Change Me (2/2)

Change Me

== PROLOG ==

Ku percayakan pada takir bahwa kau hadir untuk mengubah hidupku

Namun segala rintangan yang harus kutemui, mengapa begitu memberatkan hatiku?

Bahkan terkadang aku ingin mempertanyakan alasan takdir mempertemukanmu denganku

Walau sebenarnya memang kusadari bahwa karena kau aku telah berubah

(July 22. 2014)

 

 

 

~~ Previous scene ~~

 

“Kenapa kau hanya diam?”

 

                “Apa diam ini artinya kau akan meninggalkan Ji Hyeon?”

 

                “Woo Hyun Hyung[1]!” Sung Jong merasa kesal dengan Woo Hyun yang terus mencoba untuk menyudutkan Sung Yeol, namun Sung Yeol mencoba meredam kekesalan adiknya itu.

                                       

                “Aku tidak menyangka. Hanya karena kau menemukan bahwa Ji Hyeon telah memiliki seorang puteri, lalu kau bersikap seperti ini. Sungguh ini bukan seperti seorang pria. Jika kau meninggalkan Ji Hyeon hanya karena hal ini, maka di mataku kau hanyalah seorang pecundang,” ucap Woo Hyun. (http://jh-nimm.blogspot.com)

 

                “Apa benar kau adalah sahabatku?” tanya Sung Yeol.

 

                “Nam Woo Hyun!”

 

“Jawab saja apa yang kutanyakan dan jangan mengalihkan pembicaraan. Aku ingin mendengar jawabanmu sebagai seorang pria,” ucap Woo Hyun.

 

                Sung Yeol menatap Woo Hyun tajam. Jika saja ia tidak ingat akan persahabatan mereka selama ini, mungkin ia tidak akan mau mencoba untuk mengerti mengapa Woo Hyun bersikap seperti ini.

 

                “Lee Sung Yeol!”

 

                “Aku…”

 

 

 

== CHAPTER 2 ==

 

                “Aku tidak akan pernah meninggalkan Ji Hyeon apapun yang terjadi dan bagaimanapun keadaannya,” jawab Sung Yeol.

 

                Woo Hyun cukup tercengang dengan jawaban yang Sung Yeol berikan. Namun memang jauh dari lubuk hatinya yang paling dalam, meskipun ia merasa telah dikhianati oleh Sung Yeol, ia juga merasa puas dengan jawaban yang Sung Yeol berikan. Sebuah jawaban yang memang Woo Hyun inginkan dari seorang Sung Yeol sebagai seorang pria.

 

                “Dan aku juga akan menjadi Ayah untuk Jin Hye,” lanjut Sung Yeol.

 

                “Kau benar adalah sahabatku,” ucap Woo Hyun.

 

                Woo Hyun pun memeluk Sung Yeol.

 

                “Mianhae[2],” ucap Woo Hyun.

 

                “Untuk apa?” tanya Sung Yeol.

 

                “Tidak seharusnya aku bersikap seperti tadi terhadapmu,” jawab Woo Hyun.

 

                “Itu bukan masalah bagiku. Justru dengan sikapmu seperti tadilah yang membuktikan bahwa kau memang benar-benar sahabatku,” ucap Sung Yeol.

 

                Sung Jong turut senang dengan kembali membaiknya hubungan Woo Hyun dan Sung Yeol yan sempat memanas meskipun hanya sejenak itu.

 

                “Woo Hyun Hyung, mianhae,” ucap Sung Jong.

 

                “Gwaenchanha[3],” jawab Woo Hyun. “Aku mengerti kekesalanmu terhadapku, karena memang jika aku berada di posisimu pun aku akan melakukan hal yang sama untuk membela kakakku,”

 

                “Sekarang yang ku perlukan adalah mendengarkan penjelasan yang sebenarnya dari Ji Hyeon,” ucap Sung Yeol.

 

                “Penjelasan tentang Jin Hye?” tanya Woo Hyun.

 

                “Iya, aku perlu untuk mendengarkan pengakuannya mengenai Jin Hye. Karena akan sangat baik jika tidak ada sedikit pun hal yang dirahasiakan diantara kami,” jawab Sung Yeol.

 

                “Kau sudah berpikir sejauh itu?” tanya Woo Hyun.

 

                “Aku sudah memilihnya,” jawab Sung Yeol.

 

                “Kau benar-benar mencintainya?” tanya Woo Hyun.

 

                “Sangat mencintainya,” jawab Sung Yeol.

 

                “Sesingkat ini?” tanya Woo Hyun.

 

                “Ketika hatiku sudah memilih Ji Hyeon, maka aku tidak memandang waktu berapa singkat ataupun berapa lama aku mengenalnya,” jawab Sung Yeol. (http://jh-nimm.blogspot.com)

****

 

 

                Sebuah pagi yang cukup cerah datang mengunjungi sebuah kota bernama Seoul itu. Belum juga matahari sanggup menghangatkan seluruh kota, Sung Yeol justru sudah bersiap untuk mendatangi sebuah rumah. Beruntung ini adalah hari minggu, jadi Sung Yeol bisa berangkat lebih awal untuk menemui Ji Hyeon.

 

                “Hyung, kau akan berangkat ke rumah Ji Hyeon?” tanya Sung Jong.

 

                “Eung,” jawab Sung Yeol yang tengah merapikan pakaiannya itu.

 

                “Sepagi ini?” tanya Sung Jong.

 

                “Lebih cepat mendengar jawaban Ji Hyeon, maka akan lebih baik,” jawab Sung Yeol.

 

                Setelah selesai merapikan dirinya dan pakaiannya, Sung Yeol pun menyambar jaketnya dan kunci mobil yang tergeletak di meja.

 

                “Jamkkanman[4], Hyung!” teriak Sung Jong.

 

                “Wae[5]?” tanya Sung Yeol.

 

                “Aku ikut,” jawab Sung Jong.

 

                “Untuk apa?” tanya Sung Yeol.

 

                “Aku takut kau seperti kemarin. Kehilangan fokus dan hampir saja membahayakan dirimu sendiri,” jawab Sung Jong yang selalu mengkhawatirkan kakaknya itu.

 

                “Geurae[6], kaja[7]…” ucap Sung Yeol.

 

                Sung Yeol dan Sung Jong pun menuju ke mobil berwarna hitam yang terparkir di halaman rumah mereka itu dan segera meluncur menuju tempat yang mereka tuju. Sung Yeol mengendarai mobilnya dengen kecepatan yang cukup tinggi dengan tujuan agar lebih cepat sampai di rumah Ji Hyeon.

 

                “Hyung, pelan-pelan,” protes Sung Jong.

 

                “Kau takut?” tanya Sung Yeol. “Tenang saja, aku tidak sedang mabuk dan bahkan dalam kondisi terbaik,”

 

                Tak memerlukan waktu lama bagi Sung Yeol untuk sampai ke rumah Ji Hyeon. Selain karena ia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi juga karena jalanan yang bebas dari kemacetan karena hari yang masih pagi.

 

                “Hyung, aku menunggu di mobil saja,” ucap Sung Jong.

 

                “Baiklah,” jawab Sung Yeol.

 

                Sung Yeol pun turun dari mobil. Ia membuka pagar rumah Ji Hyeon dan berjalan menelusuri halaman rumah Ji Hyeon. Sesampainya di depan pintu rumah Ji Hyeon, ia pun mencoba menetralkan seluruh pikirannya sebelum bertemu dengan Ji Hyeon. Ia juga mempersiapkan dirinya untuk menerima segala penjelasan yang akan Ji Hyeon berikan. Setelah dirinya benar-benar siap, Sung Yeol pun menekan bel rumah Ji Hyeon.

 

                CKLERRK!

 

                Terdengar suara pintu terbuka dan sosok Ji Hyeon yang tampak rapi dengan kemeja putih dengan lengan tiga perempat  dan rok pendek selutut berwarna lavender itu membukakan pintu.

 

                “Sung yeol-sshi?”

 

                “Joheun achim[8],” sapa Sung Yeol.

 

                “Masuklah,” ajak Ji Hyeon.

 

                Sung Yeol pun masuk ke rumah Ji Hyeon dan menuju ke ruang tamu.

 

                “Kau tampak rapi, apa kau akan pergi ke suatu tempat?” tanya Sung Yeol seraya memperhatikan Ji Hyeon.

 

                “Ah, aku hanya akan keluar dengan Jin Hye,” jawab Ji Hyeon. (http://jh-nimm.blogspot.com)

 

                “Ah, apa kedatanganku mengganggu kalian?” tanya Sung Yeol.

 

                “Gwaenchanha, lagi pula Jin Hye juga baru saja bangun tidur,” jawab Ji Hyeon. “Sung yeol-sshi, tidak  biasanya kau datang sepagi ini, wae?

 

                Sung Yeol menatap Ji Hyeon. Sejenak keraguan sempat menyapa batinnya, namun ia berusaha untuk menepis semua keraguan itu.

 

                “Sebenarnya ada yang ingin kutanyakan padamu,” jawab Sung Yeol.

 

                “Mworago[9]?” tanya Ji Hyeon.

 

                “Ini tentang Jin Hye,” jawab Sung Yeol.

 

               Ji Hyeon terkejut karena secara tiba-tiba Sung Yeol ingin mempertanyakan tentang puteri semata wayangnya itu.

 

                “Mwoya[10]?” tanya Ji Hyeon.

 

                Sung Yeol kembali menatap Ji Hyeon.

 

                “Maaf jika harus ku tanyakan tentang hal ini, tapi apa benar Jin Hye adalah puterimu?” tanya Sung Yeol.

 

                DEG!

 

                Seolah jantungnya berhenti berdetak untuk sejenak. Pertanyaan yang Sung Yeol ajukan cukup membuat Ji Hyeon terkejut dan tak pernah menduga bahwa Sung Yeol akan mempertanyakannya.

 

                “Maafkan aku, tapi aku merasa di usiamu yang semuda ini tidak mungkin kau memiliki seorang puteri sebesar Jin Hye,” ucap Sung Yeol.

 

                Ji Hyeon menatap Sung Yeol. Ia mencoba mempersiapkan dirinya untuk menjelaskan sebuah hal yang memang selama ini ia coba sembunyikan dari siapapun itu.

 

                “Jin Hye bukan anakku,” jawab Ji Hyeon.

 

                Sung Yeol terkejut dengan jawaban Ji Hyeon. Ia sedikit merasa lega dengan jawaban Ji Hyeon, namun ia tidak mau terlalu bahagia sebelum mendengar penjelasan Ji Hyeon lebih lanjut.

 

                “Mungkin sekitar 5 tahun yang lalu. Pagi sekali aku mendengar suara tangisan bayi yang sangat kencang. Awalnya ku pikir bahwa itu adalah bayi tetanggaku. Tetapi setelah ku ingat bahwa di sekitar sini tidak ada ibu hamil. Aku pun memutuskan untuk mencari sumber tangisan itu. Setelah ku cari di seluruh halaman, akhirnya aku menemukan seorang bayi kecil yang tengah menangis di jalanan di depan rumahku. Ia menangis dengan sangat kencang dan sendirian tanpa ada yang mempedulikan. Karena aku adalah seorang wanita, maka akupun membawa bayi malang itu ke dalam rumah. Selama beberapa hari aku mulai merawatnya dan terpikirkan untuk membawanya ke panti asuhan. Namun ketika ku lihat bayi itu menyukaiku dan aku juga menyukainya, maka ku pikir tak ada salahnya untuk mengangkatnya sebagai anakku dan ku beri nama Jin Hye, Lee Jin Hye,” jelas Ji Hyeon.

 

                Sung Yeol semakin terkejut dengan setiap penjelasan yang Ji Hyeon berikan. Seketika ia merasakan sakit dalam benaknya begitu mendengar cerita Ji Hyeon tentang Jin Hye.

 

                “Bagaimana dengan orang tuamu? Apa mereka tahu kau mengangkat Jin Hye sebagai anakmu?” tanya Sung Yeol.

 

                “Mereka tahu dan mereka mendukungku untuk merawat Jin Hye,” jawab Ji Hyeon.

 

                “Tetapi orang lain akan berpikiran bahwa kau memiliki anak tanpa menikah,” ucap Sung Yeol.

 

                “Aku tidak mempedulikan hal itu. Karena semenjak aku menemukan Jin Hye, aku merasakan kedamaian yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Kehadiran Jin Hye seperti memberikan semangat baru dan membuatku seperti terlahir kembali,” jelas Ji Hyeon.

 

                “Lalu pria yang ku lihat saat itu, siapa dia?” tanya Sung Yeol.

 

                “Dia adalah Myung Soo, sahabatku sejak kecil,” jawab Ji Hyeon.

 

                “Ah, geuraettguna[11]…

 

                “Apa kau cemburu?” tanya Ji Hyeon. (http://jh-nimm.blogspot.com)

 

                “Aku tidak perlu menjawabnya,” jawab Sung Yeol.

 

                Ji Hyeon tersenyum melihat reaksi Sung Yeol.

 

                “Ji Hyeon-a…”

 

                “Eung?

 

                “Aku ingin menjadi Ayah untuk Jin Hye dan membesarkannya bersama denganmu,” ucap Sung Yeol.

 

                Ji Hyeon terkejut dengan apa yang baru saja Sung Yeol ucapkan.

 

                “Aku…”

 

                BRUKKK!!

 

                Belum sempat Ji Hyeon memberikan jawaban, terdengar suara pintu yang dibantingkan. Ji Hyeon dan Sung Yeol pun segera memeriksa seluruh rumah, khawatir jika ada orang jahat yang masuk. Terlebih ketika Ji Hyeon dan Sung Yeol menemukan pintu rumah yang sedikit terbuka.

 

                “Kenapa pintunya terbuka?” tanya Sung Yeol.

 

                “Jin Hye-ya…”

 

                Ji Hyeon pun segera berlari menuju kamar Jin Hye. Sayangnya, Ji Hyeon menemukan tak ada siapapun dalam kamar Jin Hye, termasuk Jin Hye. Seketika tubuh Ji Hyeon melemas. Ia khawatir bahwa Jin Hye melarikan diri dari rumah.

 

                “Waeyo[5]?” tanya Sung Yeol.

 

                “Jin Hye tidak ada di kamarnya,” jawab Ji Hyeon.

 

                “MWO[10]?!

 

                Sung Yeol pun kembali memeriksa seluruh rumah untuk mencari Jin Hye, namun sayangnya Jin Hye tetap tak di temukan.

 

                “Ji Hyeon-a…”

 

                “Apa jangan-jangan Jin Hye mendengar pembicaraan kita?” tanya Ji Hyeon.

 

                “Maldo andwae[12]…” jawab Sung Yeol.

 

                Ji Hyeon pun segera menghubungi orang-orang yang bisa ia jangkau, begitu juga dengan Sung Yeol. Mereka berdua pun mulai keluar dari rumah untuk mencari Jin Hye di tempat-tempat yang mungkin Jin Hye datangi.

 

                “Myung Soo-ya, Jin Hye hilang,” ucap Ji Hyeon.

 

                “MWO?!” teriak Myung Soo dari seberang. “Aku akan segera mencarinya,”

 

                “Sung Jong-a, apa kau melihat Jin Hye di sekitar sini?” tanya Sung Yeol.

 

                “Aku tidak melihat siapapun,” jawab Sung Jong.

 

                Sung Jong memang menunggu di dalam mobil. Tetapi saat Jin Hye keluar dari rumah, saat itu kebetulan Sung Jong sedang pergi ke minimarket terdekat.

 

                “Woo Hyun-sshi, apa Jin Hye ke tempatmu?” tanya Ji Hyeon.

 

                “Aniyo[13], wae?” tanya Woo Hyun dari seberang.

 

                “Jin Hye hilang,” jawab Ji Hyeon.

 

                “MWO?!” Woo Hyun jelas terkejut ketika mendengar jawaban yang Ji Hyeon berikan. “Aku akan membantumu mencarinya,”

 

                “Bagaimana?” tanya Sung Yeol. (http://jh-nimm.blogspot.com)

 

                Ji Hyeon hanya menjawab pertanyaan Sung Yeol dengan menggelengkan kepalanya.

 

                “Aku akan menghubungi Sung Kyu Hyung,” ucap Sung Jong.

 

                “Sebaiknya kita cari Jin Hye di seluruh kota,” ajak Sung Yeol.

 

                “Geurae,” jawab Ji Hyeon.

 

                Sung Yeol, Sung Jong dan Ji Hyeon pun mencari ke seluruh penjuru kota. Namun sayangnya mereka masih tak menemukan jejak dimana Jin Hye berada. Bahkan secara tak sengaja mereka bertiga bertemu dengan Woo Hyun dan Myung Soo di taman.

 

                “Ji Hyeon-a…” teriak Myung Soo.

 

                “Bagaimana? Apa ada tanda-tanda tentang Jin Hye?” tanya Woo Hyun.

 

                “Eobseo[14],” jawab Sung Yeol.

 

                “Apa ada tempat lain yang sekiranya akan di datangi oleh Jin Hye?” tanya Sung Jong.

 

                “Aku sudah mencari ke semua tempat yang selalu Jin Hye datangi, tapi tidak ada,” jawab Myung Soo.

 

                Ji Hyeon semakin panik, terlebih ketika tak ada satupun yang berhasil menemukan Jin Hyel. Bahkan tanda-tanda Jin Hye akan ditemukanpun tidak ada.

 

                Can you save me, can you save me…

 

                Ponsel Sung Yeol berdering. Namun Sung Yeol tak segera mengangkatnya dan hanya memandangi layar ponselnya yang menampilkan nama dan nomor sang pemanggil.

 

                “Nugu[15], Hyung? Kenapa kau tak segera mengangkatnya?” tanya Sung Jong.

 

                “Ho Won,” jawab Sung Yeol.

 

                “Angkat saja, mungkin dia tahu dimana Jin Hye berada,” ucap Woo Hyun.

 

                Meskipun ragu karena tidak biasanya Ho Won menghubunginya, Sung Yeol pun mengangkat telepon dari Ho Won itu.

 

                “Yeoboseyo[16]…

 

                “Kenapa lama sekali?”

 

                “Wae? Tidak biasanya kau menghubungiku seperti ini?”

 

                “Kau sedang mencari seorang anak perempuan?”

 

                “Geurae, wae?

 

                “Dia bernama Jin Hye?”

 

                “Geurae, katakan dimana Jin Hye sekarang?”

 

                “Oh, baguslah kau menanyakannya. Karena aku baru saja akan memberitahumu,”

 

                “Cepat katakan dimana Jin Hye berada!”

 

                “Jangan membentakku seperti itu, sebaiknya kau segera datang kemari sebelum anak bernama Jin Hye ini mati,”

 

                “MWO?! Katakan dimana Jin Hye saat ini?”

 

                “Santai, aku akan mengirimkan alamatnya padamu,”

 

                Tanpa menunggu jawaban Sung Yeol, Ho Won pun menutup teleponnya.

 

                “Dimana Jin Hye?” tanya Ji Hyeon. (http://jh-nimm.blogspot.com)

 

                “Apa yang Ho Won Hyung katakan? tanya Sung Jong.

 

                “Ho Won menculik Jin Hye,” jawab Sung Yeol.

 

                Ponsel Sung Yeol kembali bergetar. Sebuah pesan berisi sebuah alamat telah di terima.

 

                “Ini alamat dimana Jin Hye berada,” ucap Sung Yeol.

 

                “Sebaiknya kita segera ke sana,” ajak Myung Soo.

 

                Myung Soo, Ji Hyeon, Sung Yeol, Sung Jong dan Woo Hyun pun segera menuju ke alamat yang diberitahukan oleh Ho Won. Dengan kecepatan tinggi, tak membutuhkan waktu lama untuk sampai di tempat itu. sebuah tempat yang merupakan gedung tua dan sepi bahkan jauh dari keramaian.

 

                “Ho Won sialan!” ucap Sung Yeol.

 

                Mereka pun masuk ke dalam gedung tua itu. Sialnya, di dalam gedung tua itu rupanya bukan hanya ada Jin Hye yang tengah terikat, tetapi ada juga Ho Won, Jang Dong Woo dan anak buah mereka.

 

                “Jang Dong Woo…” ucap Woo Hyun.

 

                “Apa yang kalian inginkan?” tanya Sung Yeol.

 

                “Lee Sung Yeol, bodoh jika kau menanyakan hal itu padaku. Jelas aku menginginkan kau menandatangi surat kuasa bahwa kau memberikan seluruh tanggungjawab perusahaan keluarga padaku,” jawab Ho Won.

 

                “Ho Won Hyung, semua itu harus atas persetujuan keluarga besar kita,” ucap Sung Jong.

 

                “Persetan dengan persetujuan keluarga. Mereka tak pernah menganggap keberadaanku juga keluargaku!” teriak Ho Won.

 

                “Hanya itu yang kau inginkan?” tanya Sung Yeol.

 

                “Jelas,” jawab Ho Won. “Jika kau menginginkan anak ini untuk bebas, maka kau harus menerima tawaranku,”

 

                Brengsek, batin Sung Yeol.

 

                “Jika kau menolak, yang akan mati bukan hanya anak ini, tapi juga kalian semua,” ancam Ho Won.

 

                “Lepaskan Jin Hye sekarang juga!” bentak Sung Yeol.

 

                Mendengar Sung Yeol membentaknya, Ho Won pun memerintahkan anak buahnya untuk menyerang Sung Yeol, Woo Hyun, Myung Soo dan Sung Jong. Sedangkan beberapa anak buahnya menawan Ji Hyeon.

 

                “JIN HYE-YA!!!” teriak Ji Hyeon ketika salah satu anak buah Ho Won memainkan pisau di pipi Jin Hye.

 

                Pertarungan tak bisa di hindarkan. Namun sayangnya Sung Yeol, Sung Jong, Myung Soo dan Woo Hyun kalah jumlah dibandingkan dengan anak buah Ho Won dan Dong Woo. Akibatnya pertahanan Sung Yeol, Sung Jong, Myung Soo dan Woo Hyun pun semakin melemah.

 

                “YA[17]! Lee Sung Yeol, inikah gadis yang begitu kau cintai itu?” tanya Ho Won seraya merobek kemeja yang Ji Hyeon kenakan.

 

                “ANDWAEEEE[18]!!!” teriak Sung Yeol ketika melihat Ho Won mencium Ji Hyeon di depan matanya.

 

                Sung Yeol pun kembali bangkit untuk menolong Ji Hyeon, namun beberapa anak buah Ho Won kembali memukuli Sung Yeol. Sedangkan Ji Hyeon juga mencoba melakukan perlawanan terhadap Ho Won meskipun saat itu kedua tangannya di pegangi oleh Jang Dong Woo.

 

                “YA! Jang Dong Woo, lepaskan Ji Hyeon!” teriak Woo Hyun.

 

                “Melepaskan gadis manis ini?” tanya Dong Woo seraya menjangkau leher Ji Hyeon yang saat itu terbuka karena kemejanya yang di robek oleh Ho Won.

 

                “ANDWAEE!!” teriak Myung Soo dan Sung Yeol bersamaan. (http://jh-nimm.blogspot.com)

 

                “Baiklah, aku akan melepaskannya,” ucap Dong Woo seraya mendorong Ji Hyeon hingga terjatuh di tanah.

 

                Ketika Ji Hyeon terjatuh, Ho Won pun segera memegangi kedua tangan Ji Hyeon dan menindih tubuh Ji Hyeon.

 

                “Rasa sakit melihat orang yang kau cintai diperlakukan seperti ini belum seharga dengan rasa sakit yang kurasakan selama ini, Lee Sung Yeol,” ucap Ho Won seraya mencium Ji Hyeon dengan paksa.

 

                “ANDWAEEE!!!” teriak Sung Yeol.

 

                Sung Yeol, Myung Soo, Woo Hyun dan Sung jong kehilangan tenaganya untuk menyelamatkan Ji Hyeon yang saat itu berada dalam genggaman Ho Won. Meskipun memang tenaganya tak akan sebanding dengan tenaga Ho Won, tetapi Ji Hyeon tetap berusaha memberikan perlawanan.

 

                “LEPASKAN!” teriak Ji Hyeon seraya terus mendorong Ho Won yang kembali berusaha untuk menciumnya.

 

                Dengan tenaga yang masih tersisa, Sung Yeol pun berlari untuk menyelamatkan Ji Hyeon. Sung Yeol mendorong tubuh Ho Won dari atas tubuh Ji Hyeon. Jelas Ho Won dan Dong Woo semakin geram. Mereka kembali berusaha untuk memukuli Sung Yeol. Saat sebuah balok kayu hampir mendarat di kepala Sung Yeol…

 

                BANG!

 

                Terdengar suara tembakan. Beruntung, polisi segera datang dan mengendalikan keadaan.

 

                “Sung Yeol-a, Sung Jong-a…” teriak Sung Kyu yang juga datang dengan polisi itu.

 

                Beberapa polisi membantu melepaskan seluruh ikatan pada tubuh mungil Jin Hye. Seketika setelah semua ikatan di tubuhnya terlepas, Jin Hye pun segera berlari dan memeluk Ji Hyeon.

 

                “Eomma[19]…

 

                “Jangan takut, Eomma  ada di sini,” ucap Ji Hyeon seraya membelai rambut Jin Hye.

 

                Meskipun kondisinya lemah dengan beberapa luka di sekujur tubuhnya, namun Sung Yeol melepaskan jaketnya dan memakaikannya pada Ji Hyeon untuk menutupi sebagian tubuh Ji Hyeon yang terbuka karena Ho Won merobek kemejanya.

 

                “Sung Yeol-sshi…”

 

                “Appa[20]…

 

                Untuk pertama kali Jin Hye memanggil Sung Yeol dengan sebutan ‘Appa’ meskipun memang Sung Yeol belum secara resmi menjadi Ayahnya. Ji Hyeon dan Jin Hye pun memeluk Sung Yeol. Sedangkan polisi-polisi itu menangkap Ho Won, Dong Woo juga anak buahnya.

 

                “Apa hak kalian menangkapku?” tanya Ho Won.

 

                “Jika kau terus melakukan perlawanan, maka kau akan dikenakan pasal berlapis atas percobaan pembunuhan, pembunuhan berencana, percobaan pemerkosaan dan penculikan,” jelas Sung Kyu yang memang seorang pengacara itu.

 

                Ho Won terdiam. Ia tak dapat membela dirinya lagi. Polisi pun turut mengamankan Jin Hye, Ji Hyeon, Sung Yeol, Sung Jong, Myung Soo dan Woo Hyun yang saat itu tengah terluka.

 

                “Kau datang tepat waktu, Hyung,” ucap Sung Jong.

 

                “Bagaimana kau bisa menemukan kami?” tanya Sung Yeol.

 

                “Untuk apa aku menjadi pengacara jika aku tak bisa mendeteksi keberadaan kalian?” tanya Sung Kyu balik.

 

                “Gamsahamnida[21],” ucap Woo Hyun dan Myung Soo serempak.

 

                “Sudah menjadi tanggung jawabku untuk menolong kalian semua,” jawab Sung Kyu.

****

 

 

                Keesokan harinya. Lagi-lagi di hari yang masih pagi, Sung Yeol dan Sung Jong datang ke rumah Ji Hyeon. Meskipun luka di tubuh mereka belum sepenuhnya sembuh. (http://jh-nimm.blogspot.com)

 

                “Sung Yeol-sshi, Sung Jong-sshi…”

 

                Ji Hyeon terheran melihat kedua bersaudara itu sudah berada di depan pintu rumahnya lagi. Karena yang ia tahu, seharusnya kedua pria itu tengah beristirahat di rumahnya untuk memulihkan luka yang mereka alami karena kejadian kemarin.

 

                “Masuklah,” ajak Ji Hyeon.

 

                Sung Yeol dan Sung Jong pun masuk ke dalam rumah Ji Hyeon.

 

                “Kenapa sepi sekali?” tanya Sung Yeol.

 

                “Mana Jin Hye? Apa dia masih trauma karena kejadian kemarin?” tanya Sung Jong.

 

                Begitu mendengar suara Sung Yeol, Jin Hye pun keluar dari kamarnya dan menghampiri Sung Yeol.

 

                “Appa…” teriak Jin Hye.

 

                “Appa?” tanya Sung Jong.

 

                Sung Yeol pun menggendong Jin Hye ke dalam pangkuannya.

 

                “Apa puteri Appa yang cantik seperti ibunya ini baik-baik saja?” tanya Sung Yeol.

 

                “Eung, Appa…” jawab Jin Hye.

 

                “Syukurlah, Appa  senang melihatmu baik-baik saja dan tetap bersemangat seperti ini,” ucap Sung Yeol.

 

                Jin Hye pun mencium pipi Sung Yeol. Ji Hyeon dan Sung Jong hanya tertawa melihat tingkah laku Jin Hye.

 

                “Appa, berjanjilah untuk menikah dengan Eomma dan kita hidup bahagia,” pinta Jin Hye.

 

                “Ada satu syarat,” ucap Sung Yeol.

 

                “Syarat?” tanya Jin Hye.

 

                “Jin Hye tidak boleh kabur dari rumah lagi dan Jin Hye harus menjadi anak Appa yang paling pintar,” jawab Sung Yeol.

 

                “Eung, Appa…” jawab Jin Hye.

 

                “Kalau begitu, sekarang Jin Hye mainlah bersama Sung Jong Samcheon[22], ne[23]?” pinta Sung Yeol.

 

                Sung Yeol pun memberikan kode pada Sung Jong untuk mengajak Jin Hye bermain.

 

                “Kaja, Jin Hye-ya…” ajak Sung Jong.

 

                Sung Yeol pun menurunkan Jin Hye dari pangkuannya. Sung Jong pun mengajak Jin Hye keluar untuk bermain dan membeli ice cream. Sedangkan Sung Yeol dan Ji Hyeon hanya saling menatap.

 

                “Sung Yeol-sshi…”

 

                “Jangan memanggilku dengan formal seperti itu…”

 

                “Oppa[24]…

 

                Ji Hyeon pun memeluk Sung Yeol.

 

                “Mianhae…” ucap Ji Hyeon.

 

                “Wae?” tanya Sung Yeol.

 

                “Aku membuatmu terluka seperti ini,” jawab Ji Hyeon.

 

                “Tidak masalah bagiku untuk terluka sebanyak apapun jika itu demi melindungi orang yang ku cintai,” ucap Sung Yeol. (http://jh-nimm.blogspot.com)

 

                Ji Hyeon pun melepaskan pelukannya dari Sung Yeol. Sung Yeol menatap Ji Hyeon.

 

                “Justru aku yang seharusnya meminta maaf,” ucap Sung Yeol.

 

                “Wae?” tanya Ji Hyeon.

 

                “Karena aku membiarkan laki-laki lain menyentuhmu,” jawab Sung Yeol.

 

                “Kemarin keadaan sangat buruk sehingga…”

 

                “Dimana mereka menyentuhmu?” tanya Sung Yeol. “Aku akan menghapusnya,”

 

                Ji Hyeon menatap Sung Yeol dengan heran.

 

                “Apa hanya di sini?” tanya Sung Yeol yang kemudian segera mendaratkan kedua sayap bibirnya pada bibir JI Hyeon.

 

                Sung Yeol melepaskan Ji Hyeon. Lagi, ia menatap gadis yang selalu sanggup merenggut seluruh perhatiannya itu.

 

                “Ji Hyeon-a, mulai saat ini aku berjanji bahwa aku tidak akan pernah membiarkan pria lain untuk menyentuhmu dan aku juga berjanji untuk selalu menjagamu dan Jin Hye,” ucap Sung Yeol.

 

                Ji Hyeon tersenyum dan menganggukkan kepalanya sebagai sebuah jawaban untuk Sung Yeol.

****

 

 

                Sebuah hari yang begitu indah di musim panas yang begitu indah. Matahari bersinar dengan cerah dan awan yang berarakpun tampak begitu ceria membiakan sinar sang matahari untuk jatuh ke bumi. Indahnya sebuah hari di musim panas juga sama indahnya dengan sebuah pemandangan di dalam sebuah gereja yang bernuansa putih. bunga-bunga lily dan mawar putih tampak mendominasi dekorasi gereja yang akan menjadi saksi pernikahan sepasang merpati yang telah dipertemukan karena takdir itu.

 

                Namun rupanya keindahan hari yang cerah ini tak sejalan dengan seorang pria bernama Lee Sung Yeol yang tengah berdiri di depan altar. Ia tampak begitu gugup dan gemetar, terlebih ketika sang mempelai wanita mulai memasuki gereja dan melangkahi karpet merah yang akan menuntun gadis yang akan menjadi calon pendampingnya itu padanya. Kegugupannya semakin bertambah ketika sang mempelai wanita sudah berada di hadapannya.

 

                “Jagalah puteriku dengan baik,” ucap Jung Kwon, Ayah Ji Hyeon seraya menyerahkan tangan puterinya pada Sung Yeol.

 

                “Ye[25], Abeonim[26]…” jawab Sung Yeol seraya menyambut tangan Ji Hyeon.

 

                Sebuah senyuman tersungging di wajah cantik Ji Hyeon ketika Sung Yeol menyambut tangannya. Sebuah senyuman yang sanggup membuat Sung Yeol ingin berteriak untuk menghentikan waktu saat itu juga.

 

                “Semua sudah siap?” tanya seorang pendeta yang akan menjadi ‘hakim’ yang akan mempersatukan kedua merpati itu.

 

                Sung Yeol dan Ji Hyeon hanya menjawab pertanyaan sang pendeta dengan menganggukkan kepala mereka.

 

                “Apakah kau, Lee Sung Yeol, berjanji untuk selalu menghormati, melindungi dan menyayangi Lee Ji Hyeon?”

 

                Sebelum memberikan jawabannya, Sung Yeol melirik Ji Hyeon yang berada di sampingnya itu melalui ekor matanya.

 

                “Ya…” jawab Sung Yeol dengan tegas dan pasti.

 

                “Apakah kau, Lee Ji Hyeon, berjanji untuk selalu menghormati, melindungi dan menyayangi Lee Sung Yeol?”

 

                Jantung Sung Yeol berdetak semakin cepat ketika menunggu jawaban yang akan Ji Hyeon berikan. Seolah jantungnya itu ingin melompat dari tempatnya karena tak sabar menunggu jawaban Ji Hyeon atas sumpahnya.

 

                “Ya…” jawab Ji Hyeon.

 

                Seketika itu tubuh Sung Yeol melemas, seolah semua beban dalam benaknya menghilang ketika mendengar jawaban Ji Hyeon. Jika saja kedua tungkainya tak sanggup menopang beban tubuhnya, mungkin Sung Yeol sudah ambruk saat itu juga. (http://jh-nimm.blogspot.com)

****

 

 

                Setelah menjalani prosesi pernikahan, kali ini giliran Ji Hyeon dan Sung Yeol untuk menerima tamu yang datang. Bahkan selain menerima tamu, Ji Hyeon juga memainkan sebuah lagu dengan biolanya secara khusus yang ia persembahkan untuk Sung Yeol, Jin Hye dan pernikahannya. Sebuah lagu yang sangat indah dan membius para pendengarnya hingga seolah memiliki semangat baru dan merasakan kebahagiaan yang tengah dirasakan oleh kedua mempelai. Namun, lain dengan Woo Hyun dan Myung Soo, mereka hanya sanggup menatap kedua mempelai dengan tatapan yang kosong.

 

                Ketika Ji Hyeon selesai memainkan lagunya, Woo Hyun pun mengajak Sung Yeol untuk bicara, sedangkan Myung Soo mengajak Ji Hyeon. Dari tempat yang terpisah, namun Woo Hyun dan Myung Soo memiliki maksud yang sama.

 

                “Chukhae[27]…” ucap Woo Hyun.

 

                “Gomawo, chinguya[28]…” jawab Sung Yeol seraya memeluk sahabat terbaiknya itu.

 

                “Sung Yeol-a, sebenarnya ada yang ingin kuberitahukan padamu,” ucap Woo Hyun.

 

                “Mworago?” tanya Sung Yeol.

 

                “Sebelumnya, maafkan aku jika aku baru memberitahukanmu saat ini. Tetapi memang sebaiknya ku beritahukan padamu bahwa sebenarnya aku menyukai Ji Hyeon. Bahkan jauh sebelum ku kenalkan Ji Hyeon padamu,” jawab Woo Hyun.

 

                “Ara[29]…” ucap Sung Yeol.

 

                “Bagaimana kau mengetahuinya?” tanya Woo Hyun.

 

                “Kau pikir aku mengenalmu baru kemarin malam?” tanya Sung Yeol. “Hanya dengan melihat caramu menatap Ji Hyeon saja aku sudah tahu kau menyukainya,”

 

                “Jika kau tahu, kenapa kau tetap menikah dengan Ji Hyeon? Kenapa kau tidak merelakan Ji Hyeon untukku?” tanya Woo Hyun.

 

                “Aku tidak sebaik itu, Woo Hyun-a…” jawab Sung Yeol.

 

                Kedua sahabat itu pun terlarut dalam sebuah canda tawa hangat yang memang selalu mereka tuai ketika mereka bersama itu. Sebuah persahabatan yang sangat kuat dan bahkan tak sanggup tergoyahkan hanya karena masalah seorang wanita.

 

                Di tempat lain, tampak Myung Soo tengah menatap Ji Hyeon.

 

                “Wae? Bukankah ada yang ingin kau bicarakan padaku?” tanya Ji Hyeon.

 

                “Biarkan aku puas menatapmu dalam gaun pengantin seperti ini,” jawab Myung Soo.

 

                “Myung Soo-ya…”

 

                “Ji Hyeon-a, kau tahu, aku selalu membayangkan bahwa jika kau memakai gaun pengantin seperti ini pasti akan sangat cantik. Dan aku juga selalu membayangkan bahwa jika saja aku yang berdiri di sampingmu dan mngucapkan sumpah sehidup semati itu bersamamu,” ucap Myung Soo.

 

                “Myung Soo-ya…”

 

                “Ah, tapi aku cukup bahagia melihatmu seperti ini. Bahagia dengan orang yang kau cintai dan mencintaimu,” ucap Myung Soo.

 

                Ji Hyeon terdiam. Ia sungguh bingung dengan apa yang akan ia katakan untuk menanggapi ucapan Myung Soo.

 

                “Ah, kenapa kau hanya diam seperti ini?” tanya Myung Soo.

 

                “Aku hanya tidak tahu apa yang harus kukatakan,” jawab Ji Hyeon.

 

                “Jangan membuat suasana menjadi canggung dan tidak nyaman seperti ini, aku tidak apa-apa.” Ucap Myung Soo. (http://jh-nimm.blogspot.com)

 

                “Myung Soo-ya…”

 

                “Ah, sepertinya aku yang telah membuat suasana menjadi kaku seperti ini,” ucap Myung Soo.

 

                “Gomawo…

 

                “Untuk apa?”

 

                “Karena kau telah menemani dan menjagaku hingga saat ini,”

 

                “Meskipun sekarang ada Sung Yeol di sampingmu, tapi aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan selalu menemani dan menjagamu selamanya,”

 

                Ji Hyeon pun memeluk Myung Soo. Ji Hyeon merasa beruntung memiliki sahabat seperti Myung Soo, begitu juga Myung Soo yang merasa beruntung memiliki sahabat seperti Ji Hyeon. Sebuah persahabatan yang terjalin sejak mereka masih kecil itu terlalu kuat untuk digoyahkan hanya oleh sebuah perasaan yang berubah menjadi lebih dari sekedar persahabatan, baik dari salah satu maupun keduanya.

 

 

 

 

THE END….

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet