Dia hantu atau alien?

LOVE FROM 7014
 
 

 

RULES:

1. Hargai karya penulis. Jangan menjiplak cerita atau mengubah cerita.

2. Jangan lupa tinggalkan comment. Comment sifatnya wajib, karena sangat membantu penulis dalam perkembangan cerita. Dan memberi semangat penulis untuk melanjutkan plot.

3. NO BASH.

_____________________________________

****

7012

 

PART IV -

"Dia hantu atau alien?"

 

 

7012

 

 

"Ya! Kau harus menyambungkan kutub negatifnya!" Suara Jong In yang terdengar kasar membuat seorang pemuda otomatis melepaskan kabel berwarna merah yang sedari tadi di genggamnya.

"Ya! Jangan berteriak padaku Kim Jong In!" ujar pemuda itu sebal. "Kita sudah melakukan ini selama dua tahun!" pemuda itu menggenggam kabel merah itu lagi. "Kita bahkan masih belum mengerti kenapa mesin ini tidak dapat bekerja normal. Dan hanya mengeluarkan asap setiap kita memberinya aliran listrik."

Jong In menghela nafas. Sedari tadi ia mencoba merangkai ulang radiator yang dapat terhubung dengan mesin waktu milik Mr Kim. Ia hanya mencoba memberikan efek tekanan udara yang mungkin bisa menambah kerja fungsional dari mesin waktu Mr Kim.

Sedangkan pemuda yang sedari tadi mengacung-acungkan kabel merah itu bernama Oh Sehun. Jong In dan Sehun telah melewatkan dua tahun mereka didalam laboratorium Mr Kim. Namun hingga saat ini tidak ada jawaban sama sekali dari usaha mereka.

"Mr Kim sangat percaya padaku" ujar Jong In dan meraih tang yang ada di box peralatan. Sementara ia memeriksa ukuran tang yang ia ambil benar atau tidak, dia berkata lagi. "Dan satu satunya orang yang aku percaya hanya dirimu seorang, Sehun"

Sehun menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia menjadi gusar karena perkataan Jong In yang memberinya begitu banyak beban.

"Kau tahu kan, jika sampai orang lain tahu apa yang Mr Kim lakukan. Mesin ini akan disalahgunakan. Dan kita berdua hanya akan mati." Sehun beranjak dari tempat nyamannya, dan mendekati mesin berbentuk tabung yang berukuran dua kali tiga meter itu. Pintunya terbuat dari baja, dan terdapat sebuah lampu yang bergemerlap berwarna hijau merah dan kuning di atas pintu, pertanda mesin itu terhubung dengan aliran listrik. Sementara asap putih terlihat mengepul dari dalam, namun lebih tipis disbanding sebelumya.

"Aku bahkan tidak tahu, mesin ini akan mengirimu ke tahun yang tepat atau tidak. Mungkin saja kau akan tiba di tahun ketika Soo Jung telah tiada atau ketika gadis itu sudah mati." Ucap Sehun enteng.

"Ya! Jaga cara bicaramu, dia cucu Mr Kim!" Jong In mendelik kearah Sehun yang kini sedang memunggunginya. Sehun menahan tawa mendengar Jong In berkata seperti itu.

"Ku harap kau tidak membunuhku Kim Jong In, atau mesin ini benar benar tidak akan dapat beroperasi" goda Sehun senang, dan ia berjalan lagi ke arah tombol monitor yang tersedia tak jauh dari mesin waktu. Ada puluhan tombol disana dan seluruhnya menyala, selain itu ada sebuah laptop hitam yang terhubung dengan mesin, sedang menunjukkan monitoring dari kegiatan mesin tersebut.

"Mungkin bagimu Mr Kim hanyalah seorang profesor, namun bagiku dia lebih, dia adalah tuanku" kata Jong In kembali mengingatkan bahwa betapa pentingnya Mr Kim baginya.

"Sudah berapa kali kau mengatakan itu padaku Jong In-na" kata Sehun sampai ia merasa telinganya sudah bosan mendengarkan pernyataan Jong In itu. "Aigo, kenapa kau sangat kaku sekali, benar benar tidak asik." Ejek Sehun lagi, dan Jong In berpura-pura tidak mendengarnya.

Sehun meraih kursi besi yang terletak tak jauh darinya dan segara memakainya untuk duduk dihadapan laptop hitam yang sedari tadi menunjukkan angka dan kode kode IT yang terlihat misterius.

"Jong In" panggil Sehun.

"Ne?"

Sehun menggosok dagunya perlahan, terlihat berfikir dan mencoba mengingat. "Apa kau ingat pertama kali kau memakai mesin waktu ini? Satu minggu yang lalu?" ujar sehun dengan suara yang terdengar amat serius. "Kau bilang, kau tiba di tahun 2008?"

"iya, kau benar. Dan aku hanya berhasil tiba selama 12 jam, tidak lebih"

"Sangat aneh"

Jong In mendongak, ia meletakkan bongkahan radiator yang dikerjakannya diatas meja, kemudian mendekati Sehun.

"Ada apa?"

"Hanya saja," ujar Sehun dan mencoba mengetikkan kodenasi "Mesin ini sepertinya telah melakukan interaksi diluar kemampuannya."

"Interaksi? Apakah virus?"

"Tidak, kegiatannya sangatlah berbeda dengan virus. Seperti ada sesuatu dengan elemen yang sama bertemu. Dan itu adalah batas dari mesin ini."

"Tapi aku bahkan tidak melakukan apapun, aku hanya melihat keadaan sekitar, dan mencoba mencari tahu semampuku. Apakah hanya dengan kehadiranku, seperti perubahan sejarah telah terjadi di tahun itu? Yang benar saja itu sangatlah mustahil." Jelas Jong In mencoba meyakinkan Sehun.

"Coba ingatlah kembali, apa yang kau lakukan. Jika kau merubah sejarah, bisa saja kita tidak akan menemukan Soo Jung. Maksudku Nona Soo Jung." Sehun menatap Jong In yang kini sedang berdiri disebelahnya sembari menatap monitor. "Bagaimanapun juga, mesin ini memiliki batas. Kita tidak pernah tahu, perbuatan sekecil apapun bisa merubah masa depan. Bisa saja bumi akan menjadi lebih buruk ini, atau seminggu yang akan datang sebuah nuklir menghantam Seoul. Atau..."

"Bukankah kau terlalu berfikir sangat jauh?" Jong In melipat tangannya didada. Menganggap Sehun telah terlalu berlebihan mengkhawatirkannya. "Aku bahkan tidak berbicara dengan siapapun____ Tunggu!" Jong In tiba tiba mengingat sesuatu. "Aku menolong seorang anak, kira kira umurnya 13 tahun. Dia hampir terjatuh di trotoar"

"Hanya itu?" selidik Sehun. "Tapi kenapa mesin ini memunculkan kode yang aneh. Jika aku jabarkan, kode ini mengatakan 'interaksi error'. Seperti yang telah diterangkan dalam catatan Mr Kim. Hanya ada dua penyebab kenapa hal ini terjadi. Pertama perjalanan sejarah telah berubah. Kedua, kau bertemu dengan dirimu sendiri di masa lampau."

"Mungkinkah, anak yang ku temui itu.." Jong In menelan ludah. "Adalah diriku sendiri?"

"Tunggu, jika aku benar." Sehun menatap Jong In dengan takjub. "Itu artinya, induk mu juga berada ditahun yang sama ketika Nona Soo Jung masih hidup?"

"Dan itu artinya" gumam Jong In merasa ini adalah takdir yang sangat luar biasa dihidupnya. "Mr Kim membawaku dari masa lampau?"

Memikirkan itu semua membuat Sehun dan Jong In takjub. Mr Kim telah merancang semua ini. Dia benar benar jenius.

 

***

 

Soo Jung menyentuh kepalanya yang terasa sangat berat. Matanya letih dan sedikit membengkak. Apakah semalam ia telah menangis begitu lama?

Masih dalam posisi tidurnya yang nyaman, kepala gadis itu menoleh kearah jendela mungil di sebelah ranjang. Dilihatnya tirai jendela kamar apartementnya telah terbuka dan menunjukkan langit pagi seoul yang cerah.

"Hmm?" Gumamnya, menyadari bahwa seingatnya, semalam tirai itu tertutup rapat rapat.

"Anda sudah bangun?"

Soo Jung mengerjab lemah. Ia menguap dan kemudian mengangguk. "Iya sud__" detik berikutnya ia telah menyadari, suara siapa itu dan segera menoleh ke arah pintu.

"Apa yang kau lakukan disini?!" seru Soo Jung dengan lantang. Ia segera bangun terduduk ditempat tidurnya, memeriksa, apakah ia masih berpakaian lengkap atau tidak. Untunglah, ternyata pakaian tidurnya semalam masih utuh ia kenakan.

"Anda semalam menangis sangat lama. Sehingga aku harus menunggu anda tertidur sebelum masuk kedalam." Ujar laki-laki yang mengaku bernama Jong In itu. Kali ini pemuda itu mengenakan kaos putih dan celana jeans yang terlihat lebih santai. Sementara ditangannya terlihat segelas susu putih yang tinggal separuh.

Soo Jung kali ini benar-benar tercengang. "Bagaimana kau bisa masuk?!"

"Sepertinya, anda perlu diingatkan lagi" kali ini pemuda bermata dingin itu memasuki kamar Soo Jung. Sedangkan Soo Jung yang masih terlihat was was dengan orang asing, segera menarik selimut hingga kelehernya. Apa dia sudah gila masuk ke apartemenku begitu saja?! Kedua mata gadis itu, tidak bisa lepas dari setiap gerak gerik Jong In.

"Aku dari masa depan." Katanya dan menuju ke meja rias Soo Jung. Meja rias yang mungil namun nampak cute karena hiasan strawberry berwarna pink di pinggirnya. Jong In tersenyum remeh, merasa selera Soo Jung tidak cukup bagus dan kekanak kanakan. Sungguh tidak cocok dengan desain kamar Soo Jung yang hampir bernuansa putih dan nature.

"Karena sistem pengamanan yang sangat kuno, aku hanya memerlukan waktu tidak lebih dari sepuluh detik untuk membongkar password apartemen anda." Jong In meletakkan gelasnya perlahan. Kemudian, kali ini dia mendekat ke arah Soo Jung yang terlihat ketakutan.

"Ah, semoga anda juga tidak lupa bahwa setiap anda mabuk, aku membawa anda kembali ke kamar ini. Tentu saja karena aku tahu password apartement anda sebelumnya." Kali ini Jong In benar benar dekat. Bahkan, laki-laki itu sudah duduk dipinggir ranjang Soo Jung, dan mulai mencondongkan tubuhnya kearah gadis itu.

"Jangan mendekat" ancam Soo Jung seperti kelinci yang siap diterkam. Namun nampaknya laki-laki itu tetap melanjutkan aksinya, tatapannya justru lebih dalam dan tajam dibanding sebelumnya

"Aku bilang jangan mendekat!" panik Soo Jung saat wajah Jong In mendekat ke wajahnya. Ia meremat ujung selimut hingga ke pipinya. Jantungnya berdegup amat kencang, seakan menghimpit paru parunya."Ya! Aku bilang jangan mende__!"

"Bisakah anda tenang sebentar?" Tangan kanan Jong In kini mendarat di dahi Soo Jung dengan manis. Soo Jung terdiam. Gadis itu tertegun melihat apa yang dilakukan Jong In. Laki-laki asing itu, sedang menyentuhnya.

Tunggu, ini bukan mimpi kan?

Jadi, dia benar-benar bukan hantu.

Tapi apa benar laki-laki ini dari masa depan?

"Semalam anda demam sangat tinggi. Apakah hal ini, harus aku ingatkan juga?" Jong In kini menaruh tangan kanannya di dahinya. Membandingkan suhu tubuh Soo Jung dengan suhu tubuhnya. "Nampaknya sudah turun" ujarnya datar dan tanpa berdosa, kemudian beranjak berdiri meraih kembali gelasnya.

Dan Soo Jung teringat apa yang terjadi tadi malam...

"Nona Soo Jung, apakah anda mendengarkanku?" suara pemuda itu terdengar lebih jelas. Pertanda ia berada lebih dekat tanpa Soo Jung harus berbalik untuk melihatnya.

"Nona, apa anda baik baik saja?"

Tiba tiba gadis itu berbalik, ujung rambutnya menyapa lembut hidung Kim Jong In. tercium wangi bunga floral yang segar dan manis dari sana.

"Kau" Jong In agaknya terkaku. Mata gadis itu begitu jernih, dengan tatapan yang menelusuk hingga ke naluri laki-laki itu. Sesuatu yang aneh, menggelitik dadanya. Membuat jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya. "Sebenarnya siapa dirimu sebenarnya?"

Pertanyaan itu adalah pertanyaan terakhir, sebelum satu titik kecil air menggenang di ujung mata gadis itu. Batu yang terlihat kuat itu, mulai goyah.

"Kau" ujar Soo Jung lagi dengan tegas. Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan air mata yang sesungguhnya tak dapat dibendung lagi. "Cari saja beliau di neraka" ucapnya dengan nada penuh kebencian. "wahai tuan, yang mengaku dirinya dari masa depan"

Gadis itu pun melangkah lagi. Kali ini kedua kakinya terasa kaku, seakan ada rantai besi yang menghambat gerak pergelangan kakinya. Ia bahkan sempat terhuyung. Ia tak mampu memfokuskan pikirannya lagi. Ia yakin benar ia tidak pernah seletih ini.

Soo Jung mengerjab. Tubuhnya terasa lemah, padahal dia sedang tidak mabuk.

"Nona!" samar suara laki-laki asing itu terdengar. Dan sepasang tangan yang kuat menangkap tubuh Soo Jung, sebelum gadis itu benar benar jatuh dan hilang kesadaran.

..

..

..

..........

Soo Jung menelan ludah. Sedangkan pipi gadis itu telah memerah dan degup jantungnya mulai kembali normal. Namun, rasa malu hinggap didadanya. Ia telah ketakutan untuk hal yang sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan.

"Aku telah membuatkan anda bubur" ujar laki-laki itu seperti robot. Sepertinya tidak menyadari bahwa kelakuannya telah membuat seorang gadis ketakutan setengah mati. "Makanlah selagi hangat" dan Jong In pun keluar dari kamar dengan langkah gontai, sambil meneguk sisa susu putihnya.

Tepat setelah Jong In menutup pintu kamarnya. Rasa ketegangan yang melanda Soo Jung pun berkurang. Dia menghela nafas panjang.

"Aku pasti sedang mimpi buruk" bisiknya dan menggeleng perlahan, berharap akan terbangun jika benar ini mimpi. "Dia? Laki-laki macam dia dari masa depan? Apakah ada hidden camera disini? Aku pasti ____"

"Nona! Apakah aku harus membawa bubur anda ke kamar?!"

Terdengar teriakan Jong In dari luar yang mengagetkannya. Laki-laki itu nampaknya tidak suka menunggu.

Soo Jung mendengus sebal, bisiknya "Benar benar tidak sabaran." Soo Jung memang tidak suka dengan sikap Jong In yang seakan menyuruhnya, membentaknya atau terlihat siap menerkamnya kapan saja. __Lagi pula, ia tak menyukai ada makanan di dalam kamarnya.

 

"Arraseo! Aku akan keluar!"

 

Maka dengan mempersiapkan degup jantungnya, Soo Jung turun dari tempat tidur. Yeoja itu hampir membuka engsel pintu. Belum sempat keluar, ia sudah kembali lagi, kali ini menuju meja rias mungil di samping ranjang.

Tangannya meraih sisir berwarna merah kesayangannya diatas meja. Kemudian, dengan secepat kilat, Soo Jung menyisir rambut hitam panjangnya__yang ternyata benar-benar berantakan__, dan akhirnya keluar kamar.

 

 

 

TBC

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet