Chapter 4

Shadow

Untuk itulah aku meminta diri untuk reda.
Mencintai tak semudah mendaratkan diri dalam hujan yg lebat.
Kau perlu merangkap penuh seluruh tanah dan alamnya.
Sudikah kau di abaikan?
Sudikah kau mengendap pada keadaan hati yg tak menyerap?
Aku pikir aku sudah gila.
Membiarkan diri terus menerus mencintai tanpa balas.
Membiarkan diri terus menerus kau usap demi hujan yg tak kunjung reda.
- Author yang gabisa stop nulis puisi menye, S.D

Buk.

Amber terdiam. Memejamkan matanya sambil terus menenangkan perempuan yang baru saja berlari dan memeluknya.
Pempuan itu terus terisak. Menahan diri untuk tidak berteriak, meluapkan keresahan di dalam hatinya yg sudah tidak mampu lagi terbendug. Siapapuh yang tawar hatinya akan tersentuh melihat tangis Jessica yang begitu kelu. Rasa sesak bukan main, memaksanya terus berdiri meski kakinya lemas tersungkur.

Cengkeraman kuat terasa panas di punggung Amber. Jessica terus menerus memukul dan mencengkeram puggungnya dengan kuat. Isakan-isakan kecil terdengar pilu dari bibirnya...
Jessica Jung... menumpahkan seluruh rasa kecewa dan sakit hatinya dalam pelukan Amber.
Berbagai macam rasa dan sakit hatinya telah memupuskan semangat hidup dan cita-citanya.
Jessica terus terisak, tak ada daya lagi untuk sekedar lepas dari pelukan Amber.
Rasa malu membuncah kuat dalam wajahnya... Inikah Jessica yang sebenarnya?

"Bertahanlah, Nuna." bisik Amber lirih. Kedua tangannya masih setia merangkul dan memeluk Jessica.
"Bertahanlah..."

Buk.

Cengkeraman dan pukulan dari tangan Jessica semakin kuat, hal itu menandakan bahwa dirinya sudah telak menyerah. Tidak ada lagi pembelaan yang bisa ia ucapkan untuk menyelamatkann dirinya sendiri.
Jessica menangis dengan sengguk yang luar biasa sesak, Amber yang mendengarnya hanya menahan napas dengan diam.
Menelan ludah dengan pahit, menyalahkan keadaan yang tak semestinya ia temui bersama Jessica.

Namun penyesalan bukanlah akhir yang menyenangkan. Amber dan Jessica memilih untuk terus bertahan hingga menemui garis finish dimana mereka berbahagia dengan hidupnya masing-masing.

"Amber, selamatkan aku........"

Jessica berbisik dengan suara tercekat, bibirnya bergetar, dadanya terasa sesak bukan main.

"Nuna, kumohon...."

Amber memejamkan matanya perlahan, kedua matanya terasa panas....segelintir air mata menetes perih mengusap pipinya.

"Kumohon, Nuna... Bertahanlah..."

"Ber...tahan?" bisik Jessica dengan parau.

Amber semakin erat memeluknya.

"Be..berta..han..."

"BR..BER..BERTAHAAANN!!!!!!!!!" Jessica meraung dengan keras. Tangisan yang semula tertuang dalam bisik dan rintihan berubah menjadi raung yang menyakitkan. Ia terus menerus memukul Amber dengan kuat. Berusaha menyampaikan perasaan sakitnya pada Amber.

"A..apa...kau bila..ng...."

"Ber..br..ta..tahan...."

Buk.

"be...r..tahan.."

Buk.

Amber mengangguk dengan cepat, kedua tangannya memeluk menenangkan Jessica.

BUKK!!

Amber tersengal seiring pukulan yang di layangkan Jessica padanya.
Namun itu semua tidak sesakit hatinya melihat wanita yang dicintainya terluka dengan hidupnya.

Jessica tersungkur....

Kedua lututnya sontak melemas dan jatuh...

Amber menunduk dan terus memeluknya.

Senja di tepian Sungai Dae menghantar mereka pada pertemuan terakhir...

"Aku tidak akan bertemu dengan mu lagi..." bisik Jessica lirih, kedua matanya menerawang jauh ke arah sungai Dae.
"Tidak apa, Nuna. Tidak apa." balas Amber sembari mencium kening Jessica.

"Kebahagiaan Nuna adalah kebahagiaanku. Rasa sakit Nuna adalah rasa sakitku. Bertahanlah, Nuna..... Tiada pertemuan bukan berarti akhir dari sebuah rasa. Aku bisa menemui Nuna dalam hujan, yang terus menimpaku hingga seluruhnya tersentuh. Hujan yang meluapkan Sungai Dae hingga keluar dari tepian..."

"Bertahanlah, Nuna.. Kumohon, bertahanlah."

==========

Krystal membuka matanya dengan berat.
Sinar matahari menerpa kedua matanya dengan silau.
Krystal terbangun, menyadari dengan pasti bahwa seseorang yang membuka jendela kamarnya adalah Jessica.

"Unnie?"

Jessica tidak menoleh. Ia hanya menatap kosong ke arah luar jendela kamar Krystal.

"Unnie...jam berapa ini? Aku perlu tidur lagi...." ucap Krystal sambil mengantuk, menutupi seluruh wajahnya dengan selimut.
Jessica tersenyum, berbalik dan berjalan pelan ke arah tepi ranjang tempat tidur Krystal.
Dengan lembut, ia membuka selimut dan mencium kening adiknya itu.

"Uhhhh, unnieku..." Krystal menarik leher Jessica dan memeluknya.
Seperti biasa ia mendekap Jessica dengan penuh rasa sayang.
Namun Krystal merasakan sesuatu yang basah terasa di lehernya.
Sesuatu yang basah dan hangat menyentuh kulitnya...

Sudah pasti....

apakah Jessica Unnie.. menangis?

"Un..Unnie!"

Krystal memekik dengan cemas, ia berusaha mendorong dan melihat wajah Jessica.
Namun Jessica menahan dirinya untuk terus berasa di dalam pelukan Krystal.

"Katakan padaku! siapa yang membuatmu menangis, hah? Siapa?"

Jessica masih terisak. Ia menahan diri untuk tidak melepas pelukannya.

"Tyler Oppa yang membuatmu menangis?"

Krystal membuka kedua matanya dengan gemas.

"Appa? apakah Appa yang membuat unnie seperti ini?"

Lagi-lagi Jessica menggeleng, Krystal semakin di buat penasaran mengapa Unnie nya tiba-tiba menangis.

"Oh..ouh! Pekerjaan perusahaan? Apa kau lelah, Unnie? Apa kau perlu bantuanku? Ayolah! Katakan padaku Unnie....." Krystal mendesis dengan tidak sabar, mengguncang pundak Jessica dan memaksanya menjawab

"Unnie sebentar lagi akan menikah! Kenapa menjadi seperti ini..." bisik Krystal dengan sedih..

Perlahan Jessica bangun dan menatap Krystal.

Betapa terkejutnya Krystal ketika melihat kedua mata Jessica melingkar penuh dengan warna hitam.

Seperti orang yang terus menerus menangis..

Tapi berbeda...

Jessica tersenyum dengan lebar sambil mengusap rambut Krystal..

"Justru karena Unnie akan menikah....Unnie akan sangat bahagia..... Unnie sangat bahagia menikahi Tyler.. unnie hanya...."

Jessica tersendak perlahan, sambil terus tersenyum ia melanjutkan berbicara.

"Unnie hanya sedih jika harus pergi menikah dan meninggalkan kau...." ucapnya parau.

"Ada banyak hal yang akan berubah jika nanti unnie menikah, bukankah begitu?"
Jessica terus tersenyum, Krystal yang melihatnya semakin luluh. Kemudian ia menarik Jessica dan memeluknya.

"Its okay, Unnie.. aku sudah 20th.. aku bukan krystal yang masih merengek meminta unnie untuk mengikat tali sepatuku..." bisik Krystal dengan terkekeh.

Keduanya terus berpelukan, saling meluapkan rasa sayangnya dengan kuat. Krystal tersenyum, jika sudah seperti ini...apa aku masih pantas di sebut sebagai bayang-bayang Jessica?

Selang beberapa menit mereka berpelukan, Jessica berdeham. Mengatur volume suaranya untuk terdengar biasa.

Ia meringkuk memeluk Krystal kemudian berbisik.

"Oh yah, Krystal. Bolehkah Unnie meminta tolong padamu?"

==========

Krystal merapatkan sweater dan syalnya dengan kuat. Entah ia yang tidak pernah keluar atau udara sore itu memang dingin.
Krystal berjalan menyusuri jalanan sambil menggigil kedinginan.
Undangan pernikahan Jessica mengapit di tangannya, satu kotak roti sandwich terbungkus rapi di tangan kirinya.
Krystal berjalan dengan tenang...sembari mengamati sekitarnya yang memang...sangat indah.

Namun tiba-tiba langkah kakinya terhenti, tali sepatunya tiba-tiba saja lepas.

"Sial."

Krystal mengumpat dengan kesal, kemudian menunduk dan menali sepatunya.
Kemudian ia kembali berdiri, berjalan dengan santai sambil mengusap wajahnya yang dingin.

Bruk.

Hampir terjatuh.

Lagi-lagi tali sepatu Krystal terlepas dan membuatnya nyaris terantuk batu.

"Huwaaah Unnieeeee, bantu aku menali sepatu..hik." Krystal mendengus dengan kesal, kemudian menunduk dan memperbaiki tali sepatunya.

Setelah itu ia kembali berdiri, dah berjalan dengan hati-hati untuk segera tiba di tempat tujuan.

Krystal sudah sampai.

Matanya menjelajah mencari-cari seseorang yang saat ini tengah ia cari.

Tangannya masih mengapit undangan pernikahan kakaknya dengan kuat, dengan kotak sandwich yang mungkin saja berantakan karena Krystal menbawanya dengan tidak hati-hati.

Krystal memejamkan matanya dengan kesal. mengumpat berkali-kali karena tali sepatunya terus menerus lepas.

"unnieeeeee, aku sudah sampai dan aku tidak menemukan orangnya! Dan ini? Ah, Unnieee..talikan sepatukuuuu...." Krystal melonjak-lonjak dengan kesal, tali sepatunya kembali terlepas.

Krystal menarik nafasnya dengan sebal, hendak menunduk untuk menali kembali sepatunya.
Namun tiba-tiba saja seseorang dengan mantel abu-abu, memakai snapback hitam, menunduk dan menalikan sepatunya.

Pas.

Cara menali sepatu yang sama kuatnya seperti Jessica.

Krystal terpana, menatap seseorang itu dengan kerutan dahi yang penuh tanda tanya.

Apa kau unnieku, heuh?

Krystal tersenyum dengan takjub, mengamati seseorang itu yang tengah menali sepatunya dengan hati-hati. Seseorang yang sepertinya baik, terlihat cool dan tampan dengan mantelnya.

Senja di tepian Sungai Dae memang indah...

Krystal semakin termangu dan menyesali mengapa tidak pernah datang kemari bersama Unnienya.
Lagi-lagi Krystal tersentak, seseorang itu menepuk kedua sepatunya dan menyeletuk...

"Menyedihkan, sudah se-tua ini dan kau masih merengek memanggil unnie mu untuk menali sepatu?"

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
S_drajad #1
Chapter 1: Di wattpad nama tepistalll kok gak ada ya? Boleh tau apa nama akun nya di wattpad?
neo2this #2
Chapter 12: Mewek mewek dah bacanya....ibarat lagu liriknya menyayat hati....good job dear author...
Dekpabbo #3
Chapter 11: Huuuuhhhhh.. Daebak, daebak, daebak... Author daebak, baca cerita ini membuat nyesek sendiri. Kehilangam kakak? Kena bngt thor..
realreborn #4
Chapter 12: Damn you authornim!! Baca nya aja saya nyesek sendiri, hancur ati bacanya juga..anjeer!
Tp si amber transgender..haha keren idenya
ditunggu sequelnya..
gamsahamnida!
tania07 #5
Chapter 12: siaaal, ini cerita yg paling sedih yg pernah ku baca thor, terus lh berkarya!!!! kryber is real!! aku fans mu thor!!
jasonds #6
Chapter 6: nice story author nim....please make it kryber for the ending