Strange Love

The Lost Prince
Please Subscribe to read the full chapter

“We wrote a story in the fog on the windows that night, but the ending is the same every damn time.”

Strange Love by Halsey

Hari itu keempat bangsa sedang melaksanakan satu acara penting disetiap tahunnya, tanpa terkecuali. Seluruh murid kelas tujuh berkumpul di aula Akademi masing-masing, mengenakan jubah dengan warna yang menyimbolkan bangsa mereka. Sementara itu, para petinggi akademi duduk di belakang meja di atas panggung, dengan sang Master ditengah-tengah mereka, berdiri dengan mulut bergerak mengucapkan pidato pembukaan.

Pembagian kursi berdasarkan urutan nama, jadi Shane duduk di barisan belakang. Dia tidak mengenal siapapun disekitarnya, karena kebanyakan temannya duduk di barisan depan, termasuk Jackson. Karena tidak ada yang bisa diajak bicara, Shane makin gugup. Belum lagi Mark pernah menakutinya hari ini bisa jadi hari terburuk.

Hari kelulusan. Hari yang akan menentukan masa depan para murid tingkat akhir. Dimana nama tiga belas anak yang akan dikirim ke kota lain diumumkan. Mayoritas murid bekerja keras agar nama mereka termasuk dalam daftar itu, terutama urutan pertama. Dan sudah bukan rahasia lagi bahwa banyak murid yang frustasi karena impiannya tidak tercapai.

Suasana makin tegang ketika Master terlihat membuka gulungan perkamen berisi tiga belas nama. Suaranya yang lantang bergema di aula sehening kuburan, namun gemanya hilang begitu cepat dengan suara tepuk tangan, sementara seorang perempuan menaiki panggung dengan senyum congkak. Shane tidak bertepuk tangan. Dia tahu perempuan itu dulu senang menindas Krystal.

Ketika nama itu melintas di pikirannya, tanpa sadar Shane tersenyum. Cengkraman tangan pada jubah birunya mulai mengendur. Dia merasa lebih rileks sekarang karena memikirkan seorang gadis bersurai hitam, dengan senyuman yang menyejukkan, dan sentuhan jemarinya yang bisa membuat Shane berada di langit ketujuh.

Benaknya bertanya dimana gadis itu sekarang. Shane baru mau mencari sosoknya di teras atas tempat penonton ketika Master menyebutkan nama Jackson sebagai peraih posisi kedua. Secara sontak Shane berdiri untuk bersorak pada temannya. Jackson menoleh untuk memberi hormat kecil pada Shane, lalu naik ke atas panggung. Shane duduk lagi. Sekarang saatnya pengumuman posisi pertama. Daritadi nama Shane belum juga disebut. Hal itu membuat Shane kembali berpikiran aneh.

“Murid peraih posisi pertama yang akan dikirim ke ibukota—“

Bagaimana jika namanya tidak disebut juga? Bagaimana jika pada akhirnya dia tidak termasuk dalam daftar itu? Apakah orang-orang terdekatnya akan kecewa? Apakah Krystal akan berhenti berbicara padanya?

Mata Shane terbuka lebar-lebar. Seisi mata di ruangan itu berpaling padanya. Telinganya dipenuhi suara sorak sorai dan tepuk tangan. Tangan-tangan terdekat menepuk pundaknya, bermaksud memberikan selamat dengan gestur itu. Shane berdiri. Senyumnya tidak pernah lepas sampai dia berada di atas panggung dan Jackson memberikannya pelukan bersahabat.

Impiannya tercapai. Masa depannya sudah ada di depan mata.

--

“Selamat atas kelulusannya, Mr. Irving.”

Shane nyengir. Krystal terlihat luar biasa cantik hari ini. Dia mengenakan gaun biru berenda dengan hiasan kupu-kupu sebagai tali pundaknya. Rambutnya disanggul dan diberi jepit berbentuk anggrek. Seperti biasa, dia memakai liontin Ibunya dan kalung mutiara hitam bersamaan, juga cincin pertunangannya dengan Shane.

“Kamu terlihat cantik,” pujinya, lalu membawa punggung tangan Krystal ke bibirnya.

“Dan kamu akan terlihat lebih tampan kalau saja pakaianmu rapi.”

Mendengar itu, Shane tertawa, sementara Krystal mendekat untuk merapikan jubahnya.

“Aku tidak akan memerlukannya lagi,” kata Shane. “Acara sudah selesai. Sekarang, waktuku bersamamu, dan jubah sekolah tidak diperlukan.”

Shane menggandeng tangannya, dan bersama-sama mereka berjalan keluar dari gedung Akademi.

“Jadi, kamu meraih posisi pertama,” kata Krystal.

“Master bilang begitu,” jawab Shane.

“Sudah mempertimbangkan untuk melamar kerja dimana?”

“Entahlah.” Shane mengangkat bahu. “Tapi, Jackson menyarankan agar aku bekerja di pengadilan. Katanya, kemampuan membaca pikiranku akan berguna untuk menginterogasi terdakwa.”

“Kedengarannya bagus. Kamu lebih baik mencobanya.” Krystal mendukungnya. “Dan kemana Jackson akan pergi?”

“Mungkin ke kota peri? Anak itu selalu berkata ingin memiliki pacar berdarah peri.”

Krystal tertawa kecil.

“O, ya, aku berencana untuk mencari pekerjaan juga,” Krystal berkata ketika mereka sudah berkuda kembali ke rumah Shane.

“Yang benar?” tanya Shane tertarik. “Sebagai apa?”

“Juru masak.”

“Juru masak?” Shane mengulang.

“Memangnya kenapa?” Krystal merasa tidak senang dengan respon Shane. “Lagipula Jessica sudah banyak memberikan ilmunya. Kamu sendiri punya ide pekerjaan yang pantas denganku? Dengan kemampuanku?”

“Cupbearer? Jadi, kamu tidak perlu menuangkan air, hanya mengendalikan saja?”

“Tidak lucu.” Krystal mencubit perut Shane.

“Aduh, iya maaf.” Shane merintih. “Dimana kamu akan melamar?”

“Awalnya aku ingin melamar di Limestone,” Krystal menyebutkan nama restoran tempat kakaknya berkedudukan sebagai koki tertinggi. “Tapi, karena kamu akan ke Lansmyre, aku akan mencari tempat disana.”

“Tunggu, tunggu,” kata Shane bingung. “Kamu ingin ikut bersamaku ke ibu kota?”

“Kenapa tidak? Tempatku adalah bersamamu, Shane. Kemanapun kamu pergi, aku akan ikut.”

Shane tersenyum walaupun Krystal tidak bisa melihatnya. Ketika mendapatkan kehormatan posisi pertama, Shane tidak pernah berpikir untuk meminta Krystal ikut bersamanya ke Lansmyre. Seluruh keputusan ada di tangan gadis itu, karena saat ini mereka masih belum menikah. Sangat melegakan Krystal memilih untuk ikut bersama Shane, karena Shane sendiri tidak bisa membayangkan hari-hari harus berlalu tanpa ada Krystal di dalamnya.

Pertunangan mereka saat ini sudah berlangsung selama hampir satu tahun. Belum ada persiapan berarti yang dilakukan, kecuali meminta restu dari dua keluarga, yang pada akhirnya didapatkan. Pernikahan perlu diundur karena Shane masih perlu menyelesaikan sekolah dan mendapatkan pekerjaan. Tapi, mereka sudah sering membayangkan bagaimana hari ketika sumpah sehidup semati menyatukan mereka akan terjadi. Krystal membayangkannya terjadi di padang rumput, dibawah pohon wisteria tempat mereka akan mengucapkan janji suci.

Shane menurunkan Krystal di teras rumah, tempat Hailee sudah menunggu, sementara dia menaruh Horan di istal.

“Ayo, masuk.” Hailee menggamit tangan Krystal dan menuntunnya ke dalam. “Kami sudah menyiapkan banyak makanan.”

Di ruang makan, terlihat Jessica dan ibu Shane, Scarlett, sedang menata meja. Meja makan keluarga Irving diberi taplak putih. Diatasnya, telah terhidang berbagai jenis makanan buatan Jessica dan Scarlett. Wanginya sudah menyenangkan, dan Krystal tahu rasanya juga akan sama, karena pembuatnya adalah kombinasi dua koki terbaik.

“Krystal!” Ibu Shane menghampiri Krystal dengan berseri-seri. “Dimana Shane?”

“Sedang menaruh Horan di istal,” jawab Krystal.

“Bagus, bagus. Sambil menunggu Shane, aku ingin menunjukkan sesuatu padamu.” Scarlett menarik siku Krystal agar mengikutinya.

“Menunjukkan apa?” tanya Krystal penasaran.

Scarlett tidak menjawab. Wanita itu membawa Krystal ke kamarnya. Ini pertama kali Krystal memasuki kamar Scarlett. Tidak ada yang begitu menarik dari kamar itu. Hanya ada ranjang, lemari pakaian, meja rias serta meja kerja. Scarlett melangkah menuju lemari pakaian dan membukanya. Krystal bisa melihat berbagai gaun berderet di sana, tapi Scarlett berlutut untuk mengambil sesuatu yang tersembunyi di bawah deretan gaun-gaun itu.

Kotak berdebu. Dia membawa kotak itu ke hadapan Krystal dan membukanya. Terlihat sebuah diadem tersimpan di dalam sana. Diadem perak dengan hiasan bunga-bunga putih.

“Ini diadem keluarga Irving,” Scarlett menjelaskan. “Setiap wanita yang akan menjadi Irving selalu memakainya di hari pernikahan mereka. Karena kau yang selanjutnya, aku ingin kau menyimpannya, Krystal, sampai hari pernikahanmu.”

“Scarlett, aku tidak bisa—“

Scarlett memotong. “Ini sudah menjadi tradisi keluarga Irving selama berabad-abad. Dan, jangan sampai Shane melihatnya sebelum hari pernikahan kalian. Kami menganggapnya sebagai nasib buruk.”

Krystal menunduk, memandangi diadem itu secara cermat. Perlahan ujung jarinya meraba bunga-bunga pada diadem. Tak lama kemudian dia menariknya kembali.

“Aku tidak yakin aku mampu menyimpan pusaka keluarga,” gumam Krystal.

“Pasti bisa. Dulu, aku juga berpikir sepertimu. Lihat saja diadem ini sekarang. Tetap dalam kondisi sempurna, bukan?” Scarlett tersenyum dan membelai kepala Krystal pelan.

Setelah Scarlett menyimpan kotaknya lagi dan mengingatkan Krystal agar mengambilnya sebelum pulang, mereka berdua kembali ke ruang makan karena Shane sudah memanggil. Acara makan dibuka dengan bersulang.

“Untuk putraku yang menyelesaikan pendidikannya dengan hasil sempurna.” Scarlett mengangkat gelas sampanye tinggi-tinggi dari kepala meja. “Shane.

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
gentleseulgi #1
Chapter 4: penasaran alsan julian gk nyentuh sesil.. apa karena itu doang.
cindyoonyul #2
Chapter 5: Terimakasih udh update ceritanya. Aku suka banget dgn kaiseul di cerita ini.. semoga part selanjutnya segera di update ya..
AinunJariyaaah #3
Chapter 3: Julian kayak yg parno gitu ya gara2 auntie nya yg meninggal pas melahirkan:(
merrind
#4
Chapter 2: Oh jadi Julian gak mau nyentuh Seychelle karena gak takut Seychelle meninggal seandainya lahiran?
Yaampun Julian....
AinunJariyaaah #5
Chapter 2: Scene pas perjamuan makan itu bikin flashback ke ff yg the dark path (idk its just me or lol haha JADI KANGEN HEU) terus percakapannya juga bikin nahan ketawa sendiri. Shane juga pleaseu humor sense nya wkwk. Dan julian why you berbohong:(
Ditunggu next updatenya hehe. Fighting authornim
AinunJariyaaah #6
Chapter 2: Finally author-nim update. Craving for your update tbh hehee
merrind
#7
Chapter 1: Oh ya pengen tau nama panjang shane dong? Shane Irving doang atau adalagi? Hehehe
merrind
#8
Chapter 1: Yaampun kenapa shenstal manis banget si?? Jadi tambah ngeship kan huhuhu.. gak sabar liat mereka nikah tapi masih jauh ya?
Itu julian kenapa si? Jan bilang masih kepikiran krystal?
Ditunggu updatenya, fighting!
AinunJariyaaah #9
Chapter 1: Suka banget interaksi shane krystal aaa bikin senyum2 sendiri wkwkwk