Lover

ARRANGED AND LOVE

Jaejoong berlari menuju pantai. Meski bersedih dia masih bisa berpikir untuk tidak pergi terlalu jauh, karena bagaimanapun dia tak mengenal daerah ini. Duduk di atas sepatunya dia menatap laut di hadapannya.

Jaejoong tahu dia belum mencintai Yunho, meski begitu menyakitkan rasanya mendengar suaminya menunjukkan perasaan sehangat itu pada orang lain di depannya, terlebih ini adalah honeymoon mereka.

Jaejoong tak akan menerima perjodohan ini kalau tahu Yunho sudah memiliki kekasih. Jaejoong kecewa karena Yunho tak berterus terang, sekarang dia harus terlibat dalam hubungan segitiga tanpa tahu siapa rivalnya.

Pikiran Jaejoong berkecamuk sampai tak menyadari seseorang sudah tiba dibelakangnya. Menyampirkan jaket dibahunya dan duduk disebelahnya. Jaejoong memang lupa memakai jaket tadi.

“Angin malam tak baik untuk tubuh,” ujar Yunho, lembut.

Jaejoong tak mengatakan apa-apa. Dia tak berusaha memakai jaket itu dan juga tidak mengucapkan terima kasih, hanya diam menatap laut di hadapannya.

“Jaejoongie,” sapa Yunho, pelan, setelah mereka saling terdiam hampir setengah jam.

Jaejoong tetap tak menyahut, melirikpun tidak, membuat Yunho menghela nafas, meski tak mau juga memaksa.

“Bisa kita bicara?”

Jaejoong masih tetap diam, dia tak mau menjawab karena dia takut tak bisa menahan tangisnya. Dia tak mau terlihat rapuh di depan pria yang secara hukum dan agama adalah suaminya itu.

“Namanya Yoochun, kami bertemu di Inggris, kami…”

Jaejoong bangkit dari duduknya dan membuat jaketnya jatuh, meski begitu dia tak berniat mengambilnya.

“Jae…”

Jaejoong berjalan terus menuju villa. Apa maksud suaminya menjelaskannya sekarang? Lalu apa? Lalu dia akan memutuskan pernikahan mereka? Se-egois apa suaminya itu sebenarnya? Jaejoong tak keberatan bila harus bercerai, tapi dia tahu perceraiannya akan mempengaruhi keluarga mereka juga.

“Jae, kumohon, dengarkan aku, dengarkan penjelasanku!” ujar Yunho, menahan langkah Jaejoong dan membuat sang istri menghadap ke arahnya.

Jaejoong mengangkat wajahnya untuk menatap sang suami dengan mata bulatnya yang indah, yang sekarang memancarkan luka dan sakit hati.

“Penjelasan apa? Sekarang? Bukannya harusnya sebelum pernikahan ini terjadi? Kamu egois, Yunho ssi!”

Setelah mengatakan itu Jaejoong menyentakkan tangannya untuk melepaskan diri dari Yunho yang terpaku mendengar ucapan tajam sang istri.

Yunho mengusap wajahnya dengan kedua tangannya, agak gusar. Dia tahu sang istri benar, tetapi dia tak tahu harus bagaimana. Menceraikan istrinya bukan suatu pilihan, karena menyangkut hubungan kedua keluarga. Tak mungkin dia mengorbankan persahabatan selama puluhan tahun untuk cinta berumur 3 tahun.

***

Jaejoong tidur lebih dulu, membuat Yunho bisa melihat bekas jejak air mata di pipi putih sang istri. Yunho semakin merasa bersalah.

Keesokan harinya mereka pulang ke Seoul dan langsung menuju mansion keluarga Jung, karena eomma Yunho ingin mereka tinggal disana. Yunho sebenarnya sudah memiliki rumah, tetapi baru akan diisi nanti setelah tiga bulan, sesuai permintaan eomma Jung.

***

Dua bulan sudah Jaejoong menjalani perannya sebagai istri. Mengurus Yunho dan melayaninya sebagaimana mestinya. Dalam seminggu, ada satu atau 2 hari Yunho tak pulang ke rumah, alasannya ada kerjaan dan dia memilih pulang apartemennya sendiri yang memang letaknya lebih dekat ke kantornya. Meski begitu, Jaejoong tahu Yunho pasti mengunjungi kekasihnya itu.

Jaejoong tetap berusaha bersikap biasa, tetap ceria dan ramah pada mertua dan kedua adik iparnya, karena bagaimanapun dia tak bisa ikut marah pada mereka, karena rasanya kalau kedua mertuanya tahu tentang kekasih Yunho, mereka akan marah pada Yunho atau malah akan terlalu malu untuk melanjutkan perjodohan.

Jaejoong sedang asyik memasak makan siang ketika mertuanya menghampiri.

“Jaejoongie, apa sudah ada kabar baik?” tanya Lee Teuk, dengan tatapan berbinar.

Jaejoong tentu saja mengerti maksud sang mertua. Tapi bagaimana dia bisa memberi kabar baik, kalau selama ini Yunho selalu memakai pengaman dan Jaejoong pun masih memakai pil.

“Maaf eomonim, tapi belum,” ujar Jaejoong, lembut.

“Hhh…iya sih, kamu masih muda juga, tetap berusaha ya!” ujar Lee Teuk, yang meski agak kecewa tapi tak mau membuat menantu cantiknya itu tertekan juga, maka memutuskan untuk bersabar.

Jaejoong tersenyum dan mengangguk. Meski dalam hati dia merasa miris. Lee Teuk lalu meminta Jaejoong mengantarkan makan siang untuk suami dan mertuanya di kantor.

Jaejoong pergi dengan diantar oleh sopir pribadinya yang dibawanya dari rumah keluarga Kim, Jong Hyun, temannya sejak kecil itu yang sudah dianggapnya adik itu.

“Jong Hyun ah, ke kantor Yunho ya,” ujar Jaejoong.

“Ok, noona.”

Sesampainya di kantor Yunho, para pegawai yang berpapasan mengangguk dan memberi hormat, Jaejoongpun menyapa mereka dengan ramah membuat para pegawai itu banyak yang menyukai, meski tentu saja ada juga yang merasa agak cemburu kepadanya.

Jaejoong mengantar makan siang untuk ayah mertuanya dulu sebelum menuju kantor suaminya.

Mina, sekretaris sang suami tersenyum melihat kehadirannya.

“Mina ssi, apakah Yunho ssi ada di dalam? Aku hendak mengantarkan makan siang,” ujar Jaejoong lembut.

“Silahkan masuk nyonya, tadi tuan besar sudah memberitahu agar nyonya langsung dipersilahkan masuk,” ujar Mina.

“Apa sedang ada tamu di dalam?” tanya Jaejoong.

“Sebenarnya iya, teman tuan Yunho sejak kuliah, tapi tak apa-apa, bukan urusan penting sepertinya,” ujar Mina.

Jaejoong pun tersenyum dan mengangguk. Dia mengetuk pintu lebih dulu dan langsung membukanya saat mendengar suara Yunho yang menyuruhnya masuk.

Jaejoong masuk dan melihat sang suami sedang duduk di sofa bersisian dengan seorang pria tampan berkulit pucat, yang nampak agak terkejut melihat kehadirannya.

“Maaf mengganggu, aku diminta eomonim membawakan ini, tadi aku sudah ke tempat aboenim lebih dulu,” ujar Jaejoong, seraya menaruh kotak bekalnya di atas meja, di depan suaminya, lalu duduk di depannya dan tersenyum lembut pada sang suami dan tamunya.

“Thank you Jaejoongie, kenalkan ini teman semasa kuliahku dulu,” ujar Yunho.

“Senang berkenalan dengan anda, aku Park Yoochun,” ujar pria itu, tersenyum hangat,

Jaejoong menangkap tatapan hangat sang suami pada pria bernama Yoochun itu. Jaejoong tentu saja ingat nama itu, meski begitu dia bisa bersandiwara dengan sangat baik dan tersenyum menyambut uluran tangan Yoochun.

“Senang bertemu anda, saya Kim Jaejoong,” ujar Jaejoong, membuat Yunho dan Yoochun tertegun.

“Kim? Ah, mungkin belum terbiasa dengan nama keluarga baru ya,” tanya Yoochun.

“Tidak, saya memang akan tetap memakai marga Kim,” ujar Jaejoong, lembut tapi terasa dingin.

Yunho dan Yoochun bertukar pandang, agak bingung.

“Ah, maaf, mungkin kalian ada urusan penting, aku tinggal dulu ya. O ya, Yun, kamu pulang atau tidak malam ini? Kalau tidak, aku minta ijin untuk pulang ke rumahku,” ujar Jaejoong.

Jaejoong melihat suaminya bertukar pandang dengan Yoochun dan melihat Yoochun mengangguk kecil.

“Aku pulang malam ini, tapi kalau kamu mau menginap di mansion Kim silahkan,” ujar Yunho.

“Kalau kamu pulang, tak mungkin aku boleh menginap di rumah oleh eomma, ya sudah, aku pulang dulu, aku akan mampir belanja dan ke café temanku, Ryeowook, boleh?” ujar Jaejoong, yang memang dibiasakan meminta ijin kemanapun dia akan pergi.

“Silahkan, hati-hati ya, Jong Hyun menemani kan?”

“Iya, tenang saja, dia teman yang sangat setia, kemanapun aku pergi dia pasti akan menemani dan menjagaku,” ujar Jaejoong, tersenyum manis, meski hatinya terasa agak miris.

Yunho sendiri mendengar ucapan itu entah kenapa merasa agak sakit hatinya. Aneh sekali. Yoochun memperhatikan sikap Yunho dan tersenyum sedih.

Setelah Jaejoong keluar ruangan Yoochun berdehem untuk menarik perhatian Yunho yang termenung.

“Apa tidak sebaiknya kamu mengantarnya, honey?” ujar Yoochun, seraya mengelus lembut lengan kekar Yunho.

“Chagiya…”

“Tak apa, aku mengerti kok, bagaimanapun dia lebih berhak atas perhatianmu,” ujar Yoochun.

“Chunnie…”

Keduanya bertatapan dan wajah mereka semakin dekat dan bibir mereka bertemu dalam ciuman yang lembut dan hangat. Tak menyadari ketika pintu kembali terbuka dan Jaejoong berdiri terpaku disana. Dia lupa meninggalkan handphonenya di meja tadi setelah membalas pesan dari mertuanya yang bertanya apa dia sudah sampai di kantor suaminya atau belum.

Jaejoong menutup pintu dengan gemetar, lalu berbalik menuju lift sambil berlari membuat Mina bingung. Tadi Jaejoong bilang handphonenya ketinggalan, tapi kenapa dia tak jadi masuk.

Sementara di dalam, setelah ciuman hangat itu, Yunho dan Yoochun berdiri. Yoochun hendak kembali ke kantornya sementara Yunho memutuskan mengejar Jaejoong untuk menemani. Yunho memutuskan menelepon Jaejoong dan terkejut saat mendapati handphone Jaejoong ada di meja.

Yunho segera keluar ruangan.

“Mina ssi, apa Jaejoongie belum kembali lagi, handphonenya ketinggalan,” ujar Yunho.

“Ah, Yunho ssi, tadi nyonya bilang dia mau mengambil handphonenya, tapi setelah membuka pintu dia malah berbalik dan lari,” ujar Mina, membuat Yunho dan Yoochun terkesiap.

Keduanya bertukar pandang dengan tatapan khawatir. Apa mungkin ketika mereka berciuman tadi?

“Ok, makasih Mina ssi,” ujar Yunho yang segera berlari menuju lift, meninggalkan Yoochun yang masih terpaku disana.

Yunho panik sekarang. Dia belum sempat menjelaskan kondisinya dengan Yoochun pada Jaejoong.

Yunho segera menghubungi Jong Hyun ketika dia sudah keluar area parkir kantornya, tetapi telepon sopir pribadi Jaejoong itu tidak menyahut. Sedang diluar jangkauan katanya, meski Yunho merasa Jaejoonglah yang melarang Jong Hyun mengangkat teleponnya.

“Jaejoongie…mianhe…”

***

“Noona, kita mau kemana?” tanya Jonghyun

“Ke tempat Ryeowook,” ujar Jaejoong, menghapus air matanya.

Handphone Jonghyun berbunyi dan dia melihat nama Yunho disana.

“Yunho ssi telepon, noona.”

“Tak usah diangkat, reject saja,’ ujar Jaejoong.

Tanpa bertanya Jonghyun langsung menuruti keinginan nona mudanya itu. Jaejoong berusaha tak memikirkannya, tetapi pemandangan tadi kembali lagi muncul di benaknya, membuat dia menangis lagi.

Sesampainya di tempat Ryeowook, sahabatnya yang juga sudah menikah itu sangat terkejut melihat mata sembab Jaejoong. Jaejoong tak kuasa menahan bebannya lagi dan akhirnya dia menceritakan semuanya pada Ryeowook, yang kebetulan namja dan menikah dengan seorang namja juga.

“Ya ampuun Jaejoongie…sabar ya sayang,” ujar Ryeowook seraya mengelus punggung sahabatnya, ikut prihatin dan ikut marah pada suami sahabatnya itu.

“Wookie yah, kalau dia bilang jujur dari awal, aku tak akan memaksa untuk menjadi istrinya, aku akan membujuk keluargaku untuk memutuskan perjodohan ini, tetapi kenapa dia melakukan ini? Kalau memang dia memilih perjodohan ini, kenapa dia tak mengakhri hubungannya dengan kekasihnya itu? Aku salah apa, Wookie yah?” ujar Jaejoong, di sela isak tangisnya.

Ryeowook hanya bisa menghiburnya dengan usapan tangan dan kecupan ringan di dahi sahabatnya itu.

Jaejoong menghabiskan waktu sampai sore disana, kemudian dia memutuskan pulang setelah agak tenang. Tetapi dia tak langsung pulang, melainkan meminta diantar ke pantai. Di pantai dia selalu merasa lebih tenang dan bisa berpikir jernih. Dia merenungkan kembali apa yang sudah terjadi dan memikirkan apa yang harus dilakukan.

***

Sementara itu keluarga Jung sudah gelisah karena menjelang makan malam Jaejoong belum kembali juga. Beberapa menit sebelum makan malam akhirnya Jaejoong pulang.

“Jaejoongie, kemana saja kamu, eomma khawatir sekali,” ujar Lee Teuk seraya menciumi wajah menantunya itu penuh sayang.

“Maaf eomonim, aku terlalu asyik mengobrol dengan sahabat-sahabatku,” ujar Jaejoong, tersenyum tipis.

“Kenapa kamu tidak telepon eomma?”

“Maaf, tadi handphoneku tertinggal di kantor Yunho ssi, aku sadarnya setelah sudah sampai di tempat Ryeowook, maaf eomonim,” ujar Jaejoong.

“Ya sudah, lain kali jangan lupa kabari eomma ya, ayo kita makan malam.”

Jaejoong pamit untuk membersihkan diri dulu sebelum bergabung di meja makan. Dia juga berusaha menghilangkan sembab diwajahnya.

Ketika dirinya bergabung di meja makan, semua sudah berkumpul. Jaejoong tak menghiraukan suaminya dan memilih mengobrol dengan Ahra saat mereka menunggu desert.

“Joongie, baby, tadi rasanya eomma dengar kamu memanggil suamimu dengan sebutan Yunho ssi?”

Jaejoong hanya mengangguk.

“Aigooo…lucu sekali menantu eomma ini, sudah dua bulan masih malu-malu, panggil oppa atau yeobo saja,” ujar Lee Teuk.

Jaejoong hanya tersenyum dan tak mengatakan apa-apa. Sementara itu Yunho hanya memperhatikan wajah sang istri dan dia masih bisa melihat sisa sembab di wajah istrinya itu.

Selesai makan, mereka masih berkumpul sebentar di ruang keluarga sebelum akhirnya mereka menuju kamar masing-masing.

Jaejoong memutuskan untuk membaca lebih dulu karena besok dia sudah mulai kuliah lagi. Yunho sendiri terdiam di sampingnya lalu menyerahkan handphone milik Jaejoong.

“Ini, handphone-mu,” ujar Yunho, lembut.

“Terima kasih,” ujar Jaejoong seraya menyimpan handphonenya di nakas, tanpa melihat ke arah suaminya.

“Jaejoongie…can we talk?” tanya Yunho, hati-hati.

“Maaf, aku harus mempersiapkan diri untuk kuliah besok dan aku lelah,” ujar Jaejoong, yang kemudian memutuskan berhenti membaca dan membaringkan tubuhnya, membelakangi sang suami yang sekali lagi menghela nafas berat.

“Ya sudah, selamat tidur,” ujar Yunho akhirnya.

“Hmm.”

Yunho menatap punggung istrinya itu dengan perasaan galau. Ketika dilihatnya nafas sang istri sudah teratur menandakan wanita cantik itu sudah tertidur, Yunho mengecup rambutnya lembut.

“Tunggu aku ne!”

###

a/n : mungkin banyak yang kaget dan agak susah terima dgn Yoochun sebagai uke-nya Yunho… awalnya terpikir Junsu atau Heechul…tapi aku tak suka cerita drama angst dan jujur saja keduanya terkesan lebih y dibanding Yoochun dan lebih cocok dgn genre drama angst… kalau Changmin, sama sekali tak terpikir… Changmin terlalu kuat dan sama-sama dominan dengan Yunho…jadi ya akhirnya memilih Chunnie deh ^^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
EvaKim2804 #1
Chapter 4: Please...continúe please ??
helden #2
Chapter 4: Gak dilanjutin lagi ya?
akiramia #3
Chapter 4: wuih.ayo.siksa yunho dulu dong..hahaha
WendyWu #4
Chapter 4: Grrr.... Hopefully Jaejoong is fine.
bebebe #5
Chapter 4: pengen liat yunho nyesel dan usaha keras dulu sebelum dapetin jae omma :(
yjgirl #6
Chapter 4: semoga Jejung bisa jaga diri,,agak kwatir apa nanti Jejung hamil ya ^_^
kn yg yun pas mabuk gk pake pengaman...
di tunggu lanjutannya,fighting
-WenD- #7
Chapter 4: Uhuhuhu.... Please update soon, I hope Yunho suffers before they reconcile.
Khab71 #8
Chapter 3: Poor Jaejoong. Love this story. Looking forward for the next update. TQ
autumn_desire
#9
Chapter 3: hahahaha yc uke bisa bangettt lahh hahahha mantapp lanjut lah... ditunggu next updatenya ya..
WendyWu #10
Chapter 3: Omo omo.... hopefully the conflict isn't that complicated.