Something Disappointing

Midnight Awakening
Please Subscribe to read the full chapter

Busan, 21 Januari 2009

Waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore. Gedung sekolah sudah sepi, hanya tersisa anak-anak yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Narae yang berusia tiga belas tahun duduk bersila di bawah pohon pinggir lapangan tempat ekstrakulikuler basket dan pemandu sorak sedang berlangsung. Kamus bahasa Prancis terbuka lebar di pangkuan. Mulut Narae berkomat-kamit, menghafalkan kosakata beserta artinya. Berkali-kali Narae tersenyum senang ketika berhasil mengingat.

Sebuah bola memantul dan berhenti didepan Narae. Seorang anak laki-laki meminta bola itu pada Narae. Narae melemparnya, tapi malah membentur kepala seorang gadis pemandu sorak dengan rok paling pendek yang pernah Narae lihat. Kalau tidak salah, namanya adalah Nayeon, kelas sembilan.

Nayeon memekik kesakitan. Teman-temannya segera menghampiri, menanyakan keadaannya dengan simpati yang terlihat palsu. Sambil mengelus kepala, Nayeon mencari-cari si pelaku. Ketika beradu pandang dengan Narae yang tegang, Nayeon menatapnya sengit. Nayeon segera berjalan menghampiri tempat dimana Narae duduk, diikuti teman-temannya.

“Apa maksudmu?” bentak Nayeon. “Aku bisa kena gegar otak, tahu!”

Narae berdiri dan menutup kamusnya. “Maaf, sunbae, aku tidak sengaja.”

“Bohong!” Nayeon menuduh.

“Aku tidak—“

“Mana ada penjahat yang mengaku!” seru Nayeon, lalu menatap teman-temannya. Atau, perlukah Narae sebut ‘antek-anteknya’? “Girls, harus kuapakan si yatim piatu aneh ini?”

Narae berjengit kaget. Dituduh berbohong tidak ada apa-apanya dibanding dengan dihujat dengan kata-kata menyakitkan seperti itu.

“Lakukan hal sama seperti yang dilakukannya saja, Nayeon!” seru seseorang. “Agar setimpal.”

“Kurang bagus.” Nayeon menggeleng. “Lainnya?”

“Hancurkan saja rambut indahnya!” usul yang lain. “Agar dia tidak berani lagi mengganggumu.”

“Hmm, aku sendiri tidak menganggap rambutnya indah, tapi idemu bagus juga.” Nayeon menyeringai, lalu menaikkan tangan dengan maksud meminta. “Gunting.”

Seseorang memberikan gunting pada Nayeon, entah berasal darimana. Narae menatap gunting itu ngeri.

“Sunbae, tolong, jangan lakukan itu! Aku akan melakukan apapun yang kau mau.”

“Yang aku mau adalah menghancurkan rambutmu!” seru Nayeon bengis. “Enaknya gaya apa, girls?”

“Cukur habis saja!”

“Oke. Cukur habis.”

Narae membelalak. “Sunbae, aku menyesal! Aku janji tidak akan mengganggumu lagi! Tolong, sunbae!”

Terlambat. Nayeon dan teman-temannya sudah memojokkan Narae ke batang pohon. Sambil tertawa-tawa, Nayeon mulai memotong rambut panjang Narae. Narae memejamkan mata sambil berusaha keras menahan tangis. Dia tidak bisa memberontak karena tubuhnya dipegangi antek-antek Nayeon.

Ketika rambut Narae sudah tinggal sebahu dan tidak beraturan, Nayeon tiba-tiba berhenti. Saat Narae membuka mata, Nayeon sedang menatap ke belakang Narae dengan takut. Narae menoleh, melihat seorang laki-laki berdiri dengan tatapan tajam. Sedetik kemudian, Nayeon menjatuhkan guntingnya dan pergi meninggalkan tempat itu.

Sepeninggal Nayeon, Narae menyambar kamus Prancis yang jatuh dan ikut pergi dari sana. Dia berlari tanpa peduli arah. Tahu-tahu, dia sudah berada di koridor lantai paling atas. Karena kehilangan kekuatan, Narae jatuh berlutut di lantai koridor yang dingin. Narae menangis.

Baru kali ini seseorang menindasnya dengan sejahat itu.

Diantara isakannya, Narae dapat mendengar suara orang-orang yang tertawa. Lalu, bau aneh tercium hidungnya. Narae menyerngit. Baunya seperti bau obat-obatan.

Setelah mengusap sisa air mata dari pipi dan matanya, Narae berdiri dan mengikuti sumber suara. Ternyata dari sebuah kelas kosong. Dari jendelanya, Narae melongok ke dalam. Terlihat kira-kira sepuluh orang siswa sedang duduk melingkar di lantai kelas. Ada beberapa asbak di tengah-tengah lingkaran. Sebuah lintingan putih terapit diantara dua jari setiap anak. Seorang anak mengisap lintingan itu dan menghembuskan asap tebal dari mulut.

Narae tidak bisa mempercayai penglihatannya.

Ketika sedang melangkah mundur, tubuh Narae menabrak tubuh seseorang. Narae terkaget, tapi mulutnya langsung dibekap dan tubuhnya diseret menuju ruangan kelas lain. Ketika sampai, Narae meronta untuk melepaskan diri. Ternyata anak laki-laki yang tadi.

“Tu es completement débile!” Narae mengumpat.

Anak itu menyerngit. “Sori?”

“Kau mengikutiku sampai ke sini!”

“Aku baru saja menyelamatkan hidupmu. Dua kali.”

Narae terdiam. Tidak seharusnya dia bersikap kasar pada penyelamatnya.

“Terima kasih,” bisik Narae.

“Sama-sama.”

“Kenapa Nayeon kabur ketika melihatmu?” tanya Narae penasaran. Jujur saja, anak ini sama sekali tidak menyeramkan. Hanya seperti siswa-siswa lainnya di sekolah.

“Nayeon sudah menyukaiku dari masa orientasi. Tapi, mana mau aku dengan perempuan yang berpikir menggunakan roknya.”

Narae meledak dalam tawa. Anak itu tersenyum.

“O, ya,” kata Narae setelah berhasil mengendalikan diri. “Anak-anak yang tadi—“

“Teman-teman sekelasku dan mereka sudah mengisap ganja sejak kelas delapan.”

“Kamu selama ini mengetahuinya tapi tidak berbuat apa-apa?” tanya Narae. “Aku yang baru tahu saja sudah ingin melapor pada guru.”

“Kau tidak seharusnya ikut campur urusan orang lain, little lady.”

Narae cemberut. “Tapi, mereka masih kecil dan sudah merokok, ganja pula—“

“Kamu mau babak belur setelah macam-macam dengan mereka? Kalau aku, sih, tidak mau.”

Anak itu merogoh saku celana dan mengeluarkan gunting Nayeon yang tadi terjatuh, lalu mendekat pada Narae. Narae mundur teratur.

“Kamu mau apa?”

“Merapikan rambutmu.” Dia mulai menggunting helai-helai rambut Narae yang tidak rapi.

Narae memerhatikan kakak kelasnya itu ketika rambutnya dirapikan. Jarak wajah mereka cukup dekat. Dengan alis tebal dan bibir penuh, anak itu terlihat tampan. Tidak heran Nayeon menyukainya.

“Selesai.”

“Apakah terlihat bagus?”

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
fairy98 #1
Chapter 2: Waaaa, gak sabar nunggu lanjutannga. Penasaran juga dengan seungchol. Jangan-jangan, dia tim lawan?
keyhobbs
#2
Chapter 2: ah,,,sejauh ini seungcheolnya cuman muncul sebentar aja ya? Humm~~kasian hansol, pasti kecewa bnget tuh ,,btw, d tunggu lho lanjutannya hehe