namja itu. Membuat Woohyun cemburu saja. “chinguya.. perkenalkan dia Kim Myungsoo, namjachinguku.”
Runtuh sudah pertahanan Woohyun. Ia patah hati lagi. Ternyata Sungyeol tidak bercanda tentang kencan yang ia bilang waktu itu. Bodohnya Woohyun menganggap Sungyeol bercanda dengannya saat itu.
“Woohyun-ah.. kemari, perkenalkan Myungsoo. Kau pasti mengenalnya, dia murid kelas sebelah.” Ucap Sungyeol. Gadis itu tidak peka atau bagaimana sih. Apa dia sengaja membuat Woohyun hancur berkeping-keping.
“Kim Myungsoo.” Ujar namja serba hitam itu memperkenalkan dirinya singkat. Bagaimana Sungyeol bisa kepincut dengan namja semacam itu, sedangkan dibandingkan dengannya yang penuh nuansa cerah yang  ceria. Woohyun semakin murung sekarang. Ia hanya tersenyum tipis.
“Nam Woohyun imnida.”
.
.
Woohyun memilih pamit undur diri terlebih dahulu dengan alasan ada janji dengan seseorang. Sebenarnya Sungyeol heran, malam-malam begini Woohyun punya janji. Tapi gadis itu tetap mempersilahkan Woohyun untuk pergi. Namja itu melangkah keluar dari restoran dan mendekati motornya. Ia meraih helm dan memakainya. Woohyun menaiki motornya lalu pergi dari sana. 
Namja itu dalam suasana hati yang sangat buruk malam itu. Ia berkendara membelah jalanan Seoul. Hingga dari balik helmnya ia bisa melihat seseorang yang ia kenal duduk di halte ditemani dengan sebuah koper besar. Woohyun meminggirkan motornya. Ia melepas helm dan turun dari motor mendekati gadis itu. 
“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Woohyun. Gadis dengan manik irit itu mendongak. 
“Woohyun.” gadis itu menatap sendu namja di hadapannya.
.
.
Woohyun mengajak Sunggyu untuk bermalam di rumahnya. Bagaimanapun Woohyun tidak akan membiarkan seorang gadis berkeliaran di luar malam-malam, akan sangat berbahaya bagi Sunggyu. Lagipula Woohyun menyayangi noonanya itu.  Sunggyu turun dari motor Woohyun. Gadis itu menunduk malu. Ia sudah merepotkan Woohyun.
“Tidak usah khawatir. Aku tidak keberatan noona. Kajja.” Woohyun menuntun gadis itu memasuki rumahnya dengan tangan kirinya menyeret koper milik Sunggyu.
Di ruang tengah ternyata appa dan eomma Nam tengah menunggu kedatangan mereka. 
“Gyu.” Eomma Nam mendekati Sunggyu. Beliau sudah tahu dari Woohyun, kalau Sunggyu baru saja diusir dari kamar kosnya.
“Eommonim.” Sunggyu menatap yeoja paruh baya yang sudah ia anggap seperti eommanya itu dengan berkaca-kaca.
GREP
“Tinggalah di sini semaumu Gyu. Kami sama sekali tidak keberatan.” Ujar eomma Nam.
“Tapi aku tidak mau merepotkan kalian. Kalian sudah sangat baik padaku.” ucap Sunggyu melepas pelukan mereka. Gadis itu menatap appa Nam yang berdiri di belakang sana. beliau tersenyum ke arah Sunggyu.
“Aeboji..” 
“Kau kan juga anak kami.” Ujar appa Kim. Sunggyu jadi terharu. Bagaimana bisa ia menemukan orang baik seperti mereka di dunia yang kejam ini. Gadis itu kembali memeluk eomma Nam dengan erat. Eomma Nam balas mengelus surai karamel Sunggyu sayang. Woohyun ikut tersenyum ke arah kedua yeoja itu.
“Baiklah. Aku akan membantumu membereskan barang-barangmu noona.”
.
.
Woohyun membantu Sunggyu menyiapkan kamar untuk gadis itu. sunggyu sesekali menghapus air matanya. ia masih sedikit sesenggukan sepertinya.
“Sudah. Jangan menangis terus. Kupikir Kim Sunggyu tidak bisa menangis.” Canda Woohyun. Sunggyu menatap Woohyun cemberut.
“Aku kan yeoja. Hatiku mudah tersentuh.” Ucap Sunggyu.
“Aku baru tahu kalau kau yeoja.” cibir Woohyun.
“YA!”
.
Malam itu adalah malam pertama Sunggyu memutuskan untuk tinggal di kediaman Nam. Dia merasa sangat beruntung mengenal keluarga ini. Siapa lagi yang bisa membantunya. Gadis itu merebahkan tubuh lelahnya di kasur empuk kamar barunya. Dan memutuskan untuk memejamkan mata.
.
.
.
TBC

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Macaroon98
Saya tidak berfikir bahwa karya saya bagus. Tapi feedback dari reader sangat dihargai. Khamsahamnida sudah menyempatkan diri utk sekedar mengintip karya saya

Comments

You must be logged in to comment
gari_chan #1
Chapter 2: musti cepet update thor, seru bgt
gari_chan #2
Chapter 1: huweeee singkate beut thor, panjangin lagi dong
gari_chan #3
Chapter 1: lanjut lanjut lanjut, masih penasaran itu kado beneran buat sunggyu ato bukan
KiwiPrincess #4
Chapter 1: Aww..poor woohyun, ditolak sama sungyeol..tenang Woohyun-ah, masih ada your songsaengnim yg cerewet.. :p