Lean on My Shoulders (4/4)

Lean on My Shoulders

== PROLOG ==

Seiring dengan angin musim gugur yang berhembus

Namun justru aku merasakan sebuah kehangatan yang datang menyapa hatiku yang sempat mendingin

Entah mantera apa yang kau bisikkan padaku, namun aku merasakan sebuah kenyamanan ketika aku bersamamu

Tak ada harapan lain, selain aku hanya ingin bahwa kau selalu ada di sampingku

Dan tetap menjadi sandaranku ketika aku terluka, bersedih ataupun bahagia

(July 26, 2014)

 

 

~~ Previous scene ~~

 

NE[1]?  Maksudmu Ji Hyeon Eonni[2] dan Seok Jin Seonbaenim[3] berkencan?” tanya Min Hye.

                    

                “Geureon geon aniya[4]…” jawab Tae Hyung dan Ji Min serempak.

 

                “Geurigo[5], wae[6]?” tanya Min Hye.

 

                “Nanti juga kau akan mengetahuinya sendiri,” jawab Ji Min.

 

                “Seonbae[3]…” Min Hye merajuk pada Tae Hyung agar mau menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

 

                “Setelah semuanya jelas, aku akan menceritakan semuanya padamu,” jawab Tae Hyung.

 

                “Kalian…” dengus Min Hye kesal seraya mengerucutkan bibirnya. (http://jh-nimm.blogspot.com)

 

 

 

== CHAPTER 4 ==

 

                “Aku pulang sekarang,” ucap Ji Hyeon seraya membereskan barangnya.

 

                “Jamkkanman[7],” tahan Ho Seok.

 

                “Waeyo[6]?” tanya Ji Hyeon.

 

                “Ah, siapa itu teman yang saat itu mengantarmu pulang?” tanya Ho Seok balik.

 

                “Kim Seok Jin,” jawab Ji Hyeon.

 

                “Kau berkencan dengannya?” tanya Ho Seok.

 

                “Ani[8], kita hanya berteman,” jawab Ji Hyeon.

 

                “Dia setiap hari menjemputmu?” tanya Ho Seok lagi.

 

                “Eoh…” jawab Ji Hyeon.

 

                “Syukurlah, aku khawatir jika kau pulang sendirian,” ucap Ho Seok. “Dan… apa kau akan benar-benar berhenti bekerja di sini?”

 

                “Iya, setelah ku pikirkan baik-baik, memang aku harus berhenti,” jawab Ji Hyeon.

 

                “Apa Seok Jin yang memintamu berhenti?” tanya Ho Seok.

 

                “Selain ini memang karena sarannya, setelah ku pikirkan juga memang aku harus kembali pada keluargaku,” jelas Ji Hyeon.

 

                “Oh, baguslah jika begitu,” ucap Ho Seok.

 

                “Lalu bagaimana denganmu? Apa kau masih akan bertahan?” tanya Ji Hyeon.

 

                “Sampai hutang keluargaku lunas,” jawab Ho Seok.

 

                “Apa masih sangat banyak?” tanya Ji Hyeon lagi.

 

                “Eoh…” jawab Ho Seok.

 

                “Bagaimana jika aku membantumu melunasinya?” tawar Ji Hyeon.

 

                “Gwaenchanha[9], aku akan melunasinya dengan keringatku sendiri,” jawab Ho Seok.

 

                “Ho Seok-a…”

 

                “Sudahlah, sebaiknya kau pulang. Aku akan mengantarkanmu hingga ke depan,” ucap Ho Seok.

 

                Ji Hyeon dan Ho Seok pun keluar dari pintu belakang. Mereka pun menuju ke tempat dimana Seok Jin biasa menunggu Ji Hyeon.

 

                “Ji Hyeon-a…”

 

                Seok Jin pun menghampiri Ji Hyeon dan Ho Seok yang sedang berjalan menuju kearahnya itu.

 

                “Kim Seok Jin?”

 

                “Ne?

 

                “Jaga Ji Hyeon baik-baik, ku percayakan dia padamu,” ucap Ho Seok.

 

                “Ne, tentu saja aku akan selalu menjaga Ji Hyeon,” jawab Seok Jin.

 

                “Sekarang sebaiknya kalian pulang, hari sudah larut,” ucap Ho Seok.

 

                “Eung, kau juga,” jawab Ji Hyeon. (http://jh-nimm.blogspot.com)

 

                Ho Seok pun kembali ke klub malam tersebut untuk menuntaskan pekerjaannya. Sedangkan Seok Jin dan Ji Hyeon pun berjalan menuju ke rumah Ji Hyeon.

 

                “Siapa namanya?” tanya Seok Jin.

 

                “Jeong Ho Seok,” jawab Ji Hyeon.

 

                “Dia tampaknya orang yang sangat baik,” ucap Seok Jin.

 

                “Geurae[10], dia memang orang yang sangat baik dan sahabatku satu-satunya,” jawab Ji Hyeon.

 

                “Lalu, aku bukan sahabatmu?” tanya Seok Jin.

 

                “Oh, kau juga,” jawab Ji Hyeon.

 

                Langkah Ji Hyeon dan Seok Jin pun terhenti di sebuah taman. Taman yang memang sudah sepi, bahkan sangat sepi karena waktu yang memang sudah larut malam. Sehingga di sana hanya ada mereka berdua.

 

                “Kim Seok Jin…”

 

                “Eung?

 

                “Aku… sudah memberikan surat pengunduran diriku dari klub malam itu,” ucap Ji Hyeon.

 

                “Oh, jeongmal[11]? Itu artinya mulai besok kau tidak harus bekerja di sana lagi?” tanya Seok Jin antusias.

 

                “Tidak semudah itu,” jawab Ji Hyeon.

 

                “Wae?” tanya Seok Jin.

 

                “Orang-orang di sana pasti akan menahanku dan akan mencarikan sebuah masalah agar aku tidak keluar,” jawab Ji Hyeon.

 

                “Itu licik sekali,” ucap Seok Jin.

 

                Ji Hyeon menarik napasnya dalam. Ia juga memang tak mengerti, mengapa hanya untuk mengundurkan diri dari sebuah tempat begitu dipersulit?

 

                “Kim Seok Jin…”

 

                “Hmm?”

 

                “Ada sebuah hal yang ingin kukatakan padamu,” ucap Ji Hyeon.

 

                “Mworago[12]?” tanya Seok Jin.

 

                “Aku ingin berterima kasih padamu. Karena kau telah begitu banyak membantuku. Bahkan kau juga menyadarkanku dari luka yang terus membayangi pikiran dan hatiku. Lalu, kau juga selalu menjadi pendengar setiaku. Juga maafkan aku karena aku sempat bersikap tidak begitu baik terhadapmu,” jelas Ji Hyeon.

 

                Sebuah senyuman tersungging di wajah tampan Seok Jin ketika mendengar penjelasan Ji Hyeon. Jauh dalam benaknya, ia begitu bersyukur karena gadis yang tengah berada dihadapannya itu kini telah berubah. Meskipun memang senyuman ceria yang ia nantikan dari wajah sang gadis, masih belum bisa ia temukan.

 

                “Selain itu, entah kenapa semenjak kedatanganmu, aku merasakan bahwa aku tidak sendiri lagi. Bahkan setiap aku teringat akan semua masalah yang membuatku terbebani, ketika aku teringat padamu, justru aku merasa bersyukur bahwa kita dipertemukan seperti ini,” lanjut Ji Hyeon.

 

                CUP!

 

                Dan sebuah kecupan berhasil mendarat di pipi Seok Jin. Jelas Seok Jin terkejut dengan apa yang baru saja Ji Hyeon lakukan. (http://jh-nimm.blogspot.com)

 

                “Ji Hyeon-a…”

 

                “Gomawo[13]… jeongmal gomawo[14]…” ucap Ji Hyeon.

 

                Ji Hyeon pun menatap Seok Jin yang saat itu tengah tersenyum dengan begitu manis padanya. Perlahan wajah Seok Jin semakin dekat dengan wajah Ji Hyeon, hingga akhirnya kedua sayap bibir Seok Jin berhasil menjangkau bibir tipis Ji Hyeon.

****

 

 

                Jam istirahat makan siang. Sebuah waktu yang begitu di nantikan oleh semua siswa di Seoul International High School itupun akhirnya tiba juga.

 

                “Bagaimana jika kita ke kantin?” ajak Tae Hyung pada Yoon Gi dan Seok Jin.

 

                “Geurae,” jawab Seok Jin.

 

                “Aku akan ke perpustakaan,” ucap Yoon Gi.

 

                Yoon Gi pun beranjak dari duduknya tanpa menatap Seok Jin dan Tae Hyung yang saat itu tengah menatapnya dengan heran. Begitu juga dengan Ji Hyeon yang memang saat itu belum beranjak dari duduknya.

 

                “Ji Hyeon-a, kau mau ikut?” ajak Seok Jin.

 

                “Aku harus ke ruang guru untuk menemui Lee Seonsaengnim,” jawab Ji Hyeon seraya beranjak.

 

                “Tapi nanti kau akan menyusul?” tanya Seok Jin.

 

                “Jika urusanku selesai lebih cepat, pasti aku menyusul,” jawab Ji Hyeon.

 

                Ji Hyeon pun keluar dari ruangan kelas.

 

                “Kaja[15]…” ajak Seok Jin.

 

                “Daebak[16]!” ucap Tae Hyung yang masih menatap jejak kepergian Ji Hyeon.

 

                “Kaja…” Seok Jin pun menarik tangan Tae Hyung.

 

                Seok Jin dan Tae Hyung pun menuju ke kantin. Sesampainya di kantin, Seok Jin dan Tae Hyung pun segera mengambil satu porsi makanan yang memang secara khusus di sediakan oleh pihak sekolah itu. Mereka pun memilih untuk duduk di meja yang tepat berada di dekat jendela.

 

                “Apa Yoon Gi marah padaku?” tanya Seok Jin.

 

                “Oh, keuge[17]…” Tae Hyung jelas kebingungan bagaimana harus menjelaskannya pada Seok Jin.

 

                “Katakan saja yang sebenarnya. Karena memang ku lihat sejak beberapa hari yang lalu Yoon Gi seolah menghindariku,” pinta Seok Jin.

 

                Tae Hyung pun menatap Seok Jin. Namun memang tidak ada pilihan lain, selain ia harus menjelaskan tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Seok Jin.

 

                “Geurae, Yoon Gi memang marah padamu,” ucap Tae Hyung.

 

                “Wae?” tanya Seok Jin.

 

                “Karena kedekatanmu dengan Ji Hyeon,” jawab Tae Hyung.

 

                Meskipun memang sudah menduga bahwa alasan Yoon Gi marah terhadapnya adalah karena Ji Hyeon, namun ia tidak menyangka bahwa Yoon Gi akan semarah itu padanya.

 

                “Aku sudah berusaha menjelaskan semuanya pada Yoon Gi, termasuk dengan alasanmu menjadi dekat dengan Ji Hyeon. Namun Yoon Gi dengan keras kepalanya masih tak mempercayai akan hal itu. Bahkan dia sama seperti siswa lainnya, menganggap kalian berkencan. Karena akhir-akhir ini kalian terlihat sering bersama. Selain itu, Yoon Gi juga menganggapmu telah mengkhianatinya dengan merebut Ji Hyeon darinya,” jelas Tae Hyung.

 

                “Merebut?” tanya Seok Jin. (http://jh-nimm.blogspot.com)

 

                “Yoon Gi sudah lama menyukai Ji Hyeon, bahkan sebelum kau datang ke sekolah ini,” jawab Tae Hyung.

 

                “Geuraettguna[18]…

 

                “Jangan khawatir. Kemarahan Yoon Gi terhadapmu tidak akan berlangsung lama. Dia memang seperti itu. Dia hanya membutuhkan waktu,”

 

                “Aku harus menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Yoon Gi,”

 

                “Tidak perlu, nanti Yoon Gi juga akan mengerti dengan sendirinya,”

 

                “Tapi…”

 

                “Jikapun kau jelaskan, itu hanya akan membuat Yoon Gi semakin marah padamu,”

 

                Seok Jin tampak bingung dengan bagaimana ia harus menyikapi Yoon Gi. Di satu sisi, ia memang tidak mungkin menjelaskan semua tentang Ji Hyeon pada Yoon Gi. Tetapi di sisi lain, ia juga tidak ingin hubungannya dengan Yoon Gi merenggang seperti ini.

 

                “Tapi apa benar kau dan Ji Hyeon tidak berkencan?” tanya Tae Hyung.

 

                “Ani…” jawab Seok Jin.

 

                “Mengaku saja, seluruh sekolah sudah mengetahui kedekatan kalian,” desak Tae Hyung.

 

                “Sudah kukatakan aku dan Ji Hyeon tidak berkencan,” jawab Seok Jin.

 

                “Tapi kalian terlihat saling menyukai,” goda Tae Hyung.

 

                “Lalu bagaimana denganmu dan Min Hye?” tanya Seok Jin.

 

                “Oh, keuge…” giliran Tae Hyung yang merasa terdesak dengan pertanyaan Seok Jin yang tepat sasaran itu.

 

                “Kau membuatnya menunggu terlalu lama,” ucap Seok Jin.

 

                “Apa maksudmu?” tanya Tae Hyung.

 

                “Kapan kau akan menyatakan perasaanmu pada Min Hye? Apa kau tidak bosan menggantung hubungan kalian seperti ini? Apa kau juga tidak kasihan dengan Min Hye yang menunggumu menyatakan perasaan?” tanya Seok Jin.

 

                “YA[19] KIM SEOK JIN…”

****

 

 

                Sebuah malam yang dingin dan sepi. Namun tidak di tempat Ji Hyeon bekerja. Justru terasa panas dan menegangkan ketika Ji Hyeon harus memberikan banyak alasan mengapa adiknya datang ke sana, yaitu Ji Min.

 

                “Ji Min-a, ku mohon pulanglah. Tempat ini tidak baik bagimu,” bujuk Ji Hyeon.

 

                “Aku hanya akan pulang denganmu,” jawab Ji Min.

 

                “Ji Min-a…”

 

                “Nuna[20],  tempat ini juga tidak baik bagimu. Jadi, aku hanya akan pulang jika kau juga pulang denganku,” ucap Ji Min.

 

                “Ji Min-a, aku berjanji akan pulang setelah urusanku selesai di sini,” jawab Ji Hyeon.

 

                “Nuna…

 

                “Aku sudah mengajukan surat pengunduran diri,” ucap Ji Hyeon.

 

                Belum sempat Ji Min berhasil membawa Ji Hyeon keluar dari klub malam tersebut, beberapa pria yang merupakan petugas di klub malam tersebut menarik Ji Min dengan kasar.

 

                “Lepaskan!” ucap Ji Min.

 

                Karena melihat Ji Min diperlakukan dengan kasar, akhirnya Ji Hyeon pun mengikuti Ji Min yang di usir dengan paksa itu. (http://jh-nimm.blogspot.com)

 

                “Ji Min-a…”

 

                “Lee Ji Hyeon, aku peringatkan padamu untuk jangan membawa anak kecil ini masuk!” ucap salah seorang penjaga dengan pakaian hitam itu.

 

                “Aku tidak akan membawanya kemari dan aku juga sudah mengajukan surat pengunduran diri,” jawab Ji Hyeon.

 

                “Mengundurkan diri?” cibir salah satu petugas dengan kemeja putih.

 

                “Aku sudah mengajukannya kemarin, tapi kenapa kalian mempersulitnya?” tanya Ji Hyeon.

 

                “Kau pikir, kau bisa dengan mudah keluar dari sini,” jawab petugas berpakaian hitam itu.

 

                “Tidak semudah yang kau bayangkan. Kau harus berurusan dengan kami,” timpal salah satu petugas dengan kemeja biru tua.

 

                “Tapi aku tidak ada masalah dan urusan apapun dengan kalian!” jawab Ji Hyeon.

 

                “Kau harus menerima akibatnya,” ucap petugas dengan pakaian hitam itu seraya menarik Ji Hyeon dengan kasar.

 

                “Lepaskan Ji Hyeon Nuna!” bentak Ji Min seraya membantu Ji Hyeon untuk melepaskan diri.

 

                “Jangan ikut campur!” ucap petugas dengan kemeja biru tua itu seraya memukul Ji Min.

 

                “Ji Min-a…” teriak Ji Hyeon seraya berusaha melepaskan diri untuk menolong Ji Min.

 

                Ji Min pun memberikan perlawanan karena tidak terima dirinya di pukul dan Ji Hyeon yang diperlakukan dengan kasar. Namun sialnya, beberapa petugas lain juga turut turun tangan untuk membantu memukuli Ji Min.

 

                “Lepaskan mereka!”

 

                Terdengar sebuah suara yang sejenak membuat para petugas klub malam itu menghentikan pukulannya terhadap Ji Min.

 

                “Seok Jin Seonbae…” ucap Ji Min lemah.

 

                Seok Jin pun membantu Ji Min untuk melawan para petugas klub malam itu. Namun sayangnya, mereka kalah jumlah dan ukuran badan.

 

                “Seok Jin-a… Ji Min-a…” teriak Ji Hyeon yang saat itu di pegangi oleh petugas berpakaian hitam.

 

                “Anak kecil seperti kalian seharusnya tidur dan diam di rumah!” bentak petugas dengan kemeja biru tua itu seraya melayangkan pukulannya ke wajah Seok Jin.

 

                Pertarungan masih terus berlanjut. Karena meskipun kondisi mereka terus melemah, Ji Min dan Seok Jin masih berusaha memberikan perlawanan demi menyelamatkan Ji Hyeon.

 

                “OH! Kim Seok Jin… Park Ji Min…” teriak Yoon Gi yang memang saat itu sedang lewat di sekitaran klub malam tersebut.

 

                “Kita harus menolong mereka,” ucap Tae Hyung.

 

                Tae Hyung dan Yoon Gi pun membantu Seok Jin dan Ji Min untuk memberikan perlawanan. Meskipun memang jumlah yang masih kalah banyak, tetapi keempat pemuda tersebut tidak dapat menyerah begitu saja.

 

                “Kau, ikut aku,” ucap petugas berpakaian hitam itu seraya menarik Ji Hyeon dengan kasar.

 

                “SHIRHEO[21]!” teriak Ji Hyeon seraya terus berontak.

 

                Mendengar teriakan Ji Hyeon, Seok Jin pun mengalihkan serangannya pada pria dengan pakaian hitam itu. Sialnya, petugas lainnya justru menarik Seok Jin dan memukulinya. (http://jh-nimm.blogspot.com)

 

                “KIM SEOK JIN!!!” teriak Ji Hyeon ketika melihat Seok Jin tersungkur.

 

                Seok Jin kembali bangkit dan terus memberikan perlawanan. Begitu juga dengan Ji Min, Tae Hyung dan Yoon Gi. Meskipun seluruh tubuh mereka kesakitan dan lemas, mereka masih sanggup bertahan.

 

                BANG!!!

 

                Terdengar suara tembakan yang dilayangkan ke udara. Pertarungan pun terhenti ketika yang melakukan tembakan ke udara tersebut adalah polisi dan klub malam tersebut sudah di kepung.

 

                “Jeong Ho Seok…” ucap petugas dengan pakaian hitam itu saat melihat Ho Seok ada diantara polisi-polisi itu.

 

                “Brengsek!” sahut petugas dengan kemeja biru tua.

 

                Polisi-polisi itu pun menangkap para petugas klub malam tersebut. Sedangkan beberapa polisi masuk untuk melakukan penggeledahan.

 

                “Gwaenchanhayo[22]?” tanya Ji Hyeon seraya menghampiri Seok Jin, Ji Min, Yoon Gi dan Tae Hyung yang terduduk di tanah itu.

 

                “Jika ini untuk menolongmu, maka tidak apa-apa,” jawab Yoon Gi.

 

                “Yoon Gi-ya…”

 

                “Bagaimana denganmu? Apa mereka menyakitimu?” tanya Seok Jin.

 

                “Ani…” jawab Ji Hyeon.

 

                “Syukurlah…” ucap Ji Min dan Tae Hyung.

 

                “Nona Lee Ji Hyeon dan Jeong Ho Seok, kalian harus ikut kami ke kantor polisi. Karena kami membutuhkan kesaksian kalian mengenai tempat ini,” ucap salah seorang polisi.

 

                “Bagaimana dengan mereka?” tanya Ho Seok.

 

                “Petugas kami akan mengantarkan mereka ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan,” jawab sang polisi.

****

 

 

                “IGE MWOYA[23]?!” bentak salah seorang gadis saat beberapa polisi menangkapnya.

 

                “Nona Shin Hye Bin, Anda di tangkap atas tindakan percobaan penganiyaan,” jawab salah satu polisi.

 

                “SHIRHEO!!!” teriak Hye Bin.

 

               Benar, Shin Hye Bin adalah salah satu yang menjadikan Ji Hyeon kesulitan untuk keluar dari klub malam tersebut. Bahkan keributan yang terjadi ketika Ji Min datang menjemput Ji Hyeon juga dikarenakan oleh Hye Bin yang telah membayar para petugas itu untuk melukai Ji Hyeon bagaimana caranya.

 

                “Jika kalian salah menangkap orang, maka orang tuaku akan mengajukan gugatan atas tindakan kalian,” ancam Hye Bin.

 

                “Mana mungkin polisi-polisi ini salah, aku melihat dan mendengar sendiri bahwa kau yang membayar orang-orang di klub malam itu untuk melukai Ji Hyeon,” jawab Jeong Ho Seok yng saat itu kembali datang ke kantor polisi sebagai saksi.

 

                “Beraninya kau!” bentak Hye Bin.

 

                “Nona Shin Hye Bin, ini kantor polisi,” ucap salah seorang polisi.

 

                Hye Bin, meskipun masih di bawah umur, namun petugas berwajib akan tetap memprosesnya sebagai mana layaknya. Karena selain kesalahan karena mencoba melakukan penganiyaan dengan membayar orang, Hye Bin juga terkait dengan kasus yang melibatkan klub malam itu. Orang yang Hye Bin bayar untuk melukai Ji Hyeon adalah petugas klub malam yang juga merupakan sindikat penyelundup narkoba. Kemudian, klub malam yang menjadi tempat Ji Hyeon dan Ho Seok pernah bekerja itu juga terkait dengan kasus lain dimana mereka tidak pernah membayar pajak. (http://jh-nimm.blogspot.com)

****

 

 

                Ini sudah memasuki hari ketiga, namun Seok Jin, Ji Min, Tae Hyung dan Yoon Gi masih berada di rumah sakit. Mereka masih belum diperbolehkan untuk pulang karena kondisi mereka yang memang masih belum sepenuhnya pulih. Meskipun memang rumah sakit harus menerima resiko dengan sebuah ruangan rawat inap yang sangat berisik karena keempat pemuda itu di tempatkan di ruangan yang sama. Tampak Ji Hyeon dan Min Hye datang ke rumah sakit untuk menjenguk mereka.

 

                “Bagaimana keadaan kalian?” tanya Ji Hyeon.

 

                “Seperti yang kau lihat,” jawab Ji Min.

 

                “Seonbae, apa lukamu parah?” tanya Min Hye seraya menghampiri Tae Hyung.

 

                “Oh, hanya luka kecil,” jawab Tae Hyung.

 

                “YA! Park Min Hye, kenapa kau tidak menanyakan keadaanku?” protes Ji Min ketika saudari kembarnya itu justru menanyakan kabar Tae Hyung lebih dulu.

 

                “Kau terlihat baik-baik saja,” jawab Min Hye.

 

                “YA!” bentak Ji Min.

 

                “Jangan berisik, ini rumah sakit,” ucap Yoon Gi.

 

                “Bagaimana keadaanmu?” tanya Ji Hyeon seraya duduk di kursi yang terletak di samping tempat tidur Seok Jin.

 

                “Sangat baik, karena kau datang,” jawab Seok Jin.

 

                “Hmm hmm…” Ji Min sengaja berdehem untuk menggoda Seok Jin dan Ji Hyeon.

 

                “Jangan ganggu mereka,” ucap Yoon Gi.

 

                “Yoon Gi-ya…”

 

                Yoon Gi menatap Seok Jin dan menganggukkan kepalanya sebagai pertanda bahwa ia sudah menerima apapun yang terjadi antara dirinya dan Ji Hyeon.

 

                “Min Hye-ya, sebenarnya ada yang ingin ku katakan padamu,” ucap Tae Hyung.

 

                “Mworago?” tanya Min Hye.

 

                “Sebenarnya… aku… “ Tae Hyung tampak malu untuk mengungkapkannya pada Min Hye.

 

                “Tae Hyung sudah sejak lama menyukaimu,” ucap Seok Jin.

 

                “Kim Seok Jin…”

 

                “Kau terlalu lama untuk bicara,” cibir Seok Jin.

 

                “Jeongmalyo?” tanya Min Hye.

 

                “Eung… geurae…” jawab Tae Hyung.

 

                “Min Hye juga sudah lama menyukaimu,” ucap Ji Min.

 

                Seisi ruangan bernomor 148 itupun penuh dengan tawa karena puas menggoda Min Hye dan Tae Hyung. Begitu juga dengan Ji Hyeon, kali ini ia dapat tertawa ketika melihat perilaku teman-temannya itu. Seok Jin tampak tersenyum ketika ia berhasil melihat Ji Hyeon tertawa. Ia pun meraih tangan Ji Hyeon dan menggenggamnya. Ketika Seok Jin menggenggam tangannya, Ji Hyeon pun mengalihkan pandangannya pada Seok Jin.

 

                “Joha[24]…” ucap Seok Jin.

 

                “Mwoya[25]?” tanya Ji Hyeon.

 

                “Ketika kau tertawa seperti ini, kau tampak semakin cantik,” jawab Seok Jin.

 

                Meskipun memang sudah mencoba untuk merelakan apapun yang terjadi antara Seok Jin dan Ji Hyeon, namun sebenarnya jauh dalam benak Yoon Gi, masih terasa sesak ketika ia melihat kebersamaan Seok Jin dan Ji Hyeon yang tepat berada di hadapannya itu. (http://jh-nimm.blogspot.com)

****

 

 

                “Aish, kau masih salah mengerjakannya,” ucap Ji Hyeon ketika memeriksa soal latihan yang dikerjakan oleh Seok Jin.

 

                “Kim Seok Jin, kenapa kau begitu bodoh?” tanya Yoon Gi.

 

                “YA!” bentak Seok Jin.

 

                “Yoon Gi-ya, cara pengerjaanmu juga masih salah,” ucap Ji Hyeon.

 

                “Lalu milikku?” tanya Tae Hyung.

 

                “Masih sedikit lagi ada yang perlu diperbaiki,” jawab Ji Hyeon.

 

                Ji Hyeon pun membantu Seok Jin, Yoon Gi dan Tae Hyung untuk belajar. Selain karena hubungan pertemanan mereka yang semakin dekat, juga karena ujian yang sudah semakin dekat. Sehingga mengharuskan bagi Seok Jin, Yoon Gi dan Tae Hyung untuk belajar lebih keras demi mendapatkan peringkat yang lebih baik.

 

                “Boleh kami bergabung?” tanya sebuah suara yang sukses membuat Ji Hyeon menghentikan penjelasannya.

 

                “Jeon Jung Kook…”

 

                “Tentu saja…” jawab Ji Hyeon.

 

                Jeon Jung Kook, ternyata kau begitu keras kepala, batin Nam Joon yang memang masih merasa kesulitan untuk merestui sahabatnya itu menyukai Ji Hyeon.

 

                “Kim Nam Joon, kali ini kau juga harus perhatikan penjelasannya dengan baik,” ucap Jung Kook.

 

                Jung Kook pun membantu Ji Hyeon memberikan penjelasan mengenai mata pelajaran matematika yang memang di rasa sulit bagi Seok Jin, Yoon Gi, Tae Hyung dan Nam Joon itu.

 

 

THE END…

 

I’m so sorry for any mistakes and typos.

Just don’t forget to leave your appreciation.

Thank you so much… :*

 

 

~~ JH Nimm

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet