Malaikat Pelindung Soo Jung

LOVE FROM 7014

RULES:

1. Hargai karya penulis. Jangan menjiplak cerita atau mengubah cerita.

2. Jangan lupa tinggalkan comment. Comment sifatnya wajib, karena sangat membantu penulis dalam perkembangan cerita. Dan memberi semangat penulis untuk melanjutkan plot.

3. NO BASH.

_____________________________________

****

 

 

 

 

 

PART III

MALAIKAT PELINDUNG SOOJUNG

 

 

 

 

 

7010

 

Seorang pemuda bertubuh jangkung dan bermuka datar itu nampak mendengus. Sudah berulang kali ia berdiri menatap tembok yang menjulang dihadapannya. Tembok hitam yang berlapis baja itu tingginya sekitar 500 meter dan mengelilingi perbatasan kota Seoul.

 

Mereka menyebut tembok itu dengan sebutan 'Black Wall'. Tidak ada seorangpun yang ingin melewati tembok baja itu. Diluar sana, tidak ada yang dapat menjamin kehidupan. Keberlangsungan manusia hanya sampai dibatas Black Wall itu. Sedangkan orang dari luar tidak mampu masuk untuk melewatinya. Black Wall memiliki sensor cahaya dan pelacak suhu panas, yang dapat mengenali seseorang yang melewati perbatasan dan dengan tanpa segan senjata otomatis akan keluar dari tembok baja tersebut dan menembak mati orang yang lancang memasuki wilayah Seoul.

 

Pemuda itu menyeka keringatnya dengan lengan jaket biru yang ia kenakan. Bibirnya terlihat kering dan pucat. Sudah 15 menit ia berdiri disana tanpa mengenakan pelindung kepala. Nampaknya ia memikirkan sesuatu yang sangat amat sulit. Sementara matahari diatas sana nampak menancapkan cakar cakar cahayanya dengan mantap. 

 

Langit yang berwarna abu-abu disiang yang terik itu, begitu menandakan betapa tipisnya ozone yang telah melingkupi bumi. Angin berhembus perlahan, dan hawa menjadi tambah panas karenanya. Musim kemarau sepertinya akan datang, dan itu adalah pertanda buruk bagi semua orang. Dimusim kemarau, alam tidak memiliki keseimbangan, terlepas dari seluruh masalah krusial alam yang ada. Terdapat badai yang begitu panas dan membawa pasir dari daerah utara korea yang sekarang menjadi gurun pasir. 

 

"Ah, apa yang telah kupikirkan" ujar pemuda itu ketika menyadari lengan jaketnya menjadi kotor karena menyeka keringatnya. Seumur hidupnya, Pemuda itu hanya memiliki tiga helai baju dan dua celana jeans hitam. Itupun ia harus mengenakannya dengan hati hati agar tidak cepat kotor. Air adalah hal yang sangat mahal dan langka. Setiap orang hanya memiliki jatah minum 300 ml perhari. Untuk mencuci baju, mereka menggunakan air yang terkontaminasi. Air ini masih tergolong aman,  selama mereka tidak meminumnya. Meskipun tergolong air kotor dan air sisa, namun tidak setiap minggu mereka mendapatkannya.

 

Air dan oksigen adalah hal yang paling mahal. Rakyat yang berhasil bertahan hidup, harus membayar 10 Dollar untuk setiap 150 ml air. Sementara untuk Oksigen, setiap kepala yang berumur lebih dari 20 tahun harus membayar 150 dollar setiap bulannya kepada pemerintah. Jika mereka tidak dapat menyanggupi maka mereka akan diusir dari satu satunya tempat dimana kelangsungan hidup dapat terjamin di Seoul.

 

Memikirkan biaya itu membuat kepala pemuda itu sakit. Seseorang yang sangat ia percaya dan sepenuhnya menjadi tempat ia bergantung telah menghilang selama satu bulan lamanya. Dan Ia tidak dapat menemukan orang itu dimanapun.

"Kim Jong In, pesan untuk Kim Jong In"

 

Pemuda itu tersentak nampak kaget dengan suara yang amat familiar ditelinganya dan segera memeriksa jam tangan di pergelangan tangan kanannya. Ia menekan satu tombol disana, dan sebuah sinar laser berwarna hijau muncul. Sinar itu terhubung dan berkoordinat satu sama lain hingga membentuk kotak persegi panjang seukuran kertas A4. Sebuah tulisan terlihat sedikit kabur ketika angin yang membawa radiasi tiba tiba berhembus.

 

FROM: Mr Kim 

Temukan cucuku, Soo Jung

 

Sebuah tautan file muncul di udara. Menunjukkan foto sebuah gadis dan dokumen berjenis rhs.

 

Pelajari ini,

Dan temukan passwordnya.

 

Pemuda itu menelan ludah. Berfikir bahwa orang yang sedang mengirimnya pesan ini sedang mabuk atau terkontaminasi CO2. Setidaknya ia tahu betul, siapa Mr Kim. Beliau adalah satu satunya orang tempat ia bergantung, tepat ia dapat menjalankan hidup. Hingga kenyataan bahwa Mr Kim satu bulan yang lalu menghilang menyisakan rasa sesak didadanya. Mr Kim adalah satu satunya orang yang berumur lebih dari 40 tahun yang dapat melangsungkan hidup disini. Di tempat ini angka harapan hidup hanya hingga 40 tahun. 

 

Pemuda itu juga masih ingat bahwa lampu-lampu yang berpendar dari mesin buatan Mr Kim berasap saat pemuda itu sampai di labotarium. Yang ia tahu adalah Mr Kim menghilang dan tidak meninggalkan jejak apapun. Hingga pemuda itu sempat berfikir untuk melewati Black Wall untuk menemukan Mr Kim. Namun, mungkin Mr Kim tidak sengaja pergi meninggalkannya, mungkinkah asap itu yang membawa Mr Kim pergi kesuatu tempat? Tapi mesin apa itu, kenapa ia dapat menelan Mr Kim?

Drrt

Jam Pemuda itu bergetar dan sebuah pesan kembali muncul. 

 

Aku terjebak dalam ruang antar waktu

Aku telah memeras otakku untuk mencari cara agar aku dapat mengirimkan pesan ini

Selamatkan cucuku

Gunakan mesin waktu laboratorium

 

"Tu-tuan Kim" gumam pemuda itu dan menelan ludah saat ia membaca pesan terakhir dari seseorang yang sangat ia hormati itu. Jadi mesin yang dirancang oleh Mr Kim itu adalah sebuah mesin waktu? Tapi bagaimana bisa ia menggunakannya? Selama ini Mr Kim sangat menjaga kerahasiaan ciptaannya.

 

Kau satu satunya harapanku,

Kim Jong In.

 

 

 

****

 

 

 

February, 2015

 

 

 

Tempat itu gelap dengan hiasan lampu yang hanya membuat suasana menjadi vulgar. Wangi alcohol tersebar kesepenjuru ruangan, tak lupa music yang berdentum keras memekakan telinga.

Diantara orang –orang yang begitu bergairah menggoyangkan tubuhnya mengikuti irama music. Gadis itu terlihat menggoda, berbalut mini dress berwarna merah darah tanpa lengan. Lehernya yang jenjang serta kulit putihnya yang menawan terpampang bagai lukisan. Rambut panjangnya tergelung manis dengan hairclip kecil bunga daisy putih menghiasinya. Gadis itu, adalah gadis yang dapat membuat setiap kaum adam tak dapat melepaskan tatapan dari tubuh sempurnanya, Jung Soo Jung.

 

 

"Kau tidak boleh kehilangan cinta di dalam hatimu."

 

 

"Cinta? Omong kosong apa itu?" Soo Jung menyentuh keningnya. Kepalanya mulai terasa berat. Ia sedikit terhuyung dan menabrak dada seorang pria.

"Mian" ucapnya dan segera ingin menyingkir dari tempat itu. Namun laki-laki itu mencegahnya.

"Bagaimana jika berkunjung sebentar ke apartementku, cantik?" goda laki-laki itu, dan menangkap pinggang Soo Jung sebelum gadis itu benar-benar jatuh kehilangan keseimbangan.

"Mianhe, ahjussi!" laki-laki itu menoleh kesal, merasa tersinggung dengan kata 'ahjussi' dia tidak setua itu. Maka, ia mendapati seorang pemuda jangkung diantara lampu yang gemerlap, dan dengung lagu yang berdentum hebat. Pemuda itu kemudian dengan kasar menarik tangan Soo Jung. Soo Jung yang lemah hanya terjatuh kepelukan pemuda itu begitu saja.

"Nona ini bersamaku" ujar pemuda itu dengan tatapan yang terlihat mengancam dan berbahaya. Sorotan mata yang bahkan mampu membuat siapapun gentar "Jangan sampai aku melihatmu menggoda nona ini lagi, atau___" katanya tepat ditelinga laki-laki itu "aku akan memberi tahu istrimu apa yang kau perbuat"

.

.

.

Cinta, adalah perasaan alami yang bahkan manusia tidak dapat menciptakannya.

.

.

Dunia, akan lebih indah jika memiliki cinta.

.

.

 

****

 

"Jung Soo Jung. 10 Oktober 1994. 168cm. Ahh.. apakah aku harus membongkar berat badanmu juga?"

SooJung, gadis itu mengepalkan tangannya. Sesaat bola matanya mengerling. Jalan malam ini begitu sepi dan ia merasa terpojok dengan pernyataan orang itu.

"Hey. Aku bukan hantu. Jika dijamanmu ini hantu masih begitu menjadi trend." Mata gadis itu melebar takjub akan sosok tampan dihadapannya namun juga takut. Kenapa orang itu tau tentangnya?

"Si-sipa dirimu sebenarnya? Sudah berapa kali aku bilang aku tidak berniat berkencan___"

"Kim Jong In imnida" potong lelaki itu dengan wajahnya yang dingin dan datar. Soo Jung menganga tak percaya saat pemuda jangkung itu melanjutkan ucapannya.

"Aku berasal dari masa depan"

katanya lagi dengan nada serius

"Dan aku tidak berniat untuk berkencan.

Laki-laki itu berkata kaku "Setidaknya, anda juga jangan terlalu mabuk dan membiarkan setiap laki-laki dapat menyentuh lancang tubuh anda. Ahh, dan, bukankah anda terlalu sering pergi ketempat itu? Sendirian?" nada laki-laki itu kini terdengar meremehkan. "Bahkan dengan laki-laki yang sudah beristri? Apa anda tidak bisa melihat ada sebuah cincin yang melingkar dijarinya? Sekalipun anda terlalu mabuk, apa anda tidak bisa melihatnya?"

Soo Jung terdiam sesaat.

Aish, kenapa laki-laki itu terlalu banyak bicara? Membuatku pusing saja.

Dipandangnya lagi wajah pemuda itu, kali ini lekat lekat meski jarak mereka cukup jauh. Paras laki-laki itu cukup tampan dan berkharisma, namun sorot kedua matanya terlihat tidak menyenangkan.

"Apakah anda tidak dapat mengucapkan terimakasih? Aku telah membantumu pulang dengan selamat selama tiga minggu terakhir dan____"

"Ehm... Jeongmal mianhe Ahjussi" ucap Soo Jung dengan penekanan dengan kata Ahjussi, seakan akan Jong In adalah laki-laki tua yang suka menguntit. "Aku benar-benar tidak berniat berkencan. Dan, " ujarnya sebelum berbalik meninggalkan pemuda itu "tinggiku bukan 168, aku sudah lebih tinggi satu senti tahun ini!!"

Soo Jung mendengus sebal. Berharap bahwa laki-laki itu berhenti untuk terus mengikutinya. Ia tidak terlalu menyukai orang asing. Meskipun sebaik apapun laki-laki itu, toh tidak memiliki bukti jika telah menolongnya. Bisa saja laki-laki itu berbohong, karena selama ini Soo Jung tidak pernah ingat apa yang terjadi selama dia mabuk.

"Kakek anda. " ujar pemuda itu dengan lantang "Seorang ilmuwan!"

 

 

TAP..

 

 

Gerak langkah Soo Jung terhenti. Gadis itu tersentak. Kakinya tiba-tiba refleks untuk behenti melangkah. Seiring angin malam berhembus perlahan membelai rambut panjangnya yang tergerai. Suara laki-laki itu terdengar lagi.

"Apa, beliau memberitahu anda passwordnya?!" seru laki laki itu.

Soo Jung merasa dadanya begitu sesak. Siapa laki-laki itu sebenarnya? Password apa yang ia maksud? Apa sekarang dia sedang bermimpi?

Kakeknya. Hingga saat ini. Tidak ada yang tahu mengenai beliau. Bahkan saat ia berumur tujuh belas tahun. Tepat ketika ia pulang dari sekolah, tahu tahu kakeknya telah menghilang tanpa jejak. Hingga saat ini, Soo Jung sama sekali tidak pernah menemukan Kakeknya lagi.

Tapi kenapa tiba tiba. Orang asing ini, siapa dia? Kenapa dia mengetahui dirinya begitu banyak? Sedangkan Soo Jung saat ini, sangat membenci kakeknya.

 

Laki-laki yang ia sebut dengan 'Kakek' itu,

Satu satunya keluarga yang ia punya.

Satu satunya orang yang ia harap akan berada disampingnya saat ia menjelang dewasa.

Satu satunya...

Setelah ayah , ibu dan eunninya meninggal....

.

.

 

"Nona Soo Jung, apakah anda mendengarkanku?" suara pemuda itu terdengar lebih jelas. Pertanda ia berada lebih dekat tanpa Soo Jung harus berbalik untuk melihatnya.

"Nona, apa anda baik baik saja?"

Tiba tiba gadis itu berbalik, ujung rambutnya menyapa lembut hidung Kim Jong In. Tercium wangi bunga floral yang segar dan manis dari sana.

"Kau" Jong In agaknya terkaku. Mata gadis itu begitu jernih, dengan tatapan yang menelusuk hingga ke naluri laki-laki itu. Sesuatu yang aneh, menggelitik dadanya. Membuat jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya. "Sebenarnya siapa dirimu sebenarnya?"

Pertanyaan itu adalah pertanyaan terakhir, sebelum satu titik kecil air menggenang di ujung mata gadis itu. Batu yang terlihat kuat itu, mulai goyah.

"Kau" ujar Soo Jung lagi dengan tegas. Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan air mata yang sesungguhnya tak dapat dibendung lagi. "Cari saja beliau di neraka" ucapnya dengan nada penuh kebencian. "wahai tuan, yang mengaku dirinya dari masa depan"

 

 

****

TBC

 

 

Jangan lupa komen ya guys ^^

maaf klo masih ada typo~

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet