—Juan pov—

Aroma kopi merangsang syaraf hidungku dan perlahan membawa aku ke alam nyata. Perlahan ku buka mataku dan cahaya redup mulai menggapai retinaku. Aku menyadari bahwa aku dalam posisi tertidur.

“akh—“, pekikku saat mencoba bangun. Kepalaku berat, tapi aku memaksakan untuk duduk dan bersandar pada sandaran kasur. Aku mengedarkan pandangan dan menangkap bayangan seorang lelaki bersurai biru. Dia sedang berdiri menatap keluar jendela sambil membawa secangkir kopi di tangannya. He showered by the glow of the moonlight— itulah yang terlintas dalam pikiranku saat melihatnya dibawah cahaya rembulan.

“oh, kau sudah bangun?”, jantungku hampir saja melompat keluar saat tiba tiba ia berbicara meskipun tanpa menoleh kearahku. Apakah dia memergoki menatapinya?— Ah entahlah.

“n-ne, uhm—“, aku menggaruk tengkukku yang tak gatal, mencoba mencari kata yang tepat, sementara lelaki itu datang menghampiriku dan duduk di tepi ranjang.

“geokjeong hajima, aku bukan orang jahat, agassi.”, lelaki itu tersenyum dan menampakkan gigi kelincinya, “kau ada di apartemenku—”, dia mengambil cangkir yang ada di meja kecil di sebelah ranjang dan memberikannya kepadaku, “ah— namaku Jongup, Moon Jongup. Jadi, siapakah nama nona yang cantik ini?”, dia mendekatkan wajahnya padaku. Aku menerima cangkir yang berisi coklat panas sepanas wajahku saat ini.

“J-juan, Im Juan imnida.”, aku menatap ke arah lain untuk menghindari tatapannya.

“minumlah, aku sudah menyiapkan makanan—”, jongup menunjuk makanan yang ada di meja, “kalau kau butuh sesuatu, kau bisa memanggilku. Aku akan tidur di sofa di depan tv. Untuk saat ini istirahatlah, arrachi?”, lanjutnya sambil mengusap puncak kepalaku. Aku hanya bisa menganggukkan kepala tanda setuju. Lalu ia keluar dari kamar. Aku menatap ke arah jendela, kembali teringat Daehyun,

Jung Daehyun, yang kau lakukan padaku, i don’t have any idea about it. What should i do? My heart belong to you already.