We Have a Past

Sinrin Oneshoot Collections

We Have a Past

Aku sedang terduduk di bangku ini. Bangku yang letaknya berada di taman tengah kota Seoul. Sudah 2 jam lamanya aku menempelkan bokongku di atas bangku berbahan kayu ini. Hanya seorang diri disini bukan masalah untukku, justru aku menikmati kesendirianku sambil melihat beberapa anak-anak yang sedang bermain dengan riangnya. Memang sudah 2 jam aku termangu disini, namun rasa bosan belum menghampiriku. Yang kulakukan disini sangat sederhana, hanya duduk, pandangan lurus kedepan, dan menikmati pemandangan di depan mata. Di sudut kiri aku melihat sepasang kekasih yang sedang menikmati kencan mereka. Di sudut kanan aku melihat para lansia yang bersenda gurau dengan sesama lansia. Dan di tengah tepatnya di depan mataku, aku melihat beberapa keluarga yang sedang melakukan piknik di sore hari. Ah lihatlah, menyenangkan rasanya melihat sebuah keluarga yang bahagia dan juga anak-anak mereka yang berlarian kesana kemari. Tiba-tiba aku jadi mengingatnya. Dia yang dulu pernah mengisi hatiku. Eh koreksi, sampai sekarangpun dia masih memenuhi ruang di hatiku. Dia yang aku cintai sepenuh hati. Dia yang tak pernah absent didalam pikiranku. Dia yang selalu memasakkan makanan untukku. Dia yang menjadi alarm alamiku. Dan dia yang menjadi bagian terbesar dalam hidupku.

Saat aku hanyut dalam pikiranku sendiri, tanpa sadar ada tangan kecil yang menarik-narik ujung pakaianku. Sontak saja aku langsung menoleh kearahnya. Ternyata disampingku ada seorang anak perempuan. Mungkin umurnya masih 6tahun.

“unnie......” katanya masih sambil menggenggam bajuku. Kalau dicermati anak ini unyu sekali. Matanya lebar dan kedua pipinya seperti bakpao. Tiba-tiba saja aku teringat Kungfu Panda.

“ada apa adik kecil?” kujawab seadanya saja.

“kenapa kau melamun? Kau memikirkan apa? Jangan-jangan memikirkan aku ya?”

What?? Apa apaan anak ini? Baru saja bertemu sudah menghujaniku dengan pertanyaan. Dan lagi, astagaa tingkat kepercayaan diri anak ini sudah berada di level tidak tahu malu.

 “bagaimana bisa aku memikirkanmu, aku saja baru tahu kalau kau ada di dunia ini.”

“ah iya ya....”

Selanjutnya kulihat dia duduk dengan tenang sambil memandang kearah depannya. Eiittss tunggu dulu, seingatku dari tadi aku sendirian di sini. Bagaimana bisa ada anak kecil disampingku? Dan dimana kedua orangtuanya? Jangan-jangan dia kabur dari rumah? Astaga aku tidak boleh ngawur...

“hei...”

“namaku bukan hei” anak pintar..........aku suka............hehe

“ah iya maaf, baiklah ayo kita kenalan, siapa namamu ?”

“Eunbi.”

“Eunbi? Wow kita memliki nama yang sama.”

“ah benarkah?”

“iya namaku juga eunbi, tapi semua orang lebih suka memanggilku sinb”

“kenapa jadi sinb?”

“karena aku juga punya teman yang bernama eunbi. Jadi untuk membedakan, aku dipanggil sinb dan temanku itu dipanggil eunha.”

“oh yasudah.” Katanya sambil kembali memandang ke arah depan.

Waahh kukira anak ini tipe bocah cerewet yang menjengkelkan ternyata anak ini tipe bocah cuek, bahkan lebih cuek daripada aku. Sebenarnya aku ini orangnya dingin dan benci bersosialisasi, tapi itu hanya berlaku untuk orang-orang yang seusia dengan ku. Kalau untuk anak kecil itu tidak berlaku, apalagi kalau anaknya sangat menggemaskan seperti anak ini.

“hei eunbi-yaa”

“ada apa unnie?”

“kau sendirian di sini?”

“tidak, aku dengan eommaku”

“lalu dimana eomma mu sekarang?”

“itu ada keperluan disana...” katanya sambil badannya berbalik ke belakang dan tangannya menunjuk sebuah minimarket di seberang taman.

“oh....lalu kenapa kau ada disini?”

“kata eomma lebih baik aku menunggunya sambil menemanimu, dan kata eomma kau terlihat seperti manusia kesepian.”

Kurang ajar. Bisa-bisanya eommanya eunbi memiliki spekulasi yang benar. Well aku memang manusia kesepian, tapi akan lebih manusiawi jika eommanya eunbi hanya menyuruhnya menemaniku tanpa embel-embel manusia kesepian. Tapi tunggu dulu, eomma macam apa dia yang menyuruh anaknya menemani orang asing? Bagaimana kalau aku seorang penculik? Bagaimana kalau aku seorang ? Dan bagaimana kalau aku seorang kanibal? Dasar ibu yang ceroboh, untung saja aku ini orang baik-baik.

“eomma mu tidak takut kalau kau dengan orang asing? Bagaimana kalau aku ini seorang penculik?”

“kata eomma kau terlihat seperti orang baik-baik, hanya sedang kesepian saja.”

Kurang ajar. Dasar memang ibu-ibu selalu benar.

“oh ya unnie, kau tadi sedang memkirkan apa?”

“kenapa kau ingin tahu?”

“supaya aku ada topik bahasan untuk kita bicarakan, dan supaya kau tidak terlalu kesepian.” Sebenarnya anak ini berumur berapa tahun? Bagaimana dia bisa tahu tentang istilah ‘topik bahasan’? pintar sekalli bicaranya, dan bisakah anak ini berhenti membicarakan tentang kesepian? Aku benar-benar merasa tersungging sekarang.

“baiklah, aku sedang memikirkan seseorang.”

“siapa?”

“dia adala-“

“eunbi-yah....”

Tiba-tiba saja ada yang memanggil anak ini dari arah samping. Aku dan eunbi otomatis menoleh ke arah sumber suara itu.

“Eomma....!”

Eunbi langsung berdiri dari tempatnya dan berlari ke arah wanita yang dipanggilnya eomma. Ah ternyata dia eommanya eunbi. Pantas saja anaknya diberi nama eunbi. Pantas saja eunbi pipinya seperti bakpao. Pantas saja tingkat kepercayaan diri eunbi ada di level tidak tahu malu. Pantas saja eunbi pintar bicara. Dan pantas aja jantungku sudah bergemuruh seakan mau meledak ketika melihat wajahnya kembali. Wajahnya yang selalu menjadi pusat perhatianku entah sejak kapan hanya Tuhan yang tahu.

“Sinb......”

“Yerin unnie.”

“...........”

“seharusnya aku sudah tahu kalau eunbi itu anakmu yerin unnie.” Kataku sambil tersenyum kepadanya. Aku hanya bisa menunjukkan senyumku padanya. Aku mati matian menahan hasratku untuk berlari ke arahnya dan memeluk dirinya. Dia sudah bukan milikmu lagi, Hwang.

“eomma kau mengenalnya?”

“Ya, eomma sangat mengenalnya.” Jawab yerin unnie sambil terus memandangku tanpa berkedip sekalipun.

“untung saja aku yang ada disini, bukan penculik.”

“sinb...”

“cepatlah pulang unnie, appanya eunbi pasti sudah menunggu kalian.”

“aku merindukanmu.”

“........”

“.........”

“aku juga merindukanmu. Sangat merindukanmu. Maafkan aku.”

“bukan kau yang salah. Boleh... bolehkah aku memelukmu?”

“........”

“........”

“lebih baik jangan. Aku tidak ingin ada orang lain yang melihat. Dan lagi, kupastikan kau tidak akan bisa kembali ke rumah suami mu jika kau memelukku sekarang.”

Kusadari kedua bola matanya mulai berkaca-kaca, sama halnya denganku. Mati matian kutahan air mataku untuk tidak lolos dari sumbernya. Ah lihatlah dia sekarang, dia jadi tambah semakin cantik. Dia semakin mempesona. Ternyata menjadi seorang ibu malah membuatnya semakin menawan. Setelah 8 tahun berpisah, lega rasanya bisa melihat wajahnya kembali. Ingin rasanya aku membawanya pergi dari sini. Ingin rasanya aku membebaskannya dari kekangan keluarganya. Keluarganya yang telah menjodohkannya dengan seorang CEO muda. CEO yang sekarang menjadi ayah dari eunbi. Tapi aku sadar aku tidak bisa. Aku tidak akan pernah bisa. Taehyung adalah pria yang baik, dan aku bukan manusia biadab yang suka menghancurkan rumah tangga orang lain. Aku hanyalah segelintir pihak yang tersakiti.

“baiklah, terimakasih sudah menjaga eunbi. Aku pulang dulu sinb-ah”

“iya, hati-hati dijalan.”

Kemudian kulihat dia berbalik arah dan mulai pergi menjauh sambil menggandeng tangan eunbi. Namun sebelum mereka berdua terlalu jauh, kupanggil namanya.

“Eunbi-yah........!” kemudian aku berlari kerahnya dan memeluk eunbi sambil membisikkan sesuatu padanya.

“tadi aku memikirkan eomma mu. Dan untuk selanjutnya aku akan terus memikirkanmu karena sekarang aku tahu kau sudah ada di dunia ini.”

 

 

 

fin

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Miragfriend #1
Chapter 6: Momo
Ahjussejeong
#2
Someone tell me to calm my down. SINRIN RENDERED ME OBLIVIOUS OF MY SURROUNDINGS. I JUST WANNA READ.
irongirls #3
Chapter 1: Bibi Jumilah wkwkwk
Jarang2 nih ff sinrin yg indo, terbaik bosque!!!! XD
Jun_2388 #4
Chapter 7: Njir... Pertanyaan macam apa itu??? Kopak bener sinb... :v
Jjangiya
#5
Thor nim lanjut donggg:((
Mysn123 #6
Chapter 9: My hilarious family is da bes :v
YerinSinb1903
#7
Chapter 9: Tututututu, yang sabar yah diriku, jangan nangis ini cuman ff kok. Yang sabar yah *mukpukin diri sendiri.
Keren thor, bikin laper. Ditunggu karya selanjutnya yashhh.
YerinSinb1903
#8
Chapter 8: ㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎ keluarga macam apa ini ㅎㅎㅎㅎㅎㅎ
YerinSinb1903
#9
Chapter 7: Jayyy pagi pagi baca beginian, tak bisa ku berkata
YerinSinb1903
#10
Chapter 6: Yampun, dikasih yang beginian aja senengnyaaaaa. Thanks author, luv huh kkk