your smile

Your Smile
Please Subscribe to read the full chapter

Hal paling indah dalam hidupku terjadi ketika untuk pertama kalinya aku melihat senyummu. Senyuman tulus yang tercipta dari jiwa murni yang berada di dalam dirimu. Mulai saat itu senyummu adalah hal yang paling aku sukai. Tak pernah sekali pun terbesit di kepalaku bahwa senyummu akan hilang atau bahkan tertutupi oleh air mata yang mengalir. Dan ketika air mata itu mulai membasahi pipimu dan menutupi senyuman indahmu, saat itu aku sadar, jiwa murnimu tengah merasakan sakit. Sakit yang teramat dalam.

Kau tahu? Hal yang paling menyakitkan dalam hidupku adalah ketika melihat air matamu mulai jatuh dan menutupi senyum indahmu. Rasanya sakit yang tengah kau rasakan turut masuk ke dalam jiwaku dan mulai menggerogoti bagian relungku yang terdalam. Bahkan air mata yang awalnya tertutup rapat mulai menerobos keluar. Berjatuhan tanpa dapat aku tahan.

Bagiku bahagiamu adalah bahagiaku dan sakitmu adalah sakitku. Apa pun akan aku lakukan untuk membuatmu menghilangkan air mata itu dan menampilkan kembali senyum tulusmu. Kau tahu? Dahulu...saat ini...dan sampai waktu yang tak terbatas, aku akan tetap menyukaimu. Menyukai senyummu. Menyukai tawamu. Menyukai semua hal yang ada pada dirimu.

--- Flashback On ---

”Apa hari ini kau kosong?” tanya seorang lelaki paruh baya pada keponakannya.

”Ada apa memangnya?” jawab keponakannya dengan tetap memandangi buku yang tengah dibacanya. Seolah tak ingin ada satu kata pun yang terlewat.

Melihat sikap keponakannya itu, Sang paman langsung memukul kepalanya dengan koran yang sebelumnya sudah digulung membentuk semacam tongkat. ”Hei!!! Kalau aku sedang berbicara denganmu, pandang aku!” ucapnya tak dapat menahan lagi rasa amarahnya.

”Awww... Mengapa paman memukul kepalaku? Bagaimana bila nanti aku hilang ingatan?! Apa paman akan bertanggungjawab?!”

”Dasar bocah! Memukul kepalamu dengan koran tak akan membuatmu hilang ingatan. Lagipula buku itu dapat kau baca berulang-ulang. Memangnya kau akan mendapatkan undian besar bila menghabiskan bukumu saat ini juga?”

Perdebatan pun terjadi untuk beberapa saat. Sang paman dan keponakannya terus mengeluarkan pendapat mereka masing-masing. Tak ada tanda-tanda dari mereka berdua untuk mengalah satu sama lain. Hingga sebuah suara dari arah pintu depan menghentikan perdebatan mereka.

”Kalian ribut sekali. Apa sih yang kalian ributkan?” tanya seorang namja yang langsung mendudukkan dirinya di samping Sang paman.

”Kebiasaan sepupumu ini perlu diubah. Setiap ditanya ketika membaca buku dia tak pernah mengalihkan pandangannya.”

”Huuuuhhhh...tapi kan aku tetap menjawab. Eh, tumben hyung datang ke mari. Ada apa?”

”Loh, memangnya paman belum cerita?! Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat. Ada beberapa kerjaan yang harus diselesaikan dalam waktu dekat ini, makanya aku butuh bantuanmu. Bisa?”

”Bagaimana aku bisa cerita?! Memandang wajahku ketika aku bertanya saja tidak dia lakukan.” Ucap Sang paman sembari memandang keponakannya yang kini tengah tersenyum menunjukkan giginya.

”Hehehe...maaf paman. Bisa kok, hyung. Kemarin adalah hari terakhir aku membantu proyek paman. Jadi mulai hari ini aku tidak punya jadwal. Kapan kita berangkat?”

”Nanti sore. Jadi sebaiknya kau siap-siap sekarang!”

”Sunggyu...apa tidak apa-apa mengajaknya?” tanya Sang paman setelah merasa yakin keponakannya masuk ke dalam kamar untuk bersiap-siap. Terdengar jelas nada khawatir di dalam pertanyaannya.

”Tidak apa-apa, paman. Aku akan menjaganya. Lagipula ini bisa menjadi pengalaman baru baginya.” Jawab Sunggyu dengan yakin.

***

”Sudah lama menunggu?” tanya Sunggyu sesampainya di sebuah kantor kecil, tetapi tetap nyaman untuk digunakan bekerja.

”Wah...akhirnya kau datang juga. Tidak...tidak...aku juga belum terlalu lama sampai di sini.” Jawab seorang namja yang langsung berdiri dari tempat duduknya dan datang menghampiri Sunggyu. Seorang namja yang badannya tidak terlalu tinggi, tetapi otot lengannya nampak jelas (menunjukkan bahwa ia rajin berolahraga). Satu hal yang membuat namja ini terlihat sangat menawan; senyumannya. Senyuman yang terasa sangat tulus terus menghiasi wajahnya, membuat lawan bicaranya ikut tersenyum (seolah merasakan aura kebahagiaan yang berputar mengelilingi namja tersebut).

”Perkenalkan, ini sepupuku! Lee Hoya.”

”Halo...aku Dongwoo. Jang Dongwoo. Salam kenal.” Ucap namja itu memperkenalkan diri dengan tetap menunjukka

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet